Sepasang makhluk itu telah sampai di rumah dengan selamat, lelah, letih dan lesu, terutama untuk Densha yang harus menggendong Fuu selama perjalanan pulang ke rumah. Seandainya kaki gadis itu tidak terluka, mungkin Densha tidak akan melakukan hal ini.
"Hei Fuu! Sudah sampai!" Kata Densha berusaha membangunkan Fuu di belakang punggungnya.
"Hmm" Fuu menggeliat, mengecap-ngecap mulutnya.
"Dasar!" Ucap Densha kesal dan dengan sengaja menjatuhkan tubuh Fuu.
"Aww! Sakit!" Fuu tetap memejamkan mata terduduk sebentar lalu kembali tertidur di lantai tempatnya jatuh.
Di kehidupan duyung nya, Fuu menghabiskan waktu di siang hari untuk tidur dan malam hari untuk berburu ikan di lautan, dia sejenis makhluk nocturnal. Jadi saat ini dia sedang sangat lelah untuk merespon semuanya karena waktunya di siang hari ia pakai untuk tetap terjaga.
"Hei! Bangun!" Densha menyenggol kaki Fuu yang tertidur dengan kakinya.
"Hmm" Fuu tetap tidur dengan nyenyak.
"Kau harus mandi!" perintah Densha, berjongkok menatap Fuu, "Hei, kenapa kau ini?" Tanya Densha kesal.
Gadis itu tidak menjawab kata-kata Densha, tidur nya benar-benar pulas walaupun di lantai.
"Hah! Yasudah!" Densha menyerah dan pergi meninggalkan Fuu, menuju ke kamar mandi dalam kamarnya untuk membersihkan diri dari asinnya air laut.
Pria itu melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi, melepas satu per satu pakaian nya hingga menampakan tubuhnya yang sempurna, berdiri di depan kaca sebentar untuk mengagumi tubuhnya sendiri.
"Hei tampan!" Kata Densha sendiri disambut dengan tawanya yang menggelikan.
Selesai mandi dan berganti pakaian dengan piyama, pria itu bersiap untuk tidur, menarik selimut hingga ke bahunya, hingga ia lupa akan sesuatu, sesuatu yang harus ia cek sebelum tidur.
"Apa Fuu sudah tidur dengan benar ya?" Gumam Densha pelan.
Pria itu menendang selimut hingga jatuh ke lantai, terbangun dan berjalan cepat menuju ruang tamu. Densha mendapati Fuu yang tidak berpindah posisi sama sekali, gadis itu benar-benar terlelap dalam tidurnya.
"Hei Fuu bangun!" Ucap Densha menggoyang-goyangkan tubuh Fuu.
"Apa dia mati?" gumam Densha pelan.
"Hei! Kau tidak mati kan?" Tanya Densha panik kebingungan.
"Hashh! Dasar! Lihat saja kalau tidak bangun!"
Densha kesal dan berlari ke dapur, mengambil segelas air dan membawanya ke ruang tamu. Pria ini memercikan air ke wajah gadis di depannya namun tidak ada reaksi, merasa frustrasi akhirnya Densha menyerah membangunkan Fuu namun dia masih ada cara lain lagi.
Kita lihat apa kau akan bangun atau tidak? - ucap Densha dalam hati.
Pria itu duduk di depan Fuu yang tertidur pulas, perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis cantik di depannya itu, mencoba meniup lembut wajah Fuu namun tidak ada reaksi apapun, meniup telinga Fuu namun gadis itu hanya menggeliat.
Coba lihat! Imut sekali - kata Densha cekikikan dalam hati, pria itu tersenyum memperhatikan Fuu.
Baiklah! Mumpung tidak sadar, menciumnya sekali tidak masalah kan? Toh kita pernah tidak sengaja berciuman. - kata pikiran nakal Densha, menjauhkan wajahnya dari wajah Fuu.
Pria itu mendekati wajah Fuu dengan perlahan, berusaha mendekati bibir gadis itu pelan-pelan. Memejamkan mata daannn..
BBRRAAKKK!!
Fuu secara tiba-tiba terjaga dari tidurnya, menendang tubuh Densha hingga pria itu jatuh jungkir balik menabrak sofa yang tidak cukup jauh dari tempatnya duduk tadi, walau begitu tendangan Fuu yang tepat di perutnya membuat pria tampan itu kesakitan.
"Astaga!" Densha terkejut matanya terbelalak, merasa kesakitan, dia memegangi bagian perut yang di tendang oleh Fuu.
"Densha? Itu kamu?" tanya Fuu polos mengucek-ngucek matanya, berusaha memperbaiki pengelihatannya.
"Hei! Kau ini apa-apa'an!!" Teriak Densha marah dan memperbaiki posisinya yang terjungkir balik.
"Itu benar Densha ya?" Ucap Fuu pelan, kemudian tersenyum.
"Cengar-cengir!! Kau gila ya? Menendang orang sekuat itu!" Gerutu Densha kesal, "kalau mati bagaimana?" Protes Densha memegangi bagian perutnya.
"Mati?" Fuu terkejut dan merangkak cepat mendekati Densha, "Tidak ada yang boleh mati" ucap Fuu menatap Densha lekat.
"Jika caramu menendang seperti itu! Siapa saja bisa mati mendadak!" Protes Densha dan membuang muka ke arah lain, tersipu malu.
Sial! Apa aku ketahuan ingin menciumnya tadi - kata Densha dalam hati
Cih! Malu sekali aku.. - Densha
"Maaf" kata Fuu pelan.
"Apa?" Tanya Densha, menoleh ke arah gadis di sampingnya.
"Fuu minta maaf" ucap Fuu lagi. Pria itu terdiam, bingung mau menjawab apa? Karena dia lah yang salah ingin mencoba mencium gadis cantik itu.
"Fuu akan terjaga secara tiba-tiba jika ada sesuatu yang berbahaya mendekat" jelas Fuu menerangkan kepada pria tampan di sampingnya itu.
Berbahaya? Sial! Jadi ciuman dariku kau anggap berbahaya? Hei. Asal kau tau banyak sekali perempuan yang ingin aku cium! Dan sekarang kau bilang dalam bahaya? - berontak hati Densha, pria itu memasang wajah kesal sekaligus malu.
"Maafkan Fuu" kata gadis itu lembut, menatap wajah Densha.
Sudah sifat alami yang di miliki makhluk seperti Fuu yaitu selalu waspada terhadap ancaman yang berbahaya. Karena saat di laut lepas, terkadang mereka di ganggu oleh predator lain yang lebih berbahaya dari mereka. Jadi mereka memiliki kemampuan khusus merasakan tanda bahaya dari jarak dekat, sehingga membuat mereka secara otomatis menyerang apa saja yang ada di sekitar mereka. Fuu menatap Densha sedih, merasa bersalah pada pria itu. Gadis itu tidak tahu bahwa Densha ada maksud lain saat ia tertidur.
"Ya, baiklah! Sebenarnya aku yang salah" Densha menggaruk belakang lehernya.
Fuu menggelengkan kepala tanda tidak setuju, bagaimanapun juga saat ini Fuu lah yang menyerang Densha duluan.
"Densha tidak salah" kata Fuu polos.
Sebenarnya dia tahu atau tidak sih? Saat aku berusaha menciumnya tadi. - kata hati Densha yang penasaran.
"Bagus lah kalau kau mengaku salah!" Densha senang, pria itu merasa bahwa Fuu tidak tau niat awalnya tadi, tapi memang gadis itu tidak mengetahui niat awal Densha. Gadis itu menganggukan kepala pelan lalu
tersenyum ke arah Densha.
"Kau sudah bangun kan?" Densha menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Mandilah!" Kata Densha lagi, "Bau mu amis seperti ikan!" Ledek Densha dan menutup hidungnya rapat-rapat.
Fuu menciumi pakaian dan bau tubuhnya namun dia tidak merasakan bau tidak sedap pada tubuhnya, baginya ini normal. Namun karena Densha yang bicara akhirnya gadis itu pergi mandi dan berganti pakaian.
"Oi! Setelah mandi! Datanglah ke kamarku" pinta Densha.
Saat Fuu hendak memasuki kamar mandi. Fuu hanya menganggukkan kepala pelan menatap Densha yang hilang di balik pintu kamarnya.
"Ada apa ya?" Gumam Fuu lirih, melangkah ke kamar mandi, membersihkan diri, tubuhnya sangat lengket.
Densha bilang setelah mandi "datang lah ke kamarku" - batin Fuu, gadis itu mencoba berpikir maksud dari kata-kata Densha.
***
Densha duduk di pinggir tempat tidur dengan cemas menunggu kedatangan Fuu, jantungnya berdegup dengan kencang, pikirannya kemana-mana.
Kenapa aku malah menyuruhnya datang kemari? - gerutu Densha kesal.
Pria itu berdiri dari tempat ia duduk, mondar-mandir di belakang pintu.
"Astaga! Di mana otakku saat bicara tadi?!" Teriak Densha frustasi, mengacak-acak rambutnya sendiri.
Tok! Tok! Tok!
"Ya Tuhan! Dia sudah di depan, aku harus bagaimana?" Kata Densha yang kebingungan, menggigit ujung jari telunjuknya. Pria itu menghela nafas berat, mencoba menenangkan diri dari kepanikan yang ia buat sendiri.
"Masuk!" Perintah Densha dari dalam kamar, pria itu berdiri tepat di belakang pintu.
Fuu membuka pintu kamar Densha perlahan, melangkahkan kaki sebelah kanannya masuk ke dalam kamar, memperlihatkan sebagian tubuhnya.
"STOP!!" Teriak pria itu, memalingkan muka, wajahnya memerah seketika.
"Hei! Seberapa bodohnya kau?" Teriak Densha, dengan tetap memalingkan wajah ke arah lain, menunjuk gadis di depannya dengan satu jari.
Fuu, gadis itu telanjang bulat datang ke kamar Densha.
"Bodoh?" Tanya Fuu bingung.
"Dimana bajumu?!" Densha mulai marah.
"Itu.." jawab Fuu terbata-bata.
"Kau jangan pernah ada niat untuk menggodaku! Bagaimanapun juga aku ini pria normal, dan asal kau tau? Aku ini sebetulnya agresif!!" Ucap Densha memarahi Fuu yang bahkan belum masuk ke kamar seutuhnya.
Sial! Kenapa aku bilang bahwa aku ini sebenarnya agresif? - pekik Densha dalam hati, mengutuk mulutnya yang terlalu jujur.
"Tapi.. Densha yang suruh" kata Fuu pelan, menundukkan kepala berusaha menyembunyikan wajahnya di balik rambut yang jatuh terurai dengan indah.
"Aku??" Tanya Densha, "Kau pikir aku gila? Menyuruh perempuan datang ke kamarku tanpa busana?"
"Densha bilang, setelah mandi datanglah ke kamarku, itu yang Fuu ingat" Fuu membela diri, gadis itu merasa bahwa dirinya benar, karena Densha menyuruh datang ke kamarnya setelah mandi, tidak menjelaskan bahwa Fuu harus berpakaian.
"Ya Tuhan!" Densha memukul dahi nya sendiri. Menatap tajam Fuu.
"Aku lupa bahwa kau sangat bodoh!" Maki Densha lagi, memelototi Fuu.
"Sekarang pakai bajumu dan tidur di sini, di ruang tamu pasti sangatlah dingin" lanjut Densha memerintah Fuu.
Gadis itu pergi ke ruang tamu dan memakai pakaian yang di belikan Densha tempo hari, kemudian berlari kecil kembali ke kamar Densha.
"Densha?" Panggil Fuu membuka pintu.
"Apa?" Tanya Densha cuek tanpa menatap Fuu, pria itu sedang merapikan kasur lantai untuk alas tidur Fuu.
"Fuu sudah memakai baju" kata Fuu polos, tersenyum memperhatikan Densha.
Pria itu tidak peduli kata-kata Fuu, ia tetap merapikan tempat tidur Fuu dan memberinya dua bantal yang empuk serta satu selimut bulu lembut.
"Ini untuk apa?" Fuu berjongkok di depan kasur lantainya.
"Untukmu tidur" jawab Densha cepat, menata selimut agar rapi.
"Untuk Fuu?" Tanya Fuu senang, kemudian tertawa riang. Fuu menatap kasur lantai yang di tata Densha dengan rapi, membandingkan dengan tempat tidur Densha yang luas dan lebar.
"Apa Fuu tidak muat di sana?" Tanya Fuu polos, menunjuk ke arah tempat tidur pria itu. Densha menatap arah yang di tunjuk Fuu, kemudian menggelengkan kepala pelan.
"Fuu, kau tidak bisa disana" Ucap Densha pelan.
"Bisa!" Jawab Fuu cepat, berjalan ke arah tempat tidur Densha, menjatuhkan tubuhnya di kasur Densha yang empuk.
"Lihat? Fuu bisa" jawab Fuu lalu kembali duduk di atas kasur milik Densha.
"Kau tidak boleh di sana!" Densha mulai kesal, "Turun!" Perintah Densha.
Dasar! Di kasih jantung minta hati ya begini ini! - celoteh Densha.
Fuu menuruti perintah Densha, mendekati Pria itu dan berdiri tepat di depannya, tersenyum ramah ke arah Densha.
"Dasar! Kau ini memang suka senyum ya?" Ucap Densha, mengusap lembut rambut Fuu, beberapa helai rambut Fuu tersangkut di jari pria tampan itu.
"Apa ini?" Tanya Densha memperhatikan telapak tangannya dengan beberapa helai panjang rambut Fuu.
"Apa kau tidak pernah menyisir rambut mu?" Tuduh Densha pada Fuu yang ternyata benar.
"Fuu tidak bisa" jawab Fuu polos.
"Ck! Kau ini sebenarnya apa?" Densha yang merasa jengkel.
Fuu hanya menatap pria di depannya itu dengan waspada, tidak ingin memberi jawaban apapun pada Densha.
"Kemari! Duduk di depanku" perintah Densha, laki-laki itu duduk di sofa kecil dalam kamarnya. Mengambil sebuah sisir dari laci meja dekat sofa yang ia duduki.
"Seperti ini?" Tanya Fuu yang langsung duduk di depan Densha, sekarang mereka saling berhadapan.
"Bukan" kata Densha, memutar tubuh Fuu agar berbalik badan.
"Densha mau apa?" Tanya Fuu yang duduk di lantai membelakangi Densha.
"Menyisir rambutmu, mau apa lagi?" Jawab Densha dan mulai menyisir rambut panjang nan indah milik Fuu.
"Wow! Lihat? Rambutmu banyak sekali yang rontok" Densha tetap menyisir pelan-pelan agar gadis itu tidak kesakitan.
"Rontok?" Tanya Fuu bingung, "Biasanya tidak pernah rontok" kata Fuu melanjutkan.
"Tidak pernah?" Tanya Densha tak percaya.
"Hmm" jawab Fuu singkat.
"Hahaha, yaahh.. anggap saja kau sedang bercanda" kata Densha tertawa mendengar jawaban Fuu.
"Fuu serius" kata Fuu lagi, kali ini gadis itu tidak tersenyum, tanda bahwa ia serius dengan kata-katanya.
Densha bingung harus menjawab apa, karena di pikirannya selagi manusia masih hidup mana mungkin tidak pernah mengalami kerontokan rambut. Namun sayang ia tidak tahu bahwa gadis yang tinggal bersamanya bukanlah manusia seperti yang ia kira.
"Nah! Sudah selesai" Densha senang, puas dengan hasilnya menyisir rambut Fuu.
"Halus" kata Fuu pelan mengusap rambutnya sendiri, gadis itu berbalik badan dan menatap Densha dengan senyum manisnya.
"Terima Kasih" kata Fuu lalu tersenyum.
"Ya.. ya.. ya.." Densha lalu berdiri meregangkan tubuhnya.
"Hoam! Mengantuk sekali aku" kata Densha lagi sembari menguap.
Pria itu berjalan menuju tempat tidurnya, merebahkan tubuhnya di atas kasur, menarik selimut tebal miliknya hingga ke pinggang.
"Tidurlah Fuu!" Perintah Densha pada Fuu yang masih duduk di tempatnya tadi.
"Ahh.. Okay, baik!" jawab Fuu merangkak ke arah kasur lantainya, menata bantal senyaman mungkin.
"Fuu, jika keluargamu sudah di temukan. Kau mau apa?" Tanya Densha menatap langit-langit kamarnya.
"Fuu tidak punya keluarga" jawab Fuu polos.
"Apa?" Densha terkejut dan berbaring menghadap Fuu.
"Jangan bercanda!" Kata Densha lagi.
"Fuu tidak bercanda, Fuu tidak punya keluarga" jawab Fuu lagi.
Gadis itu sedang berpikir mengingat masa lalunya dia pernah punya keluarga namun kedua orang yang menganggapnya keluarga telah mati terbunuh, dan di dunia bawah laut tidak ada yang namanya keluarga, mereka berkoloni hidup berkelompok mengikuti pemimpin nya masing-masing. Terkadang duyung di satu wilayah tidak bisa akur dengan duyung di wilayah yang satunya karena adanya batas teritorial yang pemimpin mereka buat, batas itu dibuat untuk memperebutkan makanan. Jika ada duyung yang dengan atau tanpa sengaja melewati batas teritorial lawan, maka hukuman mati akan di jatuhkan untuk duyung tersebut.
"Jadi kita sia-sia datang ke kantor polisi?" Tanya Densha kesal.
"Fuu sudah coba menghentikan Densha, tapi Densha terlalu kuat" jawab Fuu membela diri.
Sekarang aku harus apa? - gerutu Densha dalam hati.
Dia tidak mungkin menampung Fuu selamanya di rumah ini, bagaimana jika sewaktu-waktu bibi nya mampir ke rumah. Bagaimana cara dia menjelaskannya pada wanita paruh baya itu.
"Densha, ada apa?" Tanya Fuu yang melihat Densha seperti memikirkan sesuatu.
"Ahh.. tidak ada apa-apa" jawab Densha tenang.
"Cepat tidur!" Perintah Densha, mengambil remote lampu di meja nakas nya dan mematikan lampu kamarnya. Hanya menyisakan lampu kecil di kanan kiri tempat tidurnya.
"Selamat malam Densha" kata Fuu polos.
"Hemm" ucap Densha, menarik selimut hingga ke kepalanya menyembunyikan wajah tampan nya di balik selimut tebal.
Sekarang aku harus bagaimana? Jika benar Fuu sebatang kara, aku harus apa? - ucap Densha dalam hati, pria itu bingung mencari keputusan yang tepat.
"Apa yang Densha pikirkan?" Gumam Fuu sangat pelan, sampai Densha tidak mendengarnya.
BERSAMBUNG!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
fitamin
❤️❤️👋
2021-09-30
1
Just Rara
kasihan fuu
2021-03-06
1
Saniia Azahra Luvitsky
ngakak ya harus extra sabar densha
2021-02-20
1