Chapter 7 Dipta Kecil yang Imut

Sudah dua puluh lima menit, Kesya duduk diam dikamar, sebenarnya ia ingin tahu keadaan Kevin tatapi, rasa gensi miliknya masih terlalu tinggi untuk melakukan hal tersebut.

Kesya bangkit berjalan ke dekat jendela, dari balik tirai ia mengintip ke kamar Kevin.

Letak kamar Kesya dan Kevin yang saling berhadapan dan jarak rumah yang tidak terlalu jauh, memungkinkan Kesya untuk melihat keadaan Kevin, sayangnya, penglihatan Kesya dihalangi jendela kamar Kevin juga tertutup tirai.

"Gimana cara lihatnya kalau gini, Mama juga belum balik dari tadi," keluh Kesya sendiri.

"Jangan-jangan keadaan Kevin makin parah atau kondisinya kritis, itu sebabnya Mama belum balik." Pikiran negatif terus berdatangan membuat Kesya tidak bisa diam.

"Apa aku pergi ke sana saja tapi, nanti dia malah kepedean lagi." Kesya terus berbicara dengan dirinya sendiri.

"Aaaargh," kesal Kesya. "Dasar Kevin sialan! Berhentilah mengganggu hidupku sebentar."

Akhirnya, Kesya memutuskan untuk pergi ke rumah Kevin, ia bisa beralasan untuk bertemu Soraya dengan begitu harga dirinya bisa tetap terjaga.

* * *

*Disebuah kamar, terdapat anak kecil yang tengah bersembunyi, ia duduk diam didalam lemari, kedua tangan mungilnya digunakan untuk menyumpal mulut sendiri, meredamkan suara tangisan yang ia hasilkan.

"Anak sialan! Dimana kamu?" teriak seseorang yang semakin membuat anak kecil itu ketakutan, tubuhnya bahkan ikut bergetar hebat.

"Ketemu!" Ujar pria tersebut, sambil tersenyum licik dengan penuh kemarahan. Saat berhasil menemukan keberadaan anak tersebut.

Anak kecil itu memberontak. Namun, apa daya. Energi dari tubuhnya yang kecil tidak mampu menyeimbangi kekuatan pria dewasa yang telah mencengkram tangannya kuat.

Anak tersebut kembali menangis. "Sakit Pa, Kevin minta maaf." Lirihnya ketakutan.

Pria tersebut hanya tersenyum miring, semakin menambah kesan menyeramkan, ia menatap anak tersebut kesal, tidak ada rasa kasihan sedikitpun melihat anaknya yang semakin ketakutan.

Ia menarik anak kecil tersebut ke dalam ruangan gelap lalu menguncinya dari dalam.

"Berani sekali kamu membantah!"

"Pa, Kevin mohon ampun, jangan pukul Kevin lagi," rintih anak tersebut gemetar.

"Kamu harus diberi pelajaran! Dasar anak tidak tahu diri!" Makinya tanpa ampun.

Pria tersebut meraih kayu yang ada di dekatnya, ia melangkah mendekati anak tersebut.

Suara gedoran pintu membuat ia sedikit menoleh.

"Pa, jangan pukul Kevin, semua itu salahku, jangan sakiti anakku." Ujar sebuah suara dari luar.

Pria tersebut menyeringai lebar, ia tidak perduli dengan rintihan wanita dibalik pintu. Langkahnya semakin pasti mendekati anak kecil tersebut.

"Kamu pikir, aku akan luluh dengan ibumu, Lihat saja bagaimana tubuhmu membiru besok." Peringkatnya.

Dari balik kegelapan, anak itu bisa melihat pria tersebut mengangkat kayu, bersiap memukul dirinya*.

"Pa, Kevin minta ampun."

"Pa, Kevin yang salah."

"Paaa!" teriak Kevin terbangun dari mimpinya, tubuhnya kini dipenuhi keringat dingin

Sejak sepuluh tahun lalu, mimpi buruk itu selalu berhasil membuat Kevin ketakutan, seolah kejadian terus berputar dimentorinya hingga sekarang.

"Kakak, kenapa?" tanya Dipta, yang entah kapan berada di atas ranjang miliknya.

Kevin mencoba tersenyum, ia mencoba untuk tampak tenang. "Tidak apa, kan ada kamu disini."

"Kakak mimpi buruk lagi," tebak Dipta, semua anggota keluarga memang sudah lama mengetahui hal tersebut, terutama Dipta, Kevin ingat saat Dipta pertama kali melihatnya, setelah bermimpi buruk, tubuh Kevin gemetar, ia tertunduk ketakutan. Dipta datang dan langsung memeluk Kevin tampak mengucapkan sepatah katapun. saat seperti itu, Kevin merasa ia memiliki keluarga yang utuh, Dipta bahkan lebih dewasa darinya.

Dipta tersenyum manis memamerkan gigi putihnya yang tampak mengemaskan di mata Kevin. "Sini Dipta peluk, biar ketakutan kakak hilang.

Dipta langsung berdiri, ia maju memeluk Kevin, Sungguh Kevin sangat bersyukur memiliki keluarga yang sangat baik padanya, ia akan melakukan apapun untuk melindungi semua orang yang disayanginya. Terutama adik kecilnya yang imut.

"Gitu ya, sekarang Papa di cuekin," Suara bariton milik Hendri, membuat keduanya menoleh ke arah pintu.

Disana Hendri telah berdiri sambil menyilang kedua tangannya.

"Papa cemburu ya, sini Dipta peluk," ajak Dipta.

Kevin hanya tersenyum, Hendri berjalan menuju mereka.

"Anak Papa bisa aja," ujar Hendri mengacak rambut Dipta gemes. Sementara Dipta memasang wajah cemberut, bibirnya sengaja dimanyumkan ke depan.

"Papa gimana sih, rambut Dipta berantakan ni, " protes Dipta tidak terima, ia kini sibuk memperbaiki rambutnya.

"Dipta nganggu kamu lagi?" tanya Hendri pada Kevin.

"Gak kok, Pa," bantah Kevin, ia tersenyum singkat.

Dipta menarik lengan baju Hendri. Hendri membungkuk menyadari anaknya ingin mengatakan sesuatu. "Pa, Kakak mimpi buruk lagi tadi," bisiknya.

Raut wajah Hendri ikut khawatir, ia melihat ke arah Kevin untuk meminta penjelasan.

"Gak apa Pa, Kevin udah gak takut lagi," jelasnya singkat, meskipun hal tersebut tidaklah benar karena setiap kali ingatan itu kembali, tubuh Kevin akan diselimuti rasa ketakutan, ia bahkan pernah menangis hingga gemetaran di balik selimut.

Trauma masa kecil yang masih membekas berubah menjadi luka yang kronis, melakukan upaya untuk melupakannya malah akan membuat Kevin terus terperangkap di dalam kegelapan.

Mika dan Hendri pernah menyewa seorang psikolog untuk mengobati Kevin, hampir segera cara dilakukan, tetap tidak mampu menghilangkan pengaruh masa lalu hingga tuntas.

Bayangan masa lalu terus menghantuinya hingga sekarang.

Hendri tahu jika Kevin berbohong, biar bagaimanapun ia bisa membaca perubahan sikap Kevin tanpa perlu dikatakan.

"Ya, sudah kita turun yuk, Mama baru selesai masak kue lho," Hendri mengajak kedua anaknya ke ruang tamu.

"Ayo!" seru Kevin dan Dipta berbarengan.

* * *

Disini Kesya berdiri, ia malah sibuk melihat kanan kiri seperti pencuri, ayolah ia sangat ingin masuk tetapi, terhalang Ego yang begitu besar.

Rumah Kevin tampak begitu sepi dari depan.

"Kemana Semua orang ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Kesya Kenapa kamu malah berdiri di situ, ayo masuk," ujar Mika yang tidak sengaja melihat keberadaan Kesya.

Kesya tersenyum kikuk, melangkah masuk mengikuti Mika, "Tante masak kue hari ini, kamu mau coba kan, ibumu juga menyukainya."

Tatapan Kesya langsung tertuju ke arah Kevin yang sibuk tertawa dengan seorang anak laki-laki dipangkuannya.

"Itu Dipta, adik Kevin, kalian belum kenalan kan, sana pergi," Suruh Mika.

Kevin yang menyadari kehadiran Kesya bersikap seolah tidak peduli. Berbeda dengan Dipta yang langsung berlarian ke arah Kesya.

"Hai, kak, perkenalkan namaku Dipta Brahmana." ucap Dipta memperkenalkan diri.

Kesya tersenyum gemas melihat tingkah Dipta yang lucu. ia berjongkok mensejajarkan posisinya.

"Nama kakak Kesya kan?" tanya Dipta antusias, matanya bahkan tampak berbinar.

Kesya menyergit heran, dari mana anak ini bisa tahu namanya, mereka bahkan baru pertama kali bertemu.

Dipta tersenyum manis, "Kakak cantik, seperti yang kakak Kevin bilang."

Spontan ucapan Dipta membuat Kevin terbatuk-batuk, ia langsung melempar tatapan tidak suka ke Dipta.

"Gak, dia bohong, aku gak pernah bilang kamu cantik," Kevin mencoba menyakal, yang benar saja mau ditaruh dimana muka tampangnya ini. jika, Kesya tahu ia secara terus terang memujinya.

Kesya masih sedikit bingung, yang benar saja Kevin memujinya, pasti ia salah dengar.

"Kamu salah dengar, waktu itu kakak bilang, nilai Kesya selalu jelek, akan lebih baik kalau wajahnya cantik." Elak Kevin beralasan.

Dipta hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bagaimana mungkin ia salah dengar, jelas saat itu Kevin memuji Kesya.

"Oh, jadi kamu menjelekkan aku didepan anak kecil," kata Kesya tidak terima, jelas sekali harga dirinya telah diinjak oleh Kevin.

Kevin mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Aku cuma kasih tahu kenyataan kok."

Kesya mengepal kuat tangannya kesal, manusia satu ini tidak pernah melewatkan satu kesempatan pun untuk mengejek dirinya.

"Kevin, Dipta, Kesya. Ayo makan," ajak Hendri yang baru kembali dari ruang kerja.

Kesya yang saat itu sudah dipenuhi api kemarahan, terpaksa diam, ia tidak ingin meninggalkan kesan yang tidak baik pada orang lain.

Mereka akhirnya berkumpul dimeja makan, mencicipi Kue coklat yang dibuat Mika.

Soraya, Mika dan Hendri sibuk membahas masalah pekerjaan, Dipta sibuk mengunyah kue, sedangkan Kevin dan Kesya sibuk beradu tatapan saling membunuh.

"Dasar Alien Kurang ajar!" maki Kesya dalam hati.

# # #

Wih, gimana nasib Kevin ya, enak Kevin diapain ni🤔🤔?

Jawaban langsung dari Kesya : Di tendang, diblender jadi ikan pepes terus di buang ke tengah hutan Thor!

🙄sadis amat jawabannya author jadi takut.

20 Maret 2020.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!