Four

Ini sudah hampir pukul delapan malam, dan Rahagi masih belum bisa pergi meninggalkan kantornya.
Bukan karena tak ingin, tapi kehadiran orang dihadapannya inilah yang membuat dia tertahan di ruang kerjanya ini.
Sungguh, ayah dan ibunya sudah menunggu Rahagi pulang sejak tadi.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Nona, kenapa Anda masih ada di sini? (Rahagi tersenyum manis pada seorang wanita bermata kucing dihadapannya)
Kiran
Kiran
Sayang, tolong jangan bersikap formal seperti itu! bukankah kita saling dekat satu sama lain? ( Si wanita menatap Rahagi dengan raut agak cemberut, merasa tersinggung karena seperti menganggap dirinya orang asing)
Dia Kiran. Setelah selesai menghabiskan uang sang ayah tiri dengan berbelanja dan merawat diri di salon kecantikan, Kiran memilih mampir ke tempat bekerja Rahagi.
Akhir-akhir ini, mereka sudah jarang bertemu. Padahal tinggal sedikit lagi, Kiran akan bisa mendapatkan hati sang pujaan hati.
Biarkanlah kata orang kalau dia merebut tunangan kakaknya sendiri, toh Rahagi pun sepertinya menerima kehadiran Kiran dengan baik.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Jaga ucapanmu! kita bahkan tidak memiliki hubungan apapun. (Rahagi menghela nafas pelan menghadapi tingkah Kiran)
Kiran
Kiran
Haha, sayang! tolong jangan seperti itu. Bukankah kita setuju untuk saling membuka diri? ada apa denganmu? (Kiran mengerutkan keningnya heran)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Membuka diri seperti apa? (Rahagi mengangkat satu alisnya pelan, wajahnya agak menantang saat melihat lawan bicaranya)
Kiran
Kiran
Bukankah akhir-akhir ini kita sering menghabiskan waktu bersama?
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Kamu yang membuntutiku, aku hanya tidak ingin ambil pusing. Jadi, aku membiarkanmu. (Senyuman Rahagi terlihat main-main)
Kiran
Kiran
Apa? jangan bercanda! bukankah kamu juga tertarik padaku? (Raut wajah Kiran terlihat agak menyeramkan sekarang)
Rahagi hanya diam tidak menjawab. Pria itu menatap lawan bicaranya dengan tenang, seolah tidak terganggu dengan Kiran yang mulai emosi saat ini.
Kiran
Kiran
Apa, apa jangan-jangan kamu mulai dengan tertarik dengan kakakku yang bodoh itu? (Kiran mulai merasa tidak nyaman dengan pikirannya)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Kalian berdua sama-sama bodoh, untuk apa saling menghina? (ucapnya ringan tanpa beban)
Kiran
Kiran
Apa? kamu bilang aku apa?
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Nona Kiran, jika tidak ada yang penting silahkan pulang! ini sudah malam, dan aku harus pergi. (Rahagi menatap jam tangan mahal di pergelangan tangan kanannya)
Pukul delapan lewat lima belas menit.
Jika ini tidak segera berakhir, maka Rahagi yakin dia akan mendapatkan ceramah panjang dari sang ibunda tercinta.
Kiran
Kiran
Apa tebakanku benar? kamu mulai menyukai Prema? si tolol, bodoh dan murahan itu?
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Jaga ucapanmu! kamu tidak lebih baik darinya!
Hening. Selama beberapa detik tidak ada yang berbicara diantara mereka.
Rahagi masih terlihat tenang, walau ucapannya barusan tersirat akan kemarahan, namun raut wajahnya tidak dapat terbaca.
Sedangkan Kiran seperti susah bernafas, dia berkali-kali menghela nafas kasar saat mendengar ucapan Rahagi barusan.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Kiran, selama ini aku membiarkanmu berlaku sesuka hatimu. Aku tidak melarang saat kamu seenaknya keluar masuk ke dalam kantorku. Aku tidak marah saat kamu menyebarkan berita kebohongan tentang hubungan kita berdua. Aku juga tidak menolak saat kamu berkata bahwa kita saling mencintai dihadapan tunanganku.
Rahagi mengambil nafas perlahan, sedangkan kedua tangannya saling menggenggam satu sama lain dibawah meja kerjanya.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Itu aku lakukan semata-mata agar Prema berpikir bahwa aku tidak menginginkannya, tidak lebih dari itu. Aku tidak menyukaimu, tidak menganggap mu lebih dari seorang kenalan, tidak juga menjadikanmu sebagai sosok yang penting di hati ini. Tidak, tidak satupun dari itu semua.
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Dan karena Prema sudah menyerah atas diriku, maka kamu pun harus berhenti melanjutkan drama ini.
Kiran
Kiran
Rahagi, Rahagi, kamu, kamu berbohong kan? (hatinya diliputi dengan amarah yang meluap-luap, merasa tidak terima dengan kenyataan dihadapannya)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Tck! apa aku terlihat seperti sedang bercanda? ( Rahagi kesal)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Hah, baiklah. ( Rahagi berdiri dari kursinya, kemudian memasukan ponsel pintar miliknya yang tergeletak di atas meja ke dalam saku celananya)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Aku saja yang pergi, aku tidak bisa membiarkan keluargaku menunggu. Johan masih ada di ruangannya, dia akan mengantarmu jika kamu akan pulang. (Rahagi melangkah keluar dari ruang kerjanya, meninggalkan Kiran yang diam membeku di atas kursi sopa)
Suara pintu yang tertutup membuat Kiran sadar dari keterkejutannya.
Kiran
Kiran
HAHAHA! HAHAHA!
Kiran
Kiran
Dia pasti sedang bercanda, aku tidak mungkin dicampakkan semudah ini.
Kiran
Kiran
Prema, kamu lagi, kamu lagi. Kamu memang selalu menjadi batu sandungan dalam hidupku. Haruskah aku menyingkirkanmu dengan cara yang lebih kejam? ( Mata kucing milik Kiran terlihat penuh ambisi, kedua tangannya juga terkepal dengan erat)
Johan berdiri dari kursinya saat melihat Rahagi keluar meninggalkan ruang kerjanya.
Johan
Johan
Apa di dalam masih ada orang, Pak? (Johan celingukan menatap pintu yang barusan dilewati oleh Rahagi)
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Ada, orang gila. Tolong urus dia!
Rahagi(ML)
Rahagi(ML)
Hah?
Johan terdiam tidak mengerti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!