"Bu"
Aku kaget dan berpaling ke asal suara.
"Maaf"
"Gapapa Gung"
"Sudah beli?"
"Iya sudah bu. Di Pantry."
Aku melihat jam, dan ternyata sudah jam 12. Entah sudah berapa lama aku menguping perbincangan mereka.
"Ya sudah, kita ke Pantry yuk. Makan bareng. Temani saya."
"Tapi… "
"Sudah gapapa. Yuk."
Kami ke Pantry bersama. Benar saja, makanan sudah tersedia, kali ini sudah ada di atas piring dan sudah ada sendok dan garpu serta sudah ada gelas juga.
"Makasih ya Gung, ditatain"
"Sama-sama Bu. Saya yang terima kasih sering di traktir."
"Iya sama-sama. Saya senang juga kalau bisa berbagi. Dulu pas saya masih mahasiswa kalau gak sering diberi makanan sama teman-teman saya gak bakal bisa kayak sekarang. Jadi meski sedikit, memberi lebih baik daripada hanya kata kasihan. Kamu meskipun gaji kecil, pas-pasan banget jangan lupa ngasih ke teman ke saudara atau ke orang yang butuh, kita gak akan tau efeknya tapi kalau itu jadi kenangan baik, maka itu akan membuat kita di ingat orang lain."
"Iya Bu"
Kami makan bersama, sambil mengobrol lebih tepatnya aku wawancara Agung sih, gimana kerjanya dulu, tentang orang tuanya, tentang kehidupannya.
Agung meskipun tetap merasa sungkan tapi aku berusaha lebih dekat. Mengenal orang dengan baik mungkin akan membuat kita tahu, apakah benar asumsi kita dan cara berpikir kita. Mulailah mengenal dan bertanya, agar lebih tahu.
Aku tersenyum miris. Selama disini aku memang belum mengenal secara personal pegawai disini, hanya sekedar saja. Mungkin itu juga alasannya, ternyata ada yang menggunjingku dari belakang.
"Bu"
"Iya Gung. Ada apa?"
"Handphone nya bunyi."
Aku segera mengangkatnya.
"Sudah makan mbak?"
"Sudah, makan nasi campur, sama Agung."
"Gebetan baru mbak?"
"Mulut mu ya Dod, lama-lama aku plester."
"Ampun mbak. Aku kan bercanda."
"Ada apa telepon."
"Bapak tanya, mau dibawain makan ndak?"
"Ndak usah Dod, bawain Pizza aja. Buat camilan nanti."
"Oke nanti aku bilang bapak kalau Mbak Aline minta Pizza."
"Ya gak usah bilang aku minta Pizza juga Dod. Kan saya sudah transfer kamu buat beli."
"Mana tahu di kasih tambahan. Biar bisa buat sekantor."
"Nglunjak kamu Dod, hati-hati nanti gaji kamu yang dipotong."
"Masak sih mbak? Kok bapak setega itu."
"Terus aja ngomong gitu, orangnya dengar tahu rasa kamu."
"Wkwkwk… iya iya gak bercanda lagi. Ya sudah, Mbak makan dulu aja. Aku juga mau makan dulu baru meeting."
"Iya. Ya sudah nanti kalau di Pizza kabari ya, nanti aku chat pengen varian apa."
"Oke. Dah mbak Aline."
"Hemmm"
Aku menutup telepon.
"Ibu dekat sekali kelihatannya sama Doddy."
"Iya, Doddy itu dah kayak adik saya. Jahil. Tapi baik sama nurut. Saya kenal dia dulu posisinya sama kayak kamu. Jadi OB. Tapi dia itu ternyata kuliah dan sudah mau lulus. Jadi pas sudah lulus dengan nilai yang bagus akhirnya dia ikut tes buat jadi asisten bapak. Soalnya kan Bapak harus ke Lombok, ke sini. Sedangkan posisi saya itu sekretaris perusahaan yang di Jakarta. Jadi ya gak mungkin buat ikut campur banyak perusahaan. Makanya juga bapak mempekerjakan Doddy. Selain alasannya dia dulu sering bantu saya jaga meja kalau ada telepon waktu saya makan atau ke Toilet gitu. Jadi dia sudah terbiasa sama pekerjaan saya."
"Owh begitu."
"Iya."
"Kamu juga yang semangat kerjanya, kita gak tau nasib kita nantinya, yang penting lakukan yang terbaik hari ini dulu."
"Iya Bu"
Sudah pukul 1 jadi aku segera kembali dan bekerja. Bekerja dengan secepat mungkin dan setekun mungkin. Semua harus selesai sebelum Pak Ronald kembali ke Jakarta 2 hari lagi. Supaya bisa dilaporkan secara detail.
Sudah hampir pukul 4 sore saat Doddy sampai membawa Pizza.
"Mbak Aline"
"Iya Dod. Ini Pizza mbak."
"Yang satu kasihkan salah satu dari mereka."
"Terus yang lainnya. Saya bawa ke Pantry ya?"
"Oke."
"Makasih Bu Alinda."
"Sama-sama"
"Kami jadi gak enak."
'Dikasih makanan bilang gak enak. Kenapa? Merasa bersalah habis ngegosip saya.'
Tapi itu hanya ungkapan hatiku.
"Gapapa. Biasa saja."
Aku segera bangkit untuk ke Pantry. Dan Doddy masih disana.
"Kok banyak Dod?"
"Sama bapak disuruh bagi-bagiin. Dikasih duit banyak sama bapak tadi?"
"Nggak. Disuruh gesek."
"Hemmm"
"Ini uang Mbak Aline. Sama bapak diminta buat balikin. Saya kasih cash gapapa ya mbak?"
"Iya gapapa."
"Kok mbak sedih?"
"Gapapa. Udah bagiin dulu. Orang bawah sudah?"
"Iya sudah. Punyaku bawa k hotel aja deh."
"Iya."
"Laptopnya sudah di install windows nya?"
"Iya sudah mbak. Saya ke Mbak Sherly dulu ya mbak."
"Iya."
'Semoga saja rasa iri nya bisa hilang dengan sikap adil ya Bapak ke semua.'
--- --- --- --- ---
Pendek ya hari ini? Maaf ya. Saya bingung ngecut nya. Kepanjangan soalnya. Kita lanjut besok ya.
Xoxo 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Wati_esha
🤝🤝🤝🤝🤝
2020-07-28
0
Lina Her-LieNha
didunia nyata,apa ada yaaa bos sebae ronald😍
2020-06-23
2
Mon🌻
itu yg iri tolong lelepin ke bak aja 😄😄😄
2020-06-07
2