"Nona ingin mandi?" Tanya Densha dengan ramah.
Fuu diam penuh pikiran berusaha mencerna kalimat yang di katakan pria tampan di depannya ini.
"Man... di??" Tanya Fuu bingung, gadis ini berusaha bicara sebaik mungkin, mempelajari apa yang makhluk darat katakan.
"Iya.. Mandi! Membersihkan diri" Jawab Densha sembari memperagakan diri, gerakan menggosok tubuh, mulai dari badan, tangan dan kaki.
Fuu hanya mengernyitkan dahi tanda tidak mengerti, di susul dengan gelengan kepala yang menjelaskan bahwa dia benar-benar tidak mengerti.
Astaga! Apa aku harus mengajarkannya cara mandi? Atau haruskah aku memandikannya? Dasar sinting - Densha
Densha berusaha memikirkan cara, bagaimana menjelaskan ke nona di depannya ini soal mandi.
"Ayolah! Yang benar saja?! Mandi saja tidak mengerti? Apa nona ini hilang ingatan?" Omel Densha yang sudah kehabisan akal.
Fuu hanya diam membisu, memperhatikan pria di depannya itu.
"Tunggu! Aku punya ide" ucap Densha dan berlari ke kamar tidurnya untuk mengambil handphone.
"Ini.. Lihatlah! Ini iklan sabun sih tapi dia memperagakan bagaimana cara mandi, nona bisa menirunya" Jelas Densha yang menunjukan Handphonenya di depan wajah Fuu.
Fuu memperhatikan layar di depannya seolah-olah menangkap gambar itu dengan jelas, kemudian menganggukan kepala tanda mengerti.
"Ahh... Nona mengerti?" Seru Densha bahagia, akhirnya nona di depannya ini tidak benar-benar bodoh.
"Fuu.. Ini Fuu" Ucap Fuu dengan terbata-bata.
"Baik, baik, baik... Akan aku panggil Fuu! Puas?" Celetuk Densha dengan nada kesal.
Fuu berjalan menuju kamar mandi yang di tunjukan oleh Densha sebelumnya, Densha memperhatikan gadis itu sampai di pintu kamar mandi. Tiba di pintu kamar mandi, Fuu melepas jaket yang di berikan Densha, kini tubuhnya terlihat polos.
"HOI NONA!!" Teriak Densha dan menutup mata dengan kedua tangannya.
Fuu menoleh ke arah Densha dengan tatapan mata penuh tanda tanya, merasa kebingungan Fuu diam saja di depan kamar mandi.
Oh Tuhan! Apa-apa'an ini? Mata suci ku. Hiks.. Hiks.. - Densha
"Cepat masuk ke dalam kamar mandi! Dan tutup pintunya!" Perintah Densha dengan tetap menutup kedua matanya.
"Sial... Aku bisa gila jika begini terus!! Bagaimanapun juga aku ini laki-laki normal" Omel Densha, memaki diri sendiri.
Densha pergi ke kamar memilih beberapa pakaian yang cocok untuk Fuu, karena dia tinggal sendiri di rumah jadi dia memilihkan Fuu beberapa kaos lengan panjang miliknya.
yang mana ya? - Densha
"Astaga!! Aku kaget!!" Kata Densha terperanjak mendapati Fuu ada di belakangnya tanpa busana. Densha otomatis menutup kedua matanya.
"Kau ini tidak di ajarkan sopan santun atau bagaimana? Setidaknya punya rasa malu sedikit dong!" Densha marah-marah, menyerahkan kaos yang dia bawa ke nona di depannya.
"Cepat pakai!! Aku tunggu diluar" ucap Densha cepat dan berlari meninggalkan kamar tidurnya.
Fuu diam tidak menjawab, memperhatikan kaos yang di beri Densha dengan seksama, kemudian memakainya. Tanpa di sadari bibir mungil gadis ini tersenyum kecil.
Fuu berjalan menuju ruang tamu tempat Densha menunggunya, dia berjalan melewati Densha yang sedang duduk, kemudian duduk tepat di depan Densha.
"Astaga! Seberapa dosa kah aku padamu Tuhan?"
Densha menghela nafas berat dan menutup mata, menenangkan pikiran dan emosi agar dia tidak benar-benar gila.
"Nona? Maksudku Fuu. Pakaian mu terbalik!" Tegas Densha.
"Ter.. Ba.. Lik??" Tanya Fuu.
"Jangan bilang kau tidak mengerti arti terbalik?" Tanya Densha menahan emosi.
Fuu terdiam, menggelengkan kepala, gadis itu benar-benar tidak mengerti arti kata terbalik.
JEDUARR!!
(Pikiran Densha meledak)
Suara kepala Densha yang meledak karena menahan emosi hampir terdengar ke seluruh penjuru kota, wajahnya memerah kehabisan kata-kata untuk meladeni nona di depannya ini.
Kenapa tidak kau bunuh saja aku? - Ucap Densha dalam hati.
"Sudah lah, biarkan saja bajumu yang terbalik hari ini!" Kata Densha menyerah menghadapi Fuu.
"Lain kali kalau kau memakai baju, bagian jahitan kaos itu kau pakai di bagian dalam bukan di bagian luar! Mengerti?" Tegas Densha dan menunjuk jahitan pakaian.
Fuu hanya menganggukan kepala tanda mengerti kemudian menatap Densha lagi.
"Apa?" Tanya Densha, membuang muka dan melirik Fuu dengan ekor matanya.
Fuu diam dan memegang perutnya, gadis itu merasakan sesuatu yang begitu menyakitkan menyerang bagian perutnya, dengan wajah sedih dia menatap Densha.
"Apa kau lapar?" Tanya Densha.
"La... par?" Tanya balik Fuu.
"Aku benar-benar gila!"
"Lapar? Maksudku kau ingin makan? Makan? Ma.. Kan.. ?" Imbuh Densha dan memperagakan gerakan makan manusia normal. Karena dia yakin gadis di depannya ini sungguh tidak normal.
Fuu menganggukan kepala tanda setuju dengan kalimat yang Densha ucapkan.
"Baiklah. Kemari lah! Ikuti aku"
Fuu menurut, mengikuti Densha dari belakang menuju dapur. Sesampainya di dapur Densha mengambil beberapa lembar roti dan segelas susu untuk Fuu.
"Ini, makanlah" menyodorkan piring yang ia bawa berisi beberapa lembar roti.
Fuu mengambil selembar roti dan memasukan ke mulutnya.
"Huweekkk!!" Fuu memuntahkan roti tawar yang di berikan Densha untuknya.
"Kenapa? Ada apa? Apa roti ini basi?" Tanya Densha yang terkejut dengan reaksi Fuu sehabis menggigit ujung roti. Densha memakan selembar roti yang ada di piring, mencicipi roti tersebut.
"Hmm.. ini normal? Apa yang salah?"
Fuu diam saja meletakan roti yang ia makan hanya secuil ke piring yang di bawa Densha, dia berjalan menyusuri dapur berusaha mengendus sesuatu, sesuatu yang tidak asing baginya, gadis itu berhenti tepat di depan lemari es besar milik Densha.
"Kau mau apa?" Tanya Densha dan membukakan pintu kulkas untuk Fuu.
Fuu melihat isi kulkas dan menemukan sekotak ikan mentah yang sudah di bersihkan di dalam kulkas. Rencananya ikan itu akan di masak Densha besok pagi. Fuu mengambil kotak ikan itu dan membukanya, memakannya secara langsung di depan Densha yang benar-benar terkejut plus ngeri menyaksikan pemandangan di depannya.
"Hei.. Hei.. Jika kau benar-benar lapar, tidak perlu mendramatisir begitu!" Cegah Densha, berusaha mengambil kotak ikan yang di bawa Fuu.
"Ggrrr" Fuu mengerang seperti kucing yang menemukan makanan lezat lalu di dekati kucing lain.
Merasa ada yang tidak beres, Densha memilih mundur dan membiarkan nona di depannya ini berbuat seenaknya.
"Fuahhh!" Ucap Fuu puas mengelap mulutnya dengan tangan, setelah menghabiskan satu kotak ikan mentah dan menyerahkan wadah kotak itu ke Densha.
Densha menerima wadah kotak itu dengan kesal campur bingung, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia mengalami hal seperti ini?
Setidaknya bilang terima kasih dong - Densha.
Hari semakin larut, malam tanpa bintang memeluk kota kecil itu. Sepasang makhluk tengah bertatap pandang dalam kebingungan, terutama sang pria. Tidak biasanya dia membawa perempuan pulang ke rumah, pria itu tengah memikirkan sesuatu.
"Ehem!" Seru Densha, mengepalkan tangannya di dekat mulut. Berusaha memulai percakapan.
Fuu diam menatap Densha dengan tenang.
"Begini nona..." kata Densha, disambut dengan pelototan mata Fuu.
"Maksudku Fuu" Timpal Densha menjelaskan.
"Oh iya... Namaku Densha! Di rumah ini, aku tinggal sendirian. Dan sebelum itu aku tidak pernah membawa teman perempuan ke dalam rumahku"
Fuu memperhatikan cara Densha berbicara dan mencerna kata-kata yang di lontarkan pria tampan di depannya ini, percayalah! Makhluk laut ini sedang beradaptasi dan mempelajari tata cara hidup sebagai manusia.
"Kurasa tidak penting apa yang aku katakan!" Kata Densha saat memperhatikan Fuu yang tidak merespon kalimatnya.
"Kau bisa tidur di sini! Di sofa ini!" Perintah Densha, kemudian berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Fuu.
Semoga ini hanya mimpi! - harap Densha dalam hati.
Gadis cantik itu tetap duduk di sofa memperhatikan kedua kaki rampingnya, memainkannya dan tersenyum sendiri. Memperhatikan kedua tangannya dan menggerakkannya sesuai ingatan saat dia memperhatikan Densha bermain dengan tangannya.
"Den.. Sha.." ucap Fuu lirih dan senyum-senyum sendiri.
"Man.. Di, Ter.. ba.. Lik, Ma.. kan" mengulangi setiap kata yang asing untuknya dan mempelajari setiap kata itu secara berulang-ulang. Hingga gadis itu tertidur di tempatnya duduk.
***
Matahari terbit bersinar dengan cantiknya, menembus jendela kamar Densha berusaha menyentuh wajah tampan nan dingin pria itu.
"Uhmm.." geliat Densha meregangkan tubuh, memutar-mutar tubuhnya hingga selimut yang ia kenakan seakan membungkus tubuh pria tersebut. Perlahan membuka mata indahnya menyambut pagi hari yang cerah.
"ASTAGA!!" Teriak Densha, terbangun dari tidurnya dan kini posisinya sedang duduk di atas tempat tidur.
"Se... Sejak kapan kau disini?" Tanya Densha malu dan menutup seluruh badannya dengan selimut, menyisakan bagian kepalanya saja.
Gadis itu bengong, mengernyitkan dahi lalu berjalan keluar dari kamar Densha.
"Hoi, jika ada orang yang bertanya seharusnya kau jawab!!"
Duh! Bikin kaget saja, kenapa makhluk yang bernama wanita itu selalu merepotkan sih, dan lagi bisa-bisa nya dia masuk ke kamar ini! - Densha
Densha bersiap diri untuk ke sekolah, memakai seragam dengan rapi, merapikan buku pelajarannya di dalam tas dan segera menemui Fuu di ruang tamu, tempat semalam ia meninggalkan gadis itu.
"Kau lapar?" Tanya Densha.
"Tidak!" Jawab Fuu cepat, dan tersenyum menatap Densha.
"Apa? Kau bilang apa barusan?" Tanya Densha lagi dan mendekati gadis mungil di sampingnya itu, seakan tidak percaya dengan gaya bicara Fuu.
"Tidak" kata Fuu lagi dan tersenyum kecil.
"Wow, caramu bicara sudah lebih baik dari kemarin! Baguslah!" Puji Densha sambil memakan selembar roti, tanpa di sadari pria ini tersenyum tipis.
"Mau.. Ke.. mana?" Tanya Fuu lirih.
"Oh iya, aku akan ke sekolah. Setelah pulang sekolah nanti baru kita pergi ke kantor polisi, jadi tunggu saja aku di rumah! Mengerti?" Perintah Densha mengacungkan jari telunjuknya di depan Fuu.
"Tidak" Jawab Fuu tanpa ekspresi.
"Tidak?"
"Tidak, tidak mau" Fuu menggelengkan kepala, menolak di bawa ke kantor polisi.
"Kalau kau seperti ini aku malah semakin mencurigai mu" Sindir Densha dan menatap mata gadis itu.
"Fuu... Tidak mau"
"Hei, ini rumahku! Jadi terserah aku mau lakukan apapun kepadamu!" Jelas Densha dan mendekatkan wajahnya ke depan wajah Fuu.
Ya Tuhan! Cantik sekali - gumam Densha dalam hati.
"Aisshhh! Sial!" Ucap Densha buru-buru memalingkan wajahnya jauh-jauh dari wajah Fuu, menutup sebagian muka dengan tangan kirinya.
"Tunggu aku! Dan tetap dirumah!" Perintah Densha dan berjalan pergi keluar rumah, menutup pintu namun tidak di kunci. Fuu hanya diam memperhatikan Densha hingga hilang di balik pintu.
.
.
.
.
Densha berjalan menuju ke sekolah bertemu Moa di persimpangan jalan, Moa melambaikan tangan ke Densha dan menghampiri pria tersebut.
"Kau tahu tidak? Badai kemarin?" Moa memulai percakapan.
"Ada apa?" Tanya Densha.
"Deras ya" Jawab Moa disusul dengan tertawa berusaha menggoda temannya ini.
"Sederas kebodohanmu!"
"Hahaha kau ini!" Gerutu Moa kesal.
"Aku serius, di TV tadi di temukan kapal nelayan tapi tidak ada kru kapal di dalamnya" kata Moa heran.
"Mungkin mereka tenggelam" jawab Densha yang berpikir positif.
"Hei bung! Jika tenggelam, kenapa hanya manusia nya saja? Kapalnya masih mengapung dengan tenang tuh"
"Aku tidak tahu, menurutmu kenapa?"
"Menurutmu putri duyung itu ada atau tidak?" Moa bertanya dengan antusias.
Densha menghentikan langkahnya, menatap Moa dengan sinis.
"Kau sama gilanya dengan kedua orang tuaku!" Jawab Densha dan berjalan cepat meninggalkan Moa.
"Apa?!" Tanya Moa terkejut, menyusul Densha.
"Hoi tunggu! Aku tidak bermaksud, ayolah!" Rengek Moa dan mengikuti Densha.
BRAKK!!
Seorang gadis menabrak tubuh Densha dan gadis itu terjatuh. Densha memperhatikan gadis itu, rambutnya berwarna biru gelap sebahu, dan memakai seragam milik sekolahnya.
"Maaf!" Kata gadis itu mendongakan kepala menatap dua pria di depannya.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Moa dan membantu gadis itu berdiri.
"Ahh iya, aku tidak apa-apa" jawab gadis itu dan melihat wajah Densha.
"Kau satu sekolah dengan kami?" Tanya Moa lagi.
"Ya, sepertinya begitu" menjawab Moa namun tetap memperhatikan Densha.
"Ayo Moa, kita bisa terlambat!" Kata Densha menarik lengan baju Moa, tidak melihat gadis di depannya sama sekali kemudian berlalu pergi meninggalkan gadis itu.
"Siapa pria itu?"
Gadis itu berjalan ke arah sebaliknya dari yang di tuju kedua pria itu (memang niat bolos), melewati rumah Moa dan saat akan menyebrangi jembatan dia melihat seorang gadis yang sangat cantik, tubuhnya mungil, ramping, rambut hitam lurus dibagian atas dan sedikit keriting di bagian bawah terurai berantakan sepinggang, kulitnya putih bersih dan anehnya gadis ini tidak memakai alas kaki, memakai baju secara terbalik juga. Membuat nya tertawa terbahak-bahak. Dia mendekati gadis mungil nan cantik itu.
"Halo nona?"
Fuu terkejut terbelalak memperhatikan gadis di depannya ini.
Astaga! Mungkinkah kau? - Batin gadis yang menyapa Fuu.
Tidak, ini tidak mungkin, mana mungkin ini bisa terjadi, tapi bagaimana bisa dia di sini! - batin si gadis.
Fuu tetap diam saja. Memundurkan badannya perlahan-lahan, berusaha menghindari gadis asing yang ada di hadapannya itu dan bersiap untuk lari.
BERSAMBUNG
Halo, jika kalian menyukai Novel ini jangan lupa Like, Komentar, Favorite, Vote dan rating ya? dukungan dari kalian sangat berarti bagi saya... Terima Kasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Mbak opii
bagus torr ceritanya beda dri yg lain walaupun aku bacanya dah terlambat wkwkwk
2022-04-25
2
Tina febria
Legenda of the blue sea versi novel.. aku tetap suka🥰
2022-02-09
0
🎶Azka Fillah_99
Hmm
2021-03-21
1