"Terserah." jawab Kevin enteng.
Jawaban menyebalkan Kevin sukses membuat Kesya mencibirkan bibirnya jengkel, padahal ia baru saja memuji Kevin. Kesya terus mengeluarkan umpatan, tangannya sibuk memukul udara, andai saja membunuh orang itu dilegalkan maka, dengan senang hati Kesya akan menghabisi nyawa Kevin. Jiwa psikopatnya seakan meronta-ronta ingin keluar.
"Ya Tuhan, kenapa engkau kirimkan orang ajaib ini padaku, apa kesalahanku Tuhan," rintih Kesya dramatis.
"Bisa diam gak sih," ujar Kevin yang menyadari pergerakan Kesya dibelakang.
"Terserah," Kesya bahkan menirukan gaya bicara Kevin tadi.
Kevin langsung menoleh ke arah Kesya dengan tatapan mengintimidasi. Detik itu juga Kesya merasa mati kutu, ia membuang muka ke samping, tatapan itu mampu membuat nyalinya kembali menciut.
"Pegangan yang benar," perintah Kevin tetapi, tidak ditanggapi Kesya.
Kevin meraih tangan Kesya, menyilangkan kedua tangan mungil tersebut di pinggangnya.
Semua siswi yang melihat adengan tersebut, manatap iri ke arah Kesya, Bagaimana tidak, selama setahun penuh Kevin sekolah, ia tak pernah membonceng siapapun, bahkan Dewi, sang ratu sekolah, yang secara langsung meminta. Tidak di izinkan.
Tidak ada orang yang berani melewati batasan yang Kevin ciptakan, jika ada yang berani maka ia harus siap dengan segala konsekuensinya.
Tangan Kesya yang melingkar di pinggang Kevin membuat oksigen di sekitar serasa menipis, bukan hanya itu, jantungnya kembali bekerja tak beraturan, ia merasa seluruh tubuhnya merespon tidak normal.
Sementara Kevin, wajahnya tetap datar seolah tidak ada hal ajaib yang terjadi. Kevin melajukan motor meninggalkan gerbang sekolah.
Sepanjang perjalanan, Kesya hanya diam, ia tidak berani memulai pembicaraan, entah mengapa Kesya merasa kehabisan kata.
Susana canggung membuat keduanya enggan bersuara.
Kevin mulai merasa aneh, tubuhnya mulai terasa panas dan gatal. Beruntung mereka sudah sampai di depan rumah keluarga Kevin.
"Kamu bisa pulang sendirikan, itu tinggal jalan beberapa langkah lagi," tunjuk Kevin ke arah rumah Kesya yang memang terlihat dari posisi mereka berdiri.
Kesya melepas helm, memaksakan wajah untuk tersenyum dan berterima kasih, bagaimanapun Kevin sudah mengantarnya pulang, meskipun, Kesya masih sangat kesal.
"Ya sudah kalau gitu, aku pulang..." Kalimat Kesya tertahan saat melihat wajah Kevin yang pucat pasi, dipenuhi keringat.
"Kevin ada apa?" tanya Kesya dengan nada khawatir.
Kevin mencoba bersikap tenang meskipun tubuh sudah memberi sinyal warning.
"Ayo, biar aku antar," tawar Kesya yang langsung ditolak mentah Kevin.
Kevin mencoba berdiri tegap, "Lihat, aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing."
Tubuh Kevin hampir saja oleng, beruntung Kesya dengan cepat menahan agar tidak terjatuh. Ia memapah tubuh Kevin untuk masuk rumah.
Kesya menggedor pintu beberapa kali, namun, tidak ada jawaban. "Tante, tante Mika," panggil Kesya dengan suara lantang.
Mika yang mendengar suara Kesya memanggil langsung menghentikan aktivitasnya, ia menghampiri mereka.
"Ya, ada apa Kesya," begitu melihat keadaan Kevin yang lemah ia segera membantu Kesya meletakkan Kevin di atas sofa.
Raut khawatir jelas terpancar diwajah Mika. "Kevin kenapa?" tanyanya pada Kesya.
"Saya juga tidak tahu tante, katanya kepala pusing."
Bukan hanya pusing, Kevin merasa lemas dan nyeri di bagian perut.
"Kevin, kamu makan pedas" tebak Mira melihat keadaan Kevin, kulitnya tampak muncul bintik merah, Kesya yang mendengar hal tersebut merasa bingung.
"Dikit doang Ma," dalih Kevin.
"Memangnya kenapa Tante?" tanya Kesya tidak mengerti. Apa hubungan makanan pedas dengan keadaan Kevin.
Mika melihat ke Kesya. "Kevin alergi sama cabai."
Penjelasan Mika membuat Kesya menganga seketika. Jadi, itu sebabnya Kevin tidak pernah menyentuh makanan pedas.
Melihat kondisi Kevin yang semakin lemah, membuat Kesya merasa sangat bersalah.
"Bentar, Mama telepon dokter." Kevin langsung mencegah, ia mencoba duduk, mencari posisi yang nyaman untuk bersandar.
"Gak perlu Ma, bentar lagi Kevin juga sembuh kok."
"Tapi Kevin, kamu harus diperiksa dulu." Mika mencoba menjelaskan pentingnya pemeriksaan untuk mengetahui keadaannya.
Kevin segera menggeleng, "Aku cuma perlu minum obat, nanti sembuh sendiri."
Mika hanya menghembuskan napas berat, Kevin memang keras kepala jadi, percuma mejelaskan panjang lebar.
"Kesya, jagain Kevin, Tante nyari obat dulu."
"Baik Tante," ujar Kesya singkat.
* * *
"Kenapa gak bilang kalau kamu alergi cabai?" tanya Kesya saat memastikan tante Mika menghilang dibalik pintu.
"Memangnya kamu pernah bertanya? Gak kan," jawab Kevin enteng. Bahkan dalam keadaan sakit sekalipun, Kevin ya tetap Kevin. Manusia menyebalkan yang selalu berhasil memancing emosi Kesya untuk keluar.
Rasanya ia ingin sekali memukul lalu, menarik rambut Kevin tanpa ampun. Namun, ia urungkan, Kevin jatuh sakit kerena ulahnya. Kesya akan berusaha menjadi anak yang baik kali ini. Ya, hanya untuk kali ini, Kesya tidak bisa berjanji untuk bersikap baik nanti.
"Pulang sana, melihatmu membuat keadaanku makin buruk," usir Kevin kasar.
Kesya diam, tidak berniat menjawab, jika tidak, sudah dari tadi mereka berdebat.
"Tenang Kesya, kamu harus tenangin diri menghadapi makhluk setengah alien ini," kata Kesya pelan.
"Apa? Kamu bilang aku Alien."
Kesya hanya menaikkan bahu tak acuh.
"Terserah aku," ujar Kesya tidak mau kalah.
Untunglah Mika membawa nampan yang berisikan segelas air putih dan obat.
"Udah, kalian selalu saja bertengkar, ini minum dulu obatnya," Mika menengahi.
Kevin menerima obat dan langsung meminumnya.
"Tante, aku pamit pulang ya, takut mama nyariin."
"Hati-hati ya," ujar Mika mengingatkan.
"Rumahnya dekat Ma, gak perlu dinasehati." Sontak ucapan tersebut membuat emosi Kesya mencapai ubun-ubun, kalau saja tidak ada Mika bersama mereka, bisa dipastikan Kesya akan menjalankan segala niatnya yang ia tunda tadi.
Mika hanya menggeleng kepala pelan, menyaksikan pertengkaran antara Kevin dan Kesya yang tiada habisnya.
Kesya tersenyum lembut ke arah Mika. Setelah itu ia langsung keluar dari sana.
Sesampai di luar, Kesya kembali diselimuti rasa khawatir, ia kembali menoleh ke rumah Kevin. Biar bagaimanapun Kesya tetap merasa bertanggung jawab atas kejadian ini.
"Semoga cepat sembuh ya. My alien."
Setelah mengatakan hal tersebut, Kesya berlarian masuk ke dalam rumahnya.
"Mama," teriak Kesya dari luar.
"Kamu ini, selalu aja teriak," ujar Soraya, tidak habis pikir dengan tingkah putrinya yang satu ini. "Kok pulangnya telat?"
"Tadi Kevin sakit Ma, makanya Kesya lama," jelas Kesya dengan nada imut. Seperti anak kecil yang sedang melaporkan keadaan temannya.
"Sakit apa memangnya?" tanya Soraya ikut khawatir.
"Hm, itu ma, itu," jelas Kesya gugup.
"Ya itu kenapa?" tanya Soraya makin penasaran.
"Aduh, gimana cara jelasinnya ya, kalau sampai Mama tau, aku yang menyebabkan Kevin sakit, bisa ambyarr uang jajanku," batin Keysa.
"Deman biasa, Ma." Akhirnya otaknya menemukan alasan yang lumayan logis.
"Ya sudah, kamu ganti baju terus makan, Mama juga mau lihat keadaan Kevin dulu."
"Siap, Ma," ujar Kesya masih dengan setengah gugup. Ia segera naik tangga menuju kamar.
# # #
19 Maret 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ummi Syifa Zulfa
kereeen
2020-03-25
1