Tubuh Kesya menindih orang tersebut, mata keduanya kembali bertemu. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Kesya bisa melihat dengan jeli mata coklat yang tampak sangat memukau dan indah. Bukan hanya itu, Kesya bisa merasakan debaran jantungnya yang mulai berdetak tidak karuan.
"Indah banget," puji Kesya tanpa sadar di dalam hati.
"Woi karung beras! Minggir, badan kamu berat," usir Kevin yang membuat Kesya tersadar.
Ia segera bangun, merapikan rambutnya yang tampak berantakan. Begitupun dengan Kevin ia juga ikut berdiri, tidak lupa memasang wajah datar seperti biasanya.
Tatapan mata Kesya yang terlihat menyeramkan membuat Kevin merasa sedikit gugup. Wajahnya tampak memerah menahan lonjakan kemarahan.
"Itu matanya hampir keluar," ujar Kevin enteng.
Jangan tanya bagaimana keadaan Kesya saat ini, rasanya kepalanya penuh dengan api yang membara. Bagaimana tidak, ia masih kesal dengan Naya sekarang ditambah Kevin. Benar-benar menguji kesabaran Kesya.
Ok, jangan salah Kesya jika jiwa iblis berhasil menguasai dirinya. Tanpa ba bi bu, Kesya langsung menerjang rambut Kevin, menariknya sekuat tenaga.
"Akh! Cewek gila lepas-lepas," peringat Kevin sembari meringis kesakitan, rambutnya kini ditarik Kesya dengan kasar.
"Rasain, biar ****** sekalian. Dasar Makhluk Astral!" teriak Kesya membahana.
Untunglah Kevin bisa segera melepaskan tangan Kesya dari rambutnya, jika tidak mungkin sebagian kepalanya akan gundul.
Kevin menganga lebar, melihat beberapa helai rambutnya yang kini telah rontok, ia sungguh tidak menyangka bahwa gadis dihadapannya ini memang sangat berbahaya.
"Wow, aku benar-benar tidak percaya ternyata tidak hanya aneh. Kamu juga sakit jiwa!" tuduh Kevin tidak akan ketus.
"Apa katamu!" murka Kesya tidak kalah seram, ia telah siap dengan serangan selanjutnya.
"Kakak, kalian sedang apa?" tanya Dipta yang melihat ke arah dua manusia didepannya dengan tatapan bingung. Manik matanya terlihat sangat imut dan lucu.
Kesya menghentikannya, ia yang semula berniat memukul, kini membelai rambut Kevin dengan lembut.
"Kita cuma lagi bercanda aja," ujar Kevin tersenyum paksa, tidak lupa menepis tangan Kesya dari rambutnya.
Bola mata Dipta bergerak secara bergantian melihat ke arah Kevin dan juga Kesya, ia merasa aneh dengan tingkah dua manusia dihadapannya. Jelas sekali tadi mereka bertengkar, sekarang malah tersenyum satu sama lain.
Dipta mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. "Ck, ck, ck kalian seperti anak kecil," sindir Dipta angkuh, ia menyilangkan tangannya didepan dada agar terlihat seperti orang dewasa bahkan nada bicaranya sedikit meninggi.
Setelah itu, Dipta berlalu pergi meninggalkan Kesya dan Kevin yang masih terpaku diposisi semula. Keduanya saling melempar tatapan satu sama lain.
* * *
"Imutnya," pekik Naya senang, ia terus saja mencubit pipi Dipta gemas tak lupa mata yang tampak berbinar bahagia.
Naya sangat menyukai anak kecil apalagi bocah yang mengemaskan seperti Dipta, pipi chubby, bola mata yang tampak seperti boneka, sangat imut, ditambah wajah Dipta yang polos. Sungguh Naya sangat menyukainya.
Sebenarnya, semenjak lama Naya ingin punya adik, hidup seorang diri di rumah yang begitu besar, ditambah lagi dengan kedua orang tuanya yang selalu berpergian, membuatnya merasa kesepian, itu sebabnya Naya sangat menyukai anak kecil.
Menurut Naya anak kecil adalah malaikat yang selalu berhasil menghilangkan rasa kesepian meskipun tidak sepenuhnya.
"Aku memang imut dan juga tampan," tambah Dipta bangga.
Kesya dan Naya terdiam sejenak. "Bahkan cara bicaranya mirip dengan Kevin," ujar Naya setelahnya.
Kevin menatap tidak suka kedua gadis dihadapannya. "Dia itu adikku jadi wajar mirip denganku."
"Awww," teriak Kevin terkejut. Kedua kakinya baru saja di injak paksa oleh kedua manusia dihadapannya.
"Yakk, kalian berdua benar-benar aneh!" Sela Kevin sembari mengusap kedua kakinya.
Pertama rambutnya yang jadi korban. Nah, sekarang kakinya juga ikut kena.
"Jangan ajarkan Dipta cara bicaramu itu," peringat Kesya.
"Tidak, aku tidak mengajarkan apapun," bantah Kevin.
"Tapi, ia meniru segala kelakuanmu, cobalah berbicara dengan nada yang lebih baik." nasehat Kesya.
"Memang apa salahnya dengan cara bicaraku, kami memang keturunan tampan, tidak aneh sepertimu." Sewot Kevin sambil tersenyum licik.
Jelas saja, Kesya tidak terima diejek aneh. "Apa katamu!"
Kevin mengangkat dagunya tinggi-tinggi. "Kenapa? Bukankah itu benar."
"#@&$#..." Naya segera menutup mulut Kesya, ia tahu Kesya pasti akan mengeluarkan banyak umpatan ketika marah dan itu sama sekali tidak baik di dengar oleh Dipta. Jangan lupa bahwa Dipta masih dibawah umur untuk mendengar semua ucapan yang tidak jelas tersebut.
"Kalian kenapa sih? Dari tadi bertingkah aneh," ujar Soraya yang muncul dari dapur dengan sepiring nasi goreng yang cukup dimakan untuk mereka berlima, bahkan mungkin lebih. Soraya sengaja membuat sarapan yang begitu banyak hari ini.
Kesya melepaskan tangan Naya dari mulutnya. Sementara Kevin, ia hampir terbahak jika saja ia tidak menahannya. Ayolah Soraya yang ibu kandungnya sendiri juga ikut mengatai Kesya aneh.
Kesya merasa kesal bukan main. Kenapa ibunya terlihat membantu Kevin mengatainya aneh. ia mengembungkan kedua pipinya sebel.
"Aku baru tahu, kalau mama mertua sama menantu bisa sehati gitu," goda Naya berbisik di telinga Kesya.
Kesya langsung melotot tidak suka mendengarkan perkataan Naya. Kenapa hari ini semua orang membuatnya kesal sih?
"Ayo dimakan," ujar Soraya sambil menuangkan air mineral ke dalam gelas.
"Wahh, nasi gorengnya enak," seru Dipta senang. ia langsung memasukkan sesuap penuh nasi ke dalam mulutnya.
Begitupun Naya, ia mengacungkan kedua jempol senang. "Sangat enak,"
"Terimakasih Tante," ujar Kevin ramah.
Kesya juga ikut melahap makanan dihadapannya dengan senang sampai melupakan rasa kesal yang bergemuruh di hatinya. "Masakan Mama memang yang terbaik."
Mereka makan dengan lahap tanpa mengeluarkan sepatah kata setelahnya.
"Andai, mama juga memasak untukku, seperti yang dilakukan Tante Soraya, pasti aku akan menjadi anak paling bahagia di dunia," Naya menghentikan suapannya ketika melihat Kesya yang tengah sibuk bercanda dengan Soraya. "Dan punya seorang adik, pasti aku tidak akan kesepian." Kali ini Naya melirik ke arah Kevin dan Dipta yang sedang sibuk memperebutkan telur dadar.
Naya meletakkan telur miliknya ke dalam piring Dipta. "Kakak, sedang tidak ingin makan telur." Bohong Naya.
Dipta terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk senang, ia berterima kasih ke Naya dengan tulus.
Sebuah pagi hari yang tidak akan pernah dilupakan Naya, dimana ia bisa merasakan kasih sayang keluarga meski tidak dari orang tuanya langsung.
Ya sebuah keluarga.
Naya berharap suatu hari Mama dan Papanya bisa makan bersama, ia sudah terlalu bosan makan sendiri atau ditemani para pelayan.
Terkadang menjadi anak orang kaya bukan hal yang membanggakan, tidak semua hal yang terlihat indah dari luar sama dengan isinya. Begitulah sedikit gambaran tentang Naya, punya banyak uang dan harta tidak membuat seratus persen bahagia, malah hal sederhana seperti sekarang yang membuat ia merasa bahagia.
Naya sangat bersyukur untuk apa yang ia miliki hari ini, mempunyai Kesya sebagai sahabatnya adalah sebuah anugerah yang amat berarti dalam hidupnya.
* * *
Nyambung gak ya chapter ini, udah hampir genap seminggu gak update gara-gara kehilangan mood menulis 😔😔.
Maaf ya jika Chapter kali ini agak berantakan.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya 😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ummi Syifa Zulfa
lanjut lagi kak
2020-04-13
0