Dari sekian banyak penduduk bumi, negara Indonesia memiliki jumlah penduduk 200 juta lebih, bukan hanya itu, negara ini memiliki 34 provinsi dan beribu-ribu pulau. Hal yang paling menyebalkannya adalah dari sekian banyaknya manusia dan tempat tinggal di bumi. Kenapa Kami harus bertetangga?.
~ Curhatan Kesya yang masih belum menerima kenyataan ~
Seperti biasa, saat cahaya matahari pagi melalui celah jendela, Kesya terbangun. Ia menggeliat beberapa kali, merenggangkan ototnya, Kesya bangkit dari kasur menuju kamar mandi untuk bersiap sekolah.
Selang beberapa menit, Kesya telah siap dengan seragam SMA yang melekat manis ditubuhnya, seraya berputar bak model di depan cermin.
"Kesya, sarapannya udah siap," Panggil Soraya dari bawah.
"Iya Ma," teriak Kesya sambil berlari turun ke bawah.
Ia segera duduk dimeja makan sambil melahap roti strawberry kesukaannya, lengkap dengan segelas susu putih.
"Ma, itu untuk apa?" tanya Kesya saat mendapati mamanya sibuk mengolesi beberapa potong roti.
"Ini bekal untuk kamu dan Kevin," ucapan Soraya sukses memberikan efek tersedak pada Kesya.
Soraya dengan sigap mengambil air putih sembari menepuk pelan punggung anaknya itu. "Makanya kalau makan itu perlahan, jangan kayak dikejar maling."
"Bukan gitu Ma, ngapain sih buat bekal untuk si Kevin, gak penting," sela Keysa tidak terima.
"Kamu ini gimana sih, sesama tetangga harus saling berbuat baik," terang Soraya singkat.
Ya, sesama TETANGGA. Tentu saja kata tersebut berhasil menampar Kesya berulang kali, kenyataan bahwa ia dan juga Kevin, telah ditakdirkan Tuhan untuk tinggal bersebelahan. Belum bisa diterima Kesya.
Bagaimana tidak, berpapasan disekolah saja sudah membuat Kesya geram setengah mati dan sekarang mereka akan terus bertemu setiap harinya. Sungguh sangat tidak masuk akal.
"Ini olesi satu potong roti lagi, Mama juga mau bersiap untuk bekerja." Menyerahkan botol selai strawberry itu pada Kesya.
Sepeninggalan Soraya, Kesya terus menceramahi selai dan roti yang tidak bersalah, kedua benda diam tersebut tampak pasrah mendengar segala keluh kesah Kesya di pagi hari.
Untunglah sebuah ide cemerlang menyelamatkan mood Kesya yang hampir berantakan. Garis lengkung kembali tercipta bahkan lebih menawan dari sebelumnya.
"Lihat saja nanti, biar roti ini yang akan memberimu pelajaran," Kesya tertawa senang.
Kesya berjalan menuju Soraya, "Ma, aku berangkat ya."
"Ya, hati-hati."
Setelah itu, Kesya berjalan keluar, namun langkah terhenti ketika melihat orang yang telah membuat paginya hampir hancur, berdiri tegap di depan rumahnya.
"Ngapain kesini?" tanya Kesya penuh selidik.
"Jemput kamu," ucapan tersebut sukses membuat Kesya merasa curiga, ia melempar tatapan menyelidik ke arah Kevin dengan cepat.
"Jangan kegeeran! ini semua perintah mama," lanjut Kevin.
Kesya menatap kesal Kevin sambil memilih berlalu. "Ya udah, pergi sendiri sana, aku jalan kaki aja seperti biasa."
"Enak saja, aku sudah menunggu selama tiga puluh menit disini," titah Kevin. "Naik atau aku akan menyeret paksa dirimu."
Acaman tersebut tidak digubris Kesya, ia berjalan santai seolah mengaggap perkataan Kevin angin yang berlalu.
Kesya diseret paksa untuk naik ke motor, tangannya kini telah dipegang Kevin "Naik atau aku gendong,"
Tatapan tajam Kevin sukses membuat nyali Kesya menciut, ia menuruti perintah Kevin, untuk segera naik dan duduk dibelakang. jangan tanya bagaimana keadaan Kesya, wajahnya merah padam menahan emosi. ia ingin sekali menenggelamkan mahluk menyebalkan seperti Kevin ke dasar samudera agar jadi makanan binatang buas yang berada di sana.
Kevin melajukan motor dalam diam. Sementara dari jauh Soraya dan Mika tersenyum melihat pertengkaran keduanya.
"Dasar cowok nyebelin! makhluk astral! Alien laknat!" maki Kesya dalam hati.
"Bisa gak diam, belum puas juga menjelekan aku dari tadi," ujar Kevin yang sukses membuat Kesya menganga lebar.
"Dasar aneh, emang dia bisa dengar isi pikiranku," batin Kesya cemberut.
Aksi rem mendadak sukses membuat tubuh mungil Kesya menubruk punggung Kevin yang seperti tembok. "Dasar cowok gila! ngapain sih ngerem tiba-tiba."
"Turun," perintah Kevin.
Kesya memandang heran ke arah Kevin, lima menit yang lalu ia dipaksa naik, sekarang malah disuruh turun. Sikap manusia satu ini sangat aneh seperti biasanya.
"Sebenarnya manusia ini maunya apa sih," pekik Kesya dalam hati.
Kesya langsung turun, tidak lupa tatapan sinis yang masih tetap setia. "Dengar, aku tidak ingin semua orang tahu kita pergi bersama dan tinggal bersebelahan karena itu kamu harus turun disini."
Sesudah mengatakan alasannya menyuruh Kesya turun, Kevin kembali melanjukan motornya tanpa memperdulikan penampilan Kesya yang sudah uring-uringan menahan emosi.
Kesya menarik napas panjang melalui hidung kemudian, menghembuskannya melalui mulut. Tindakan ini ia lakukan beberapa kali untuk menurunkan amarah yang menguasainya, semalam suntuk ia mencari cara jitu menghadapi sikap Kevin yang selalu berhasil membuat tensi darahnya naik, pun menemukan teknik napas dalam untuk meredam emosi, terbukti setelah beberapa menit Kesya melakukannya ia mulai merasa sedikit tenang.
"Tenang Kesya, sebentar lagi Kevin akan mendapat balasan," yakin Kesya pada dirinya.
Ia berlari kecil menuju gerbang sekolah yang memang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri.
* * *
"Hai," sapa Naya pada Kesya dari dalam kelas.
Kesya hanya tersenyum singkat, sembari mencuri pandang ke arah Kevin yang tengah sibuk berbicara dengan beberapa temannya. Kesya kemudian duduk di samping Naya, menaruh tas di atas meja.
"Kenapa sih? masih pagi udah sensi aja," ucap Naya heran ketika melihat tingkah sahabatnya.
Kesya segera menggeleng, bukannya ia tidak ingin bercerita tapi, ya mau bagaimana lagi, rasa kesal begitu mendominasi dirinya.
Naya yang menyadari perubahan sikap Kesya, tidak bertanya lebih lanjut atau jika tidak ia juga akan mendapatkan siraman rohani di pagi yang indah ini.
Tidak berapa lama, pelajaran pun dimulai, semua siswa sibuk mengerjakan soal yang diberikan bu Mini_guru matematika yang terkenal disiplin.
"Untuk menghemat waktu, saya akan membagikan kelompok secara acak,"
Bu Mini mengambil absen lalu membaca acak nama siswa satu persatu. "Kesya dan Kevin satu kelompok."
Pemberitahuan tersebut sukses membuat keduanya terkejut, dari sekian banyak manusia didalam kelas, Kesya selalu satu kelompok dengan Kevin.
"Minggu lalu, bahasa Indonesia, sekarang matematika," keluh Kesya tidak terima.
Naya menepuk bahu Kesya. "Sudah kubilang kalian memang ditakdirkan berjodoh."
Plak.
sebuah jikatakan mendarat mulus di kepala Naya, gadis tersebut menggerutu kesal sambil memegang bagian kepalanya yang sakit
"Rasakan, siapa suruh ngomong gitu," bela Kesya tidak bersalah.
"Kesya, Naya kalian berdua sedang apa?" tanya bu Mini yang melihat kejadian tersebut.
"Gak ada apa-apa kok Bu," sahut Naya cepat.
Keduanya langsung terdiam, kembali ke aktivitas mereka masing-masing, tidak ada yang berani mengeluarkan suara setelahnya.
Diam-diam Kevin memperhatikan gelagat Kesya dari tadi, benar kata Mika, Kesya memang istimewa.
#
Akhirnya selesai juga. jangan lupa dukung aku ya.
Kayaknya mulai malas lanjut ini😔
kebiasaan lamaku mulai kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Sioba Masibasa
mantap nih ceritanya thor
2020-03-16
2