#14 - Sebuah Cerita

Setelah jam makan siang Pak Ronald mengajakku ke Proyek Resort. Dengan terpaksa aku beranjak dari kursi kerjaku dan memasukkan berkas-berkas yang sedang ku kerjakan ke dalam tas kerja dan segera mengikuti Doddy saat dia memanggilku.

Ada 2 mobil, mobil pertama ada aku, Pak Ronald, Doddy dan Pak Andry. Sedang mobil kedua ada Pak Rony dan sekretarisnya. Sebenarnya Pak Andry merupakan sopir untuk Pak Rony, namun karena ada Pak Ronald, beliau harus mengalah dulu.

"Kok saya ikut Pak?"

"Mau ngapain kamu di kantor?"

"Kerja Pak. Banyak banget yang belum di arsip dengan benar."

"Gapapa. Bisa dikerjakan nanti waktu saya tidak disini. Sekarang kamu ikut saya terus saja."

"Bapak itu aslinya gak mau sama Doddy ya?"

"Iya. Ngapain saya mau sama Doddy, saya masih normal."

"Saya juga gak mau sama bapak, Pak. Meskipun bapak kaya tapi ibu saya masih pengen cucu." Doddy membalas ejekan Pak Ronald.

"Tapi kan sudah ada Adrya Dod, jadi kamu sudah bisa langsung kasih Ibu kamu cucu." Sahutku sambil tertawa.

"Tapi kan gak sah mbak. Nanti gak bisa dapat warisan."

"Kamu doain saya mati Dod?"

"Ampun Pak"

Aku dan Pak Andry tertawa sedang bosku hanya tersenyum. Aku baru tahu kalau senyum Pak Ronald benar-benar bisa melumerkan hati.

"Ngapain kamu lihat saya? Kamu suka sama saya?"

"Nyaman Pak" Doddy menyahut lagi.

Kali ini aku mencubit lengan Doddy dari samping.

"Sakit Mbak Aline. Suka main kasar deh."

"Biarin. Kamu ngawur."

"Hah, iya deh, saya mah apa, cuma cabe di selipan gigi."

"Saya apa Mas?"

"Pak Andry biji cabenya"

"Kecil dong mas?"

"Daripada tipis."

Aku dan Pak Ronald tersenyum sedangkan Pak Andry dan Doddy tertawa keras. Aku menoleh ke Pak Ronald dan ternyata beliau sedang melihat ke arahku. Aku tersipu lalu memalingkan pandangan ke luar.

Suasana ini benar-benar membuat panas wajahku.

---

Perlu satu jam untuk sampai kesini. Setelah perbincangan itu hanya ada suara Doddy dan Pak Andry. Aku dan Pak Ronald memilih diam hingga aku tertidur sebentar. Karena saat sampai aku mendengar suara Doddy membangunkanku.

"Mbak Aline, bangun ikh, ***** banget."

Aku lalu mulai membuka mata.

"Udah sampai ya?"

"Udah, yuk turun. Bapak sudah turun tuh."

"Oke. Aku rapiin rambut dulu."

"Oke"

Kami berkeliling dengan arsitek dan kepala proyek sambil memberi arahan kepada Pak Rony, arsitek dan kepala proyek. Sedangkan kami, para sekretaris mencatat apa saja yang dibicarakan oleh atasan-atasan kami itu. 

Setelah selesai berkeliling dan memberi pengarahan, Pak Ronald mengajak kami semua kecuali tentu saja kepala proyek ke tempat makan terdekat.

Pak Ronald kembali membicarakan proyek tersebut, sedangkan kami para sekretaris ini mencatat kembali, namun berbeda kali ini, aku dengan laptopku, Doddy dengan Ipad dan keyboard wireless nya, sedangkan untuk sekretaris Pak Rony hanya dengan memo saja. Cukup terasa perbandingannya.

Meskipun kami meeting sambil makan, tapi tentu saja sangat berbeda, karena tangan harus tetap lincah mencatat. Dan setelah hampir 1 jam pembicaraan para atasan itu berakhir. Dan akhirnya aku bisa konsen untuk makan.

"Beda banget ya kita." Ujar Sherly.

"Beda apanya Sher?"

"Aku dengan memo, Bu Alinda dengan laptop, dan Doddy dengan Ipad dan keyboard wireless nya."

"Owh, aku gak tau sih, soalnya ini juga punya kantor pusat. Sudah aku pakai sejak pertama datang." Jawabku. Aku tahu, ada sedikit iri di hati Sherly

"Kalau punyaku baru sih, kemarin-kemarin juga cuma nyatet pakai memo aja. Akhirnya bapak kasihan, terus dibelikan Ipad sama keyboardnya. Katanya biar gampang kalau buat laporan. Tinggal ikut Wi-Fi langsung kirim ke email bapak." Jelas Doddy

"Enak ya dapat fasilitas gitu."

"Gak enak lah Mbak, kalau misalnya rusak, nggantinya gimana? Kalau gaji besar masih oke. Tapi kalau gaji masih UMK masak gak makan."

"Iya juga sih"

Semoga dengan penjelasan Doddy benar-benar mencerahkan Sherly supaya tidak iri.

Aku menengok ke arah para atasan, dan kebetulan Pak Ronald melihat ke arah kami. Lalu aku tersenyum sambil mengangguk.

Setelah selesai makan kami kembali ke kota.

"Kita pisah disini saja ya. Saya langsung ke hotel." Kata Pak Ronald kepada Pak Rony.

"Baik Pak"

Kami lalu masuk mobil dan meninggalkan tempat makan.

"Kalian ngobrol apa tadi?" Tanya Pak Ronald

"Ini Pak, ada yang bilang kami ini enak dapat fasilitas kantor." Terang Doddy

"Sekretaris Pak Rony?" Tanya Pak Ronald lagi

"Iya Pak."

"Memang di Kantor gak ada Laptop buat dia?"

"Kayaknya dekstop Pak" Kali ini aku yang menjawab.

"Ya sudah, besok kamu belikan. Beli apa enaknya?" Kali ini Pak Ronald bertanya kepadaku tapi malah Doddy yang menjawab.

"Mending Laptop aja lah Pak. Paling juga dibawa meeting makan aja."

"Oke. Nanti beli aja."

"Merk apa Pak?" Tanya Doddy

"Enaknya apa?"

"HP, Asus?"

"Nanti kalian lihat dulu aja. Baru yang worth it yang mana baru kalian beli."

"Baik Pak"

"Atau kamu aja Dod besok yang beli sama Pak Andry."

"Baik Pak"

Kami melaju menuju hotel. Kali ini karena sudah sore, lalu lintas sedikit rame. Perlu waktu lebih dari satu jam untuk kami sampai. Setelah sampai, Pak Ronald menyodorkan uang lalu kami turun, Pak Andry sempat menolak, tapi aku meyakinkan Pak Andry ini terakhir, besok kalau misalnya perlu bantuan lagi, Pak Ronald tidak akan memberi lagi jadi Pak Andry pun menerima. 

Kami akhirnya turun. Sedangkan mobil langsung diserahkan Pak Andry ke petugas Valet, sedangkan beliau menunggu ojek yang sudah kupesan.

Pak Ronald sudah masuk duluan, begitupun Doddy, aku yang terakhir. Mumpung ingat, aku segera membongkar koper kemarin, dan mengambil baju-baju Pak Ronald, termasuk yang aku belikan. Aku menatanya ke dalam kantong dan akan menyerahkannya setelah mandi.

Aku mandi dengan cepat lalu mengganti bajuku. Kalian pasti bertanya, bagaimana dengan dalamanku. Aku juga membeli itu kemarin. Lalu segera aku cuci sebagian dan mengeringkannya. Sedangkan sisanya, aku masukkan ke kantong laundry. Biasanya aku tidak laundry pakaian dalam. Tapi karena itu baru, jadi aku tidak merasa bersalah saat membuat orang lain mencucinya.

Setelah mandi aku segera ke kamar Pak Ronald.

Tidak perlu waktu lama untukku membunyikan bel, hanya satu kali, dan Pak Ronald membuka pintu.

"Ada apa Aline?"

"Baju-baju bapak"

"Oke, terima kasih."

"Saya permisi dulu Pak"

"Oke"

Aku lalu kembali ke kamar untuk mengambil dompet dan ponsel lalu menuju ke Cafe Hotel.

🎶 Haruman neowa naega hamkkehal su itdamyeon

Haruman neowa naega sonjabeul su itdamyeon

Haruman neowa naega hamkkehal su itdamyeon

Haruman (haruman)

Neowa naega hamkkehal su itdamyeon 🎶

"Sore"

"Sore Al. Lagi apa?"

"Ngefrappe"

"Sama?"

"Sendirian"

"Kemana teman sama bos kamu?"

"Di kamar mereka"

"Owh"

"Kamu dimana Langit?"

"Di Kantor. Bentar lagi pulang."

"Hati-hati ya nanti pulangnya."

"Iya. Kamu gak pergi?"

"Nggak tahu. Mungkin nanti makan malam."

"Owh, ya sudah kalau gitu. Kalau keluar kabari ya."

"Oke"

Lalu aku menutup VC dari Langit. Dan seseorang tiba-tiba ada di depanku.

--- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Hayo siapa yang di depannya Aline?

Jangan lupa tinggalin komen kalian ya. Pliiiiissss selain lanjut atau next ya. Aku pengen denger kesan kalian soal ceritaku jangan next atau lanjut. Itu komen gak faedah buat aku. Oke?

Xoxo 💕💕

Terpopuler

Comments

Wiwi Niji

Wiwi Niji

pak bos tamvan 😁

2021-12-21

0

fanthaliyya

fanthaliyya

ngakak jg akhirnya....😂😂😂😂😂

2021-04-29

0

Timeta

Timeta

langit kah? siapa tau di vc itu cuma nge tes hehehe...

2020-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!