Langit -
18.20
Dimana? -send-
18.25
Lagi lari-lari di pikiranmu 🏃
Aku mendengus membaca jawaban dari Langit. Ia dia emang kadang kayak gini. Seneng gombal, senang bercanda.
18.27
Serius ikh.. Dimana kamu Langit? -send-
18.29
Serius udah bubar kali Al. Ngapain dicari lagi.
Btw. Aku udah di Lobby. Sini gih.
Kayak gini juga. Tiba-tiba. Kamu jarang bakal bisa prediksi. Less talk do more.
Aku akhirnya harus lari-lari pakai sandal, cek tas sudah bawa dompet belum, sudah rapi belum. Kemudian aku menuju Lobby dengan tergesa-gesa.
Aku melihat Langit sangat santai, pakai celana pendek, jaket hoodie dan tidak lupa topi. Dia tersenyum melihatku. Begitupun aku.
"Kok gak bilang kamu berangkatnya tadi?"
"Gapapa. Yang penting sampai. Mau makan dimana?"
"Angkringan aja."
"Ya udah."
Kami pun keluar hotel, karena biasa jalan aku dan Langit berselisih jalan.
"Al, mau kemana?"
"Oiya, ada motor."
"Emang biasanya gimana?"
"Jalan kaki."
"Jalan kaki kemana?"
"Ke angkringan Kopi Joss"
"Itu kan jauh."
"Gapapa. Sambil jalan-jalan. Kadang banyak banget pikirannya bosku itu. Itu bikin dia relax."
"Kamu sampai mikirin hal kayak gitu."
"Iya. Aku kan sekretarisnya. Jadi aku ngerti banyak soal dia dan belajar menyesuaikan diri."
Setelah dipakaikan helm kami pun jalan. Ternyata nyaman memang berkendara naik motor di Jogja. Tidak bisa dipungkiri.
"Makan dimana?"
"Terserah."
"Aku gak tau dimana warung terserah itu dimana Al"
Aku mencubit pinggang langit.
"Sakit Al, jangan cubit-cubit. Nanti nabrak."
"Habisnya kamu."
"Ini terserah kan? Asal Angkringan."
"Iya."
"Oke deh. Kita disini aja."
Kami berhenti disebuah angkringan yang bukan langgananku dengan Pak Ronald. Namun aku rasa sama saja. Karena kebanyakan makanan mereka dari pemasok.
Kali ini aku ikut memilih sebelum duduk. Aku memilih nasi yang aku inginkan lalu sate-sateannya juga.
"Sering makan gini sama Bos?"
"Hu'um"
"Bos kamu gak punya uang ya?"
"Hush, yang gaji aku terus siapa? Kamu ini.."
"Pelit berarti?"
"Ikh, nggak. Dia memang suka makan sate-satean bacem kok. Bukan karena pelit dan gak punya duit."
"Oowh gitu. Lagian kan jarang ada bos yang suka makan di angkringan."
"Iya sih, tapi kalau cuma tinggal aku dan Pak Ronald, kami gak rewel soal makan."
"Terus kamu kapan pindahan ke kos?"
"Besok. Bantuin ya?"
"Apa yang dibantuin? Udah selesai juga."
"Kan dibantu sama orang jasa pindahan. Bukan aku sendiri. Kok gondok sih?"
"Gak gondok. Cuma kan jadi gak bisa alasan bantuin."
"Wkwkwk. Kamu itu. Gak usah bantuin gapapa. Makasih buat tawarannya."
"Makan dulu Al. Nanti baru pikirin besok mau gimana."
"Iya."
Kami makan bersama sambil aku menanyakan bagaimana pekerjaannya. Begitupun aku. Kami saling bercerita hingga tidak terasa semua makanan habis.
Setelah makan kami berkeliling kota Jogja sambil berkendara motor. Seperti yang kubilang, kota Jogja selalu asik untuk dikelilingi dengan menggunakan motor.
Langit adalah orang yang humoris. Bersama dengannya tidak akan merasa jenuh karena ada saja yang dia buat humor. Aku sering tertawa dan tersenyum dengannya. Ini part baru dalam hidupku. Karena kehidupan pekerjaan yang serius dengan lingkungan para atasan yang pastinya jarang bercanda membuatku merasa asing dan nyaman bersama dengan seseorang yang humoris. Langit menemaniku membuat foto di Tugu Jogja. Sebuah Tugu yang sebenarnya dekat sekali dengan hotel, namun tidak pernah kudatangi.
"Lapar lagi gak?"
"Gak begitu. Mau makan?"
"Makan gudeg yuk. Pengen makan gudeg."
"Iya ayuk."
Kami makan Gudeg sebelum kembali ke Hotel dan Langit pulang, selain karena malam besok kami harus bekerja.
--- --- --- --- --- --- --- --- ---
Part baru kehidupan Alinda. Nikmati ya nanti.
Klik like kalau kalian suka. Jangan lupa kasih komentar kalian juga.
Xoxo 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
SuaenIeka Vaizun
panggilannya beda2 ya... langit Al.. cris nda..ronald aline
2020-11-30
0
Srieaniez Ñew Srieaniez
pasti dinikmati koq thor,,,tenang aj,,,hehehe
2020-10-05
0
Wati_esha
Puas deh Alinda muter Yogya naik motor.
2020-07-28
0