Twelve
Nayaka
Apa kalian merencanakan hal lain, sayang? (Nayaka menatap Prema yang sudah masuk ke dalam rumah lebih dulu)
Elyana
Mama kira kamu memang ingin membatalkan pertunangan ini, tapi tak apa jika memang kamu masih mencinta Rahagi. (Elyana menghampiri anaknya di undakan tangga pertama)
Prema(ML)
Maaf Pa, Ma. Kami akan segera mengurusnya, tapi ada hal lain yang harus kami diskusikan terlebih dahulu. Jadi..
Elyana
Ya, kami mengerti. Kalian sudah sama-sama dewasa. Ambilah keputusan terbaik untuk kamu dan Rahagi. Sudah, sana naik! (Elyana menghimbau putrinya untuk segera beristirahat)
Prema(ML)
Thank's Ma. (Dia menatap ayah dan ibunya yang sudah memasuki kamar mereka)
Prema(ML)
Hah, apa sebenarnya yang diinginkan pria menyebalkan itu? (Prema bergumam sendiri sambil menaiki anak tangga)
Sadam
Adikku ini pasti ingin istirahat, ayo kita naik bersama!
Prema menoleh menatap sang kakak yang sudah berjalan disampingnya.
Adik kakak bersaudara itu menaiki lantai dua bersama-sama.
Meninggalkan Kiran sendirian di ruang keluarga, menatap Sadam dan Prema dengan pandangan sendu.
Selalu begini, dia selalu sendiri. Ibunya sudah tidak ada, dan di sini pun kehadirannya tidak dianggap.
Sedetik kemudian bibir tipisnya menyeringai.
Kiran
Kamu tidak ingin membagi keluargamu, kamu juga tidak ingin membagi tunanganmu.
Kiran
Hidupmu memang tamak, Prema Reswara.
Prema(ML)
Kakak tidak ingin pergi? (Prema merasa heran karena Sadam tak kunjung keluar dari kamarnya)
Jika dilihat dari gelagatnya, sepertinya Sadam ingin menyampaikan sesuatu.
Kakak dari Prema itu menghela nafas kasar, tangannya menggulung kedua ujung lengan kemejanya sampai siku.
Dia juga tanpa sungkan duduk di sebuah sofa yang langsung berhadapan dengan tempat tidur Prema.
Adik kakak itu saling berpandangan sejenak.
Sadam
Apa pria itu mengancammu?
Sadam
Siapa lagi memangnya pria yang kamu kejar selain dia? ( Sadam dengan sikap bossy nya melipat dua kaki panjangnya untuk saling bertindih. Dia juga melipat kedua tangannya didada)
Prema merasa seperti sedang diintrogasi sekarang.
Prema(ML)
Tidak. (Ucapnya dengan lugas)
Sadam
Lalu kenapa kamu berubah pikiran?
Sadam
Apa kamu tiba-tiba ingin kembali bersamanya?
Prema(ML)
Kak, sebenarnya aku akan mengatakannya dengan baik-baik kepada Om dan Tante, tadi. Hanya saja..(Prema terlihat berpikir)
Sadam
Hanya saja? (Sadam menaikkan satu alisnya)
Prema(ML)
Ada beberapa hal yang harus kami perbaiki terlebih dahulu. Kami tidak mungkin mengatakan kepada mereka keputusan kami yang mendadak ini. (Prema juga sebenarnya belum bisa mendapatkan titik terang dari ucapan Rahagi tadi)
Sadam
Kenapa tidak mungkin? (Sadam tidak mengerti apa yang dimaksud oleh adiknya ini)
Prema(ML)
Rahagi bilang, ibunya mengidap kelainan jantung. Jadi, kami harus mengatakannya pelan-pelan. Sesuatu yang mengejutkan adalah hal yang dilarang untuk didengar oleh Tante Isyana. Ya, seperti itu. (Kenapa juga Prema harus mengarang cerita palsu seperti ini? perempuan itu menggerutu di dalam hati)
Sadam
Benarkah? aku tidak tahu jika ibu Rahagi tengah sakit. Baiklah, akan kubiarkan dulu. (Sadam akhirnya bangkit dari duduknya)
Sadam
Tapi aku harap, kamu memutuskan hal yang baik, Adik!
Sadam
Selamat malam. (Sadam mengusap kepala adiknya dengan sayang, kemudian berlalu meninggalkan kamar bernuansa pastel tersebut)
Prema(ML)
Ya, selamat malam, Kak. (Dia menghembuskan nafas pelan dengan tangan yang sibuk mengusap dadanya)
Prema(ML)
Rahagi menyebalkan. Awas saja, jika dia bertindak tidak sesuai dengan kesepakatan, maka aku akan dengan senang hati memberinya pelajaran yang menyenangkan.
Malam itu, entah Prema maupun Rahagi, mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Comments