Are You A Mermaid?
Zraaasshh!!
Hujan badai menyerang kota tepi laut, sangat deras, petir menyambar-nyambar di atas lautan. Jalanan sepi berselimut kabut, membuat kabur pandangan siapapun yang melintas.
Di bawah laut kerumunan ikan sedang berlarian kesana-kemari melarikan diri dari sesuatu.
Yaahh.. sesuatu yang sangat berbahaya, Predator mereka! Sekelompok ikan ukuran besar namun berbeda dengan ikan pada umumnya sedang berburu. Dengan gigi taring yang tajam, kecepatan sirip yang mumpuni membuat mereka tidak terkalahkan dalam hal berburu.
Namun gelombang tinggi dan arus yang berubah secara tiba-tiba membuat salah satu dari mereka terpental, terseret arus, mencoba berenang dengan tenaga yang tersisa, memaksa sirip untuk melawan arus namun sia-sia.
Terbawa arus cukup jauh. Menabrak dinding-dinding pembatas laut, membuat seluruh tubuh terluka, tergores dan tidak berdaya. Mengikuti kemana aliran air membawanya. Takut.. itu yang di rasakan nya.
Kring!
Kring!
Kring!
Kring!
"Ya? Ada apa?" Ucap Densha dengan nafas yang tidak teratur, Pria tersebut baru saja dari kamar mandi.
"Kamu baik-baik saja sayang? Jangan keluar rumah! Sedang ada badai besar di luar" jawab seorang wanita di ujung telepon.
"Sudah aku bilang berapa kali sih bi!! Aku bukan anak kecil lagi, umurku sudah 18 tahun!! Aku tau cara menjaga diri dengan benar!!" Densha bicara dengan kesal.
"Kamu sudah makan?" Masih lanjut bertanya, sengaja tidak mendengar kata-kata Densha.
"Hemm!!" Jawab Densha ketus. "Jika tidak ada lagi yang ingin di bicarakan, aku tutup telponnya. Aku sedang sibuk!!" Dengan nada yang tidak suka.
"Baik sayang, jaga dirimu! Bibi sangat menyayangimu. Jika ada masalah segera hubungi bibi, Kamu tau kan bibi sudah berjanji pada kedua orang tuamu untuk menjagamu selagi bibi masih hidup" ucap wanita itu sedih.
"Cukup!! Jangan ingatkan aku pada orang tuaku! Aku sudah cukup mengingat mereka"
TUT!!
Densha menutup telpon dengan wajah kesal, ia melamun, mengingat wajah kedua orangtuanya. Menghela nafas berat seperti menahan sesuatu dalam hati.
Terima kasih sudah memperhatikanku bibi! Aku juga menyayangimu! - Densha.
"Baiklah!! Sekarang waktunya tidur, hujan deras begini memang lebih cocok jika bermalas-malasan!"
Densha adalah pelajar SMA berumur 18 tahun, badannya tinggi bak model pria, berkulit putih bersih namun tidak seputih kulit wanita, tatapan mata sedingin Es, dada yang bidang dan otak yang kadang berisi kadang tidak. Bukan berarti pria ini bodoh, hanya saja dia tidak terlalu pintar namun dia masih kategori 3 besar di sekolahnya. Walaupun tidak pernah mendapat peringkat satu, namun dia cukup puas dengan peringkat dua atau tiga. Dengan wajah tampannya dia bisa membuat seluruh gadis di sekolah menyukainya, namun Densha memilih untuk menutup diri dari para gadis karena itu hanya akan membuatnya repot saja, begitu pikirnya!
Cirp.. Cirp.. Cirp..
Suara burung-burung laut menyambut pagi yang cerah. Cahaya matahari masuk menyinari pria tampan yang sedang tertidur pulas.
"Hoaamm!! Sudah pagi ya?" Gumam pria itu.
"APA?? SUDAH PAGI?! JAM BERAPA INI?!"
Densha terlambat bangun, dia buru-buru masuk kamar mandi entah mandi atau tidak yang penting dia harus ke Sekolah tanpa terlambat.
Bagaimana aku bisa bangun siang begini?? - Densha.
(Di sekolah)
"Hoi Densha! Di sini!!" Ucap pria dengan rambut pirang sambil melambaikan tangan ke arah Densha.
Yaahh.. itu Moa teman dekat Densha, sangat dekat hingga banyak yang mengira bahwa mereka bersaudara. Moa menjadi satu-satunya pria yang berteman dengan Densha, bukan karena pria lain tak ingin berteman dengannya namun karena sifat dan watak Densha yang dingin membuat pria-pria di sekolahnya enggan berteman akrab dengannya. Mereka hanya bertegur sapa saja saat bertemu dan bicara seperlunya jika ada yang ingin dibicarakan.
"Belajar lagi?" Tanya Moa sambil merangkul bahu Densha yang berjalan mendekatinya.
"Tidak!"
"Kau tidak biasanya berangkat jam segini! Ada apa?"
Densha menoleh dan menatap Moa dengan tajam, menghela nafas.
"Tidak ada apa-apa! Terlalu enak tidur saja!"
"Ahh! Kau kesiangan? Tumben?" Tanya Moa basa-basi.
Densha hanya diam tidak menjawab dan meneruskan langkahnya menuju kelas. Dia tidak suka mendengar banyak pertanyaan yang tidak ingin dia jawab.
"Hoi! Aku di kacangin nih?" Teriak Moa yang melihat Densha terus berjalan ke depan.
Densha hanya memberi salam dua jari tanda maaf tanpa menoleh ke arah temannya tersebut sambil terus berjalan.
Dasar tidak waras!! Sudah berapa kali aku di kacangin? Aku kan hanya mengajak bicara basa-basi agar dia terlihat hidup. - Moa.
"Oi! Tunggu aku!" Seru Moa berlari mengejar langkah Densha di depannya.
~Di waktu yang sama di tempat lain~
Grasakk!!
Grassakk!!
Suara semak dan ranting pinggir sungai besar di bawah jembatan penyebrangan, yang digerakkan oleh suatu makhluk. Makhluk yang besar bersirip, dia menangis tanpa suara, meringis menahan sakit yang luar biasa.
Perlahan-lahan sirip ekornya mengelupas mengeluarkan banyak darah segar, dia menangis dan menangis karena setiap proses pengelupasan selalu menyakitkan untuknya. Selang beberapa lama sirip ekornya benar-benar terkelupas seluruhnya, meninggalkan sepasang kaki di tempatnya. Dia takut untuk keluar, takut dengan kehidupan yang ada di luar semak ranting ini. Melamun kemudian menutup mata sampai dia merasa di luar benar-benar sepi dan aman.
_________________________________________
Di sekolah ramai sekali gadis-gadis yang membicarakan Densha, selain ketampanannya, gadis-gadis juga menyukai sifat dingin nya. Terlebih lagi untuk Mod, gadis itu sudah mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya pada Densha. Mod sudah lama menyimpan perasaan pada Densha namun dia tidak cukup berani untuk mengungkapkan nya. Dan inilah saatnya.
Deg!
Deg!
Deg!
Oh hati jangan berdegup sekencang ini! Bagaimana aku bisa bicara kalau suaramu lebih keras dari suaraku! - Batin Mod.
"Ehh kenapa semua murid berkumpul disini?" Tanya Moa heran.
"Tidak tau!" Jawab Densha cepat.
"Semua orang memperhatikanmu Bro!" Jelas Moa, Sembari mengedarkan pandangan.
Densha menghela nafas berat "Kurasa aku tau!" Ucap Densha dengan wajah malas.
Pria ini sadar bahwa akan ada gadis yang menyatakan perasaan padanya jika semua gadis di sekolah berkumpul menjadi satu dalam satu tempat.
"Densha bisa kita bicara?" Mod menghalangi jalan kedua pria di depannya.
"Apa?" Jawab Densha sambil membuang muka.
Lihat wajahmu! Tampan sekali, sikap dingin mu sangat aku sukai. Mungkin aku akan populer jika aku berhasil jadi kekasihmu! - Seru Mod dalam hati, tanpa disadari dia tersenyum sendiri.
"Hoi nona! Kau menghalangi jalan kami! Kenapa juga kau senyum-senyum sendiri. Dasar tidak waras!!" Ceplos Moa melihat gadis di depannya.
"Moa? Kau!!" Jawab Mod kesal sambil menunjuk Moa, namun dia harus tetap menjaga sikap di depan sang pujaan hati.
"Jangan dengarkan dia!" Melirik Moa di sampingnya. "Kau ingin bicara apa?"
"Mmm.. Itu.. Aku.. Seben" Jawab Mod terbata-bata.
Densha menatap Mod tajam, seolah-olah mengatakan lebih baik tidak usah di katakan.
"Aku tau kau mau bicara apa? Jawabanku tidak!" Ucap Densha sebal. Dan berjalan melewati Mod yang terkejut dengan kata-kata Densha.
"Tunggu!" Ucap Mod berbalik cepat sambil memegang lengan baju Densha.
"Aku belum selesai bicara" kata Mod lagi dengan mata memohon.
Cih!! Aku bahkan tidak ingin mendengarnya - Densha
Densha menatap Mod dingin dan menghela nafas.
"Kau sudah selesai Mod!"
Densha berkata dengan tegas, lalu melepas tangan Mod dari lengan bajunya. Itu merupakan penolakan yang menyakitkan bagi Mod, dia sudah di tolak sebelum mengatakan isi hatinya.
Densha dan Moa meninggalkan Mod sendirian di tatap para gadis-gadis yang menyaksikan pertunjukan drama gratis tersebut. Ada yang kasihan terhadap Mod namun juga ada yang tertawa senang.
Kenapa? Kenapa Densha begitu? Selama ini aku selalu baik padanya, apa kurangnya aku? Aku bahkan menolak setiap pria yang menyatakan cinta padaku! Apa dia tidak memiliki sedikit perasaan padaku? Sedikit saja - Mod
Gadis itu menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipi merah yang menahan malu.
***
Bel berbunyi, tanda sekolah telah usai. Semua murid berhamburan keluar kelas ingin cepat pulang ke rumah masing-masing.
"Huh! Jam berapa ini? Selalu saja pulang sore" Gerutu Densha melihat jam di tangan kirinya.
"Sudahlah bro! Sekolah kita memang suka menyiksa murid" jawab Moa dengan tawa.
Densha terdiam tidak menjawab kata-kata Moa, karena memang tidak ada pertanyaan disana.
Diam lagi? Dasar sinting! Kini gelarku silver nut. Kenapa aku selalu di kacangin sih? Aku bukan kacang-kacangan tau! - Moa
Kedua pria itu berjalan pulang ke rumah, sesampainya di persimpangan jalan, mereka berhenti.
"Aku duluan ya bro!" Ucap Moa sambil menunjuk jalan dengan jari telunjuk.
"Ya.. Hati-hati" Jawab Densha seadanya, dan melanjutkan perjalanan.
Moa memperhatikan Densha dari jauh dan tersenyum, kemudian berjalan menuju arah yang berbeda dengan Densha. Rumah Moa termasuk dekat dari sekolah, sedangkan Densha perlu waktu 20 menit untuk sampai ke sekolah dengan jalan kaki.
Merasa hari semakin gelap dan dingin, Densha mengeluarkan jaket di dalam tas ransel miliknya, kemudian memakainya.
"Jam 17.20??" Gumam Densha melihat jam di tangannya.
Langit hampir gelap, suasana jalanan sepi. Hanya ada dia yang berjalan di jalanan itu, saat akan melewati jembatan penyebrangan, langkah kakinya terhenti. Dia melongo seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Seorang gadis melintas di depannya, cara gadis itu berjalan sangat aneh! Merasa ada seseorang memperhatikannya dari belakang, Gadis itu menoleh. Mereka sempat bertatap mata, yang membuat Densha sangat terkejut adalah gadis di depannya ini telanjang bulat. Tidak memakai pakaian apapun, karena gadis itu membelakanginya, Densha hanya bisa melihat bagian belakang gadis itu. Rambutnya indah panjang sepinggang namun tampak kotor dan semerawut, kulit tangan dan kaki penuh luka, bahkan ada bekas darah disana.
"Nona? Apa anda baik-baik saja?" Tanya Densha yang merasa iba melihat kondisi gadis di depannya.
Gadis itu terkejut, mengernyitkan dahi dan memandang Densha sebentar, lalu mencoba lari dengan kedua kakinya.
"Ehh mau kemana? Tunggu sebentar!" Cegah Densha yang berusaha mendekati gadis itu. Namun sayang berjalan beberapa langkah saja gadis itu sudah pingsan, nafasnya melemah.
"Bukan saya! Bukan saya!" Ucap Densha lirih dengan mengangkat kedua tangannya, karena dia belum menyentuh nona di depannya ini tapi dia sudah pingsan.
"Oi nona?" Panggil Densha mendekati gadis itu.
"Oi bangun nona!"
Sial! Apalagi ini? Ini bukan kasus kejahatan kan? Mungkin ada kamera di sekitar? Atau mungkin ini lelucon? Tapi luka di tubuhnya sepertinya sungguhan, Sial! Sial! Sial! Aku harus apa?? - Batin Densha yang kebingungan, mengacak-acak rambutnya sendiri merasa frustrasi!
"Baik.. Tenang sebentar!" Ucap Densha sambil melepas jaket yang ia kenakan.
"Duhh.. Mata suciku!" Omel Densha kesal.
Entah bagaimana caranya dia berhasil membungkus tubuh gadis itu dengan jaketnya walau tanpa melihat alias tutup mata, dengan hati-hati Densha menggendong gadis itu dan membawanya pulang ke rumah, berharap setelah gadis ini sadar dia bisa membawanya ke kantor polisi untuk menanyakan siapa keluarga gadis ini.
"Untung badan nona kecil dan pendek, jadi aku tidak terlalu susah membawa nona!" Ucap Densha sembari meletakkan gadis itu di atas sofa.
"Kira-kira kapan nona ini bangun ya?" Gumam Densha penasaran.
Sudah 15 menit Densha menunggu, gadis ini tidak sadar juga, akhirnya dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu baru mengurus gadis tersebut (mengurus dalam artian merawat, merawat luka di tubuhnya)
Keluar kamar mandi Densha mengusap-usap rambutnya dengan handuk kecil, sesaat dia tersadar gadis yang di tolong nya menghilang. Tidak ada di sofa.
"Dasar tidak tahu terima kasih!" Gerutu Densha kesal.
BRUK!!
Suara benda jatuh di belakang sofa, tangan mungil penuh luka terlihat memegang erat bahu sofa, perlahan dia memperlihatkan kepalanya dan mengintip Densha yang berdiri lurus di depannya.
"Ahh anda disana nona?" Ucap Densha dan duduk di sofa lainnya berhadapan dengan sofa tempat gadis itu bersembunyi.
"Keluarlah, tidak apa-apa. Saya bukan orang jahat!" Kata Densha lagi, sambil mengambil sebotol air minum di meja kecil dekat dengan ia duduk, kemudian meminumnya.
Gadis itu perlahan berdiri, belum sampai dia berdiri sepenuhnya Densha sudah berteriak.
"PPFFTT!! Hoi!!" sembur Densha terkejut memuncratkan air minum keluar dari mulutnya.
"Kemana jaket yang aku pasangkan dengan susah payah di tubuhmu?!" Teriak Densha sambil menutup matanya dengan kedua tangan, membayangkan bagaimana susahnya dia tadi memakaikan jaket ke tubuh nona di depannya.
"Sial! Mata suci ku!" Umpat Densha tersipu malu.
Bagaimana tidak? Gadis di depannya ini benar-benar telanjang, rambut panjangnya terurai jatuh ke depan, menutupi bagian dadanya yang bulat berisi.
Gadis itu takut dan kembali bersembunyi menyisakan bagian kepalanya untuk melihat Densha.
Dengan wajah merah padam, Densha berusaha mendekat dan memberikan jaket nya lagi kepada gadis itu, tentu saja tanpa melihat gadis tersebut.
"Ini, pakailah seperti tadi!" Perintah Densha sambil menyerahkan Jaket Hoddienya.
Gadis itu menurut dan memakai jaket yang diberikan Densha, walaupun tidak menutup sempurna, setidaknya jaket itu mampu menutupi bagian-bagian penting.
Setelah itu mereka duduk bersama seolah sedang mengintrogasi, Densha duduk di depan gadis itu.
"Siapa nama nona?" Tanya Densha menatap gadis di depannya.
Gadis itu menatap Densha, diam saja, tidak mengatakan apapun.
"Anda tidak tau? Maksud saya bagaimana orang memanggil anda?" Jelas Densha, tidak biasanya dia banyak bicara seperti ini.
Gadis itu tetap terdiam seperti memikirkan sesuatu, namun dia tetap bungkam.
"Huh! Baiklah! Malam ini nona bisa tidur disini, besok aku akan membawa nona ke kantor polisi, agar nona bisa kembali ke tempat nona tinggal" kata Densha kesal, dia menyerah untuk mengajak bicara nona di depannya. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke kamar tidurnya.
"Fuu.. Fuu.." ucap lirih gadis itu.
Densha terkejut dan menoleh ke belakang menatap nona di depannya dengan serius seolah menunggu jawaban.
"Fuu.. Fuu.." ucap lirih gadis itu lagi sambil menatap mata Densha.
"Fuu?" Tanya Densha penasaran.
"Fuu" ucap gadis itu sambil menaruh tangan kanannya di bagian dada.
"Jadi nama nona adalah Fuu?" Tanya Densha lagi.
Gadis itu hanya menganggukan kepala dengan cepat, membenarkan kalimat Densha.
"Baik, nona Fuu ya?" Ucap Densha.
"Jika nona ingin membersihkan diri, kamar mandi ada di sebelah sana" tunjuk Densha ke arah kamar mandi di ikuti Fuu yang menoleh ke tempat yang di tunjuk Densha.
"Besok aku akan membawa nona ke kantor polisi untuk memulangkan nona" kata Densha serius.
Fuu menatap Densha kebingungan dan hanya menggelengkan kepala tanda tidak setuju atau tanda dia menolak di bawa ke kantor polisi.
"Kenapa? Bukankah nona harus pulang?" Tanya Densha.
"Fuu.. Fuu.." Jawab gadis itu dan menaruh tangannya di dada.
"Bu.. kan.. nona.. ini Fuu" timpal gadis itu lagi dengan cara pengucapan yang aneh dan lambat.
"Nona itu panggilan sopan ke perempuan asing" bantah Densha.
"Fuu.. Fuu.. Hanya Fuu" jawab pelan gadis itu.
Apa-apa'an ini? Kenapa aku bertemu gadis aneh ini!! Dan lagi lihat cara dan gaya bicaranya yang juga aneh, seolah-olah bukan dari negara ini! Haahh sudahlah kita urus besok saja. - Densha
Bersambung!!
Halo, Terima kasih sudah membaca! Jangan lupa Like, komentar, favorit, Rate, Vote dan Share ya?? 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-04-10
0
ojun❤️
love banget sama karya author ❤️❤️
2023-01-12
0
Elsa Devika
jantung yg berdegup bukan hati
2022-10-29
1