#17 - Suara Sumbang

Pagi ini pengennya gak kerja aja gegara semalam. Aseli gak nyangka banget bakal deg-degan setelah ada adegan rambut. 

"Sadar Line, Sadar. Dia bos kamu. Jangan ****, jangan baper." Alinda mengingatkan dirinya agar tidak terbawa suasana. 

Karena sudah pukul 6.24, dia harus bergegas mandi agar bisa sarapan tanpa keburu-buru. Mandi dengan cepat dan siap-siap dengan cepat. Alinda bukan tipe orang yang berdandan dengan heboh. Cukup hanya skincare, bb cusion, pensil alis dan eye shadow tipis serta blush on dan lipstik agar tidak pucat. Sedikit eyeliner tipis untuk membingkai matanya. Setelah bersiap dia segera keluar dengan segala perlengkapan perangnya. Sepertinya membawa pekerjaan saat ini bukan hal yang bagus. Toh gak dikerjakan. Pikirnya.

Kali ini sudah ada Pak Ronald di sebuah meja dekat dengan pintu masuk. Ada mangkuk dan omelet kali ini. Bukan hanya roti seperti biasanya 

"Pagi Pak"

Beliau mendongak. Lalu tersenyum bahkan kedipannya pun terlihat seperti slow motion di film drama korea kesukaannya.

"Pagi Aline."

"Saya ambil makan dulu ya Pak."

"Silahkan."

Hari ini aku tidak tahu mau makan apa. Jadi aku mengambil nasi goreng seafood dan ikan goreng saus nanas berwarna kuning, tapi pasti asam manis seperti biasanya khas chinese food. Lalu aku mengambil kerupuk dan seperti biasanya aku meminta omelet. Setelah meletakkan makanan di meja, aku segera mengambil kopi dan apple tea. Bagus Alinda, Caffein mulu, udah kopi tambah teh. Setelah itu kembali lagi ke meja.

"Gak makan dulu Pak?"

"Emmm… oke."

Kami akhirnya makan, lalu suara Doddy membuat edisi mengunyah kami berhenti.

"Pagi Pak, Pagi Mbak Aline."

"Pagi" "Pagi Dod" Jawabku dengan Pak Ronald.

"Ambil makanan langsung Dod."

"Iya mbak"

Lalu kami lanjutkan lagi makan kami. Saat Pak Ronald selesai makan,

"Kalian beli Laptop nya kapan?" Tanya Pak Ronald

"Doddy aja Pak sama Agung nanti, saya stay di kantor aja soalnya banyak berkas yang perlu saya rapikan.

"Oke. Jadi jam berapa Dod keluarnya nanti? Saya mau makan siang sama Hans nanti, sama ada teman saya dari Jakarta juga."

"Setelah bapak makan siang saja kalau gitu Pak. Nanti bapak bisa kembali ke Kantor, saya langsung beli. Jadi tidak ganggu jadwal bapak, saya bisa naik ojek kok nanti, atau naik Taxi online. Gampang lah Pak, kalau saya mah."

"Oke. Ini CC saya. Nanti saya kasih pin nya ke kamu. Jangan sedih, langsung muncul laporan transaksi kalau kamu gesek kartu ini."

"Hehehe, yah, padahal saya rencana mau numpang henpon henpon baru gitu Pak."

"Saya juga mau lah Dod, IPad model terbaru boleh Dod, atau watchphone lah, biar kek anak-anak jaman now."

"Nanti langsung ketahuan Mbak, nanti malah gaji saya yang dipotong."

"Gapapa lah, gaji kamu ini."

"Ya elah mbak, jahat amat sama saya."

"Gapapa. Kamu dah biasa menderita."

Aku dan Doddy tertawa. Pak Ronald hanya geleng-geleng kepala.

"Btw, Mbak kok jahat sih, gak bungkusin nasi buat saya."

"Lah katanya kenyang?"

"Iya sih, tapi malam-malam saya lapar."

"Lha kan udah beli cemilan."

"Iya akhirnya saya dorong pakai snack sama air."

"Gapapa lah, paling cuma kembung ini. Yang penting perut penuh. Lagian pakai acara sok kenyang lagi."

"Ya kan kalau orang Indonesia itu, balik pulang kalau dari jalan-jalan bawa oleh-oleh mbak."

"Pak Ronald besar di Inggris Dod, gak ngerti bawa oleh-oleh. Wkwkwk" aku tertawa puas.

"Haish, kejamnya. Partner Kerjaku menyiksaku hingga kelaparan."

"Biarin, lagian kenapa gak pesan makanan lewat online?"

"Lha, iya ya. Saya lupa."

"Lha kamu sendiri yang lupa. Ya sudah, resiko di tanggung penumpang." Aku tertawa kecil 

"Sudah jam 8. Ayo berangkat."

"Baik Pak."

Kami berangkat, dan kali ini ternyata ada Pak Andry yang menjemput.

"Kapan sampai Pak?" Tanyaku pada Pak Andry setelah bertemu dengan beliau di depan.

"Jam 8 kurang Bu."

"Sudah makan?" Tanyaku lagi

"Sudah sudah."

"Bapak yang suruh Pak Andry datang?"

"Iya lah. Siapa lagi. Doddy yang suruh juga hak dia apa." Jawab Pak Ronald. Masuk akal sih. Kan dia Bos kami.

"Maaf Pak. Lupa."

"Kamu ini ada-ada aja." Lalu entah kenapa beliau merogoh ke belakang celananya. 

"Ini nanti kasihkan Pak Andry. Ganti naik ojek tadi."

"Baik Pak." Aku melihat satu lembar uang 100ribuan. 

"Kenapa dilihatin? Kamu mau juga?"

Aku mendongak sambil berkedip-kedip lalu Pak Ronald mendekati telingaku, "Kamu kalau bengong mulu kerjaannya, saya bakal cium kamu."

Aku langsung menjauhkan diri dan memalingkan muka ke arah jalanan. Ini memalukan. Antara marah dan deg-degan. Marah karena ini sedikit melecehkan. Deg-degan karena ini terlalu intim. Aku terdiam sepanjang jalan. Hanya ada suara Doddy dengan Pak Andry yang terdengar, karena dia ingin tau tempat mana yang enak untuk membeli laptop. Dan seberapa jauh tempat itu dari lokasi makan siang Pak Ronald. Setelah sampai aku keluar terakhir karena memberikan uang dari Pak Ronald untuk Pak Andry. Beliau sebenarnya menolak. Tapi aku sedikit memaksa agar beliau menerima. Aku bilang pada beliau, bahwa ini adalah rejeki untuk keluarganya di rumah. Jadi nanti pulang kerja bisa dipakai untuk beli makan atau bisa untuk tambahan jajan anak-anak. Pak Andry berterima kasih sekali lagi. Lalu aku keluar.

Aku langsung ke ruanganku dan segera melanjutkan kerjaan yang kemarin tertunda. Partnerku belum datang semua, tapi satu orang sudah datang. Dita.

"Kok pagi kamu Dit?"

"Iya mbak, tadi ambilkan ibu antrian di rumah sakit."

"Ibu sakit apa Dit?"

"Terapi mbak, 5bulan yang lalu kena stroke tapi sudah mendingan, soalnya langsung ketahuan jadi gak parah-parah banget. Tapi tetap saja tiap 2 minggu sekali harus kesana buat terapi supaya lebih baik."

"Semoga ibu cepat sembuh ya Dit. Terus ini terapi sama siapa?"

"Sama adik saya. Dia hari ini gak ada kuliah soalnya."

"Owh, ya sudah kalau ada yang menemani. Kalau memang urgent gak ada yang menemani kamu ambil cuti aja. Biar terapi nya gak tertunda."

"Iya Bu."

"Panggil saya Aline aja atau mbak deh kalau gak enak."

"Oke mbak."

Aku melanjutkan pekerjaan. Banyak sekali data-data ini. Seperti gak pernah selesai.

Pukul 11 Doddy datang ke tempatku,

"Mbak, aku pergi dulu ya. Mau dibawain apa nanti?"

"Pizza deh. Ada uang gak?"

"Ada kok."

"Gesek aja, nanti saya transfer."

"Gesek pakai CC bapak, Mbak?"

"Boleh aja. Sama-sama berkurang juga uangmu akhirnya."

"Ya elah"

"Udah aku transfer nih, aku kirim buktinya ke kamu."

"Mau rasa apa emang?"

"Nanti aja. Aku wa in pas maksi. Toh belinya tunggu kamu selesai belanja kan?"

"Iya. Ya udah, aku berangkat ya. Dah Mbak Aline."

"Dah Dod. Hati-hati."

"Iya"

Doddy pun pergi.

"Mbak deket ya sama Doddy"

"Owh, iya. Kami lumayan deket sih."

"Kabarnya Doddy juga belum lama ini jadi Asisten nya Pak Ronald."

"Kalau posisi Asisten sih belum lama. Tapi sebelumnya waktu dia jadi OB, dia sering bantuin aku buat jagain meja sekretaris pas aku makan siang."

"Jadi Doddy awalnya cuma OB. Beruntung ya dia." Kata Dita.

"Doddy waktu jadi OB sih cuma tamatan SMA doang, tapi dia kuliah juga, jadi pas lulus dengan IPK 3,3 kalau gak salah, saya minta supaya dia direkrut. Selain dia pintar, dia juga biasa bantu saya. Jadi kenapa talent kaya gitu disia-siain perusahaan. Dia bisa bantu bapak buat audit laporan keuangan juga. Jadi pantaslah kalau dia bisa di posisi sekarang."

"Owh"

Mereka, Dita dan Rani mungkin awalnya meremehkan Doddy karena dari OB ke Asisten. Seolah-olah hanya keberuntungan yang berjalan. Tapi aku harap setelah ku jelaskan tentang kepintaran dan kerja keras Doddy membuat mereka tahu, untuk tidak meremehkan mereka yang mungkin awalnya posisinya dibawah, tapi siapa tahu nanti mereka yang dibawah tiba-tiba ada di atasmu.

Pukul 11.30 aku mencari Agung untuk minta tolong supaya dibelikan makan siang. Ternyata dia sedang di Pantry. 

"Gung"

"Iya Bu"

"Minta tolong dong, belikan makan siang di warung gang sebelah."

"Iya Bu"

"Belikan nasi campur ya. Lauknya ayam panggang/ayam crispy. Sayurnya, oseng aja. Jangan yang berkuah."

"Berapa Bu?"

"Satu aja. Doddy lagi pergi soalnya."

"Baik Bu."

"Nanti kamu beli makan siang pakai uang itu juga."

"Baik Bu."

"Sama es juga ya Gung, es teh aja."

"Iya. Saya permisi."

"Oke terima kasih ya."

"Iya Bu, sama-sama."

Aku kembali ke ruangan. Tapi sebelum masuk.

"Aku tuh agak heran sama Mb.Alinda. Dia kan Chief Admin ya disini, kok sering nemenin Bos. Sampai-sampai kabarnya ikut nginep juga di hotel sama Bos."

"Serius? Pantesan kok sering gak balik ke Kantor dia kalau ada Bos terus pagi juga sering datang bersamaan. Jangan-jangan?"

"Aku tuh mikir juga gitu. Soalnya aneh aja, kok nempel bos mulu."

"Lalu kenapa dia di pindah kesini? Kan mending di Jakarta."

"Lha kalau di Jakarta ketahuan dong sama bini si Bos. Lagian masak sih Bos yang sekeren itu, udah masih muda, tampan, kaya belum nikah. Jadi mungkin dia dipindah biar gak ketahuan gitu. Lagian Bos juga baru kemarin ini balik Jakarta, sekarang sudah kesini lagi."

Aku hanya diam saja di balik pintu masuk. Tidak disini tidak di Jakarta, kebersamaanku dengan Pak Ronald selalu jadi pembicaraan. Meskipun sekarang ada Doddy.

--- --- --- --- --- --- --- --- ---

Jadi siapa kemarin yang minta ada sedikit intrik momen antara Pak Ronald dan Alinda?

Ini aku kasih gambarannya. 

Dan here we go, dunia, netizen dan kita.

Enjoy the chapter ya guys.

Jangan lupa like komen. Inget, yang minta lanjut, saya ditolong buat bikin barang 1 atau 30 chapter. Supaya bisa up cepet.

See you… xoxo 💕💕

Terpopuler

Comments

xk_ekga

xk_ekga

netizen mulut ombreng

2020-11-16

0

Timeta

Timeta

klo ga ada gosip ga hot kayaknya hehe...

2020-11-13

1

Win_dha88

Win_dha88

aq lulus kuliah belum pernah kerja...
langsung nikah...
jadi,,ngga merasakan gmna dunia orang kErja...
ternyata begitu memusingkan ya...😅😂

2020-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!