Chapter 17 Labil

Dipta mengerutkan kening bingung, ia mendongak kepala ke atas, menatap langit-langit rumah yang tampak baik, menurut film yang ia tonton, alien selalu turun menggunakan piring terbang, yang ukurannya lumayan besar dan bukan hanya itu, jika memang benar ada alien turun, pasti atap rumah sudah roboh.

"Dimana piring terbangnya kak?" tanya Dipta polos.

Naya yang mendengar pertanyaan Dipta, tertawa ngakak, ia mengacak rambut Dipta gemas. Sangat menggemaskan.

"Bukan alien itu," jelas Naya singkat.

"Terus apa? Kakak berdua aneh deh," keluh Dipta pusing.

Kevin datang dengan membawa segelas air lalu, memberikannya pada Dipta. Ia melirik sekilas ke arah Naya dan juga Kesya. Jangan lupa, ia masih kesal akibat lemparan benda tadi, bukan masalah rasa sakitnya tapi lebih ke harga diri mungkin.

"Kak," Dipta menyerahkan kembali gelas yang kosong.

"Kenapa?" tanya Kevin lembut.

"Tadi kak Kesya bilang, ia sedang di kejar alien, emang bener ada alien di dapur?" tanya Dipta penasaran.

Mendengar hal tersebut, Kevin langsung menatap Kesya dengan tatapan melotot, tentu saja Kevin tahu jika, alien yang dimaksud adalah dirinya.

Ia ikut duduk di dekat Dipta, menaruh gelas yang ia pegang di atas meja. "Itu tidak benar, mereka hanya tukang halu."

"Apa?" Kesya dan Naya sama-sama tidak terima.

Enak saja Kevin mengejek mereka para halu, ya meskipun mereka adalah kpopers stadium kronis tapi gak gitu jugakan.

Suara dering ponsel membuat Kesya yang ingin menggerutu, memilih untuk diam sesaat.

Naya sempat melirik sekilas nama yang tertera di benda persegi panjang tersebut. "Salsa," kata Naya sambil berpikir, sepertinya ia pernah mendengar nama itu tapi, dimana.

Kevin menjauh ponsel dari jangkauan Naya. Sementara Kesya, mendengar nama Salsa disebut ia merasa tidak tenang, sesuatu dihatinya tampak memberontak marah.

"Is, ponsel butut gitu aja sombong, awas nanti kalau aku beli model terbaru," teriak Naya. Sementara Kevin ia segera pergi menjauh untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Tapi, ponselku memang yang terbaru, aku kan baru membeli kemarin." Ingat Naya dalam hati. Sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Entah sudah berapa kali ia mengganti ponsel hanya karena bosan.

"Ah, sudahlah." Pikir Naya, ia menoleh ke arah Kesya. "Woi, kenapa begong?" tanya Naya yang melihat Kesya diam.

"Gak, aku gak lagi bengong kok," Kesya mencoba mengelak. "Mau Kakak hidupkan tv?" tanya Kesya mengalihkan topik pembicaraan.

Dipta segera mengangguk, daripada mendengarkan ocehan orang dewasa yang membingungkan, lebih baik ia menonton film kartun favoritnya.

Kesya bangun, menekan tombol power pada televisi.

"Kesya, kamu tahu sesuatu tidak?" Kesya sedikit terkejut, mendapati Naya yang tiba-tiba berbisik di telinganya.

"Apaan?" Kesya hanya mengeluarkan sepatah kata, ia tidak sedang berniat meladeni Naya. Hatinya terasa panas dan tidak tenang.

Naya tersenyum miring sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Aku mencium sesuatu yang aneh, yang seperti bau gosong."

Kesya mencoba mempertajam indra penciuman miliknya untuk mencari bau yang dijelaskan Naya.

"Gak ada tuh, kamu pasti bohong," bantah Kesya sembari mengambil remote, mencari saluran tv yang menayangkan film anak.

"Serius, aku mencium bau kecemburuan," jelas Naya acuh tak acuh.

"Apaan sih, bercandanya gak lucu," bantah Kesya dongkol.

"Benarkah tapi, aku bisa melihat ekspresi cemburu diwajahmu." Tuduh Naya enteng.

"Gak mungkinlah, buat apa aku cemburu sama Kevin, aneh ni otak." Tolak Kesya sambil menjitak kepala Naya pelan.

"Aww," teriak Naya. "Sama teman kok sadis sih." Naya mengelus kepala cantiknya yang sedang kesakitan.

"Padahal aku gak ngomong tentang Kevin, cuma kata cemburu aja."

"Ngomong lagi, kupecahin itu kepala," ancam Kesya yang membuat Naya mundur beberapa langkah.

"Dipta, kamu nonton filmnya sama kak Naya ya, kakak mau ambil cemilan dulu," Kesya kemudian melenggang pergi menuju dapur.

* * *

Semenjak perjalanan dari ruang tamu hingga menuju dapur, tidak ada sedetik waktu pun yang dilewatikan Kesya. Ia terus mengoceh.

"Siapa juga ya cemburu," keluh Kesya dalam hati. "Bodoh amat, gak penting."

Mulut Kesya mungkin bisa menyangkal namun, hatinya. Ayolah sangat tidak tenang, pikirannya mulai kalang kabut. Kesya mencoba kembali fokus pada aktivitasnya, ia mengambil beberapa makanan ringan dari lemari tetapi, samar-samar ia mendengar suara Kevin.

"Fokus kesya, fokus," ia terus bergumam sendiri, otaknya mungkin tidak tertarik tapi, bagaimana dengan hatinya, tanpa sadar tubuhnya menghampiri Kevin. Ia bersembunyi dibalik pintu, menyimak dengan baik topik pembicaraan mereka.

"Baik, kita akan bertemu nanti sore di toko buku." Ujar Kevin santai

Sementara, Kesya, ia mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Kevin dengan seksama.

"Tidak apa, aku juga senang bisa membantu." Ucap Kevin sebelum memutuskan sambungan telepon mereka.

Setelah memastikan Kevin pergi, Kesya langsung keluar dari tempat persembunyian dengan perasaan kesal.

"Apa katanya tadi senang," ulang Kesya dengan nada mengejek. "Dasar modus!, Manusia Alien tidak tahu diri, cowok kurang peka" teriak Kesya sambil melayang pukulan di udara.

"Kesya, kamu ngapain?"

Mendengar nama dirinya disebut, Kesya berbalik, mendapati Naya yang tengah sibuk mengunyah biskuit yang ia ambil tadi untuk Dipta. Naya mendekati Kesya, ia melihat ke kanan dan kiri.

"Siapa tadi yang kamu ajak bicara?"

Kesya tidak menjawab, ia berjalan menuju dapur, mengambil napan yang berisi makanan ringan tadi. Naya berjalan mengikuti Kesya di belakang, ia kembali mengambil beberapa biskuit coklat.

"Makan jangan sambil jalan," peringat Kesya.

Naya hanya tersenyum cengengesan, ia tidak mendengar nasehat Kesya, malah sibuk mengunyah. "Aku mau pulang dulu ya."

"Lho, kok dadakan," Kesya berhenti berjalan.

"Tadi Mama nelpon, aku juga gak tahu kenapa," jawabnya jujur, ini pertama kalinya orang rumah menghubunginya untuk pulang, biasanya tidak ada orang yang perduli.

Kesya tersenyum. "Bagus berarti, siapa tahu orang tuamu mau kasih kejutan."

"Ya semoga benar," ujar Naya datar. Meski dalam hati ia berharap perkataan Kesya benar.

Mereka kemudian kembali berjalan, saat sampai di ruang tamu, Kevin dan Dipta juga pamit pulang. Alhasil Kesya hanya tinggal sendirian di rumah.

"Ya gini nasib jomblo," batin Kesya menatap kosong acara tv sambil mengunyah biskuit asal.

"Malah dapat adengan romantis lagi," bentak Kesya kesal. Di televisi terpampang jelas. Dimana tokoh cowok yang diam-diam memeluk si cewek dari belakang. Bukannya baper dengan adengan tersebut, ia malah sibuk menceramahi televisi yang tidak mengerti perasaannya sekarang.

"Hidup jomblo memang banyak cobaan." Sindir Kesya lagi pada dirinya.

"Kamu lagi apa sih?" tanya Soraya yang baru pulang, ia melihat putrinya sibuk marah-marah tidak jelas. Ia kini duduk di sofa di samping Kesya.

"Itu ma, televisinya kurang asem," Hardik Kesya kesal, ia kemudian pergi masuk ke kamar.

Soraya menatap heran anaknya. "Kamu lagi PMS ya," teriak Soraya tetapi Kesya tidak menyahut. Ia memilih bungkam. Kesya menjatuhkan tubuhnya di atas kasur sambil meninju boneka yang diberikan Kevin kemarin. Jangan salah paham dulu, kalian masih ingatkan dengan kumpulan boneka hasil mengerjai Kevin saat di taman hiburan kemarin. Jadi, hampir setengahnya diberikan pada Kesya. Dipta hanya mengambil tiga boneka harimau. Sementara Kesya mendapatkan satu boneka beruang dan satu lagi boneka itik.

"Dasar labil," Soraya hanya menggeleng kepala pelan, ia kini sibuk menonton televisi.

* * *

Siapa ni yang masih jomblo terus malah nyalahin televisi yang menayangkan adengan romantis, sabar ya😂😂

Kan udah dikasih tahu Kesya, jomblo banyak cobaan nya. jadi, sering-sering istighfar ya🤣🤣🤣

sampai jumpa di Chapter selanjutnya.

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN KALAU KALIAN SUKA 😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!