"Hahaha kau ini suka bercanda ya Shanaz, mana ada ikan setengah manusia?" David tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Shanaz tentang duyung temuannya.
"Saya serius, mereka sungguh ada. Saya pikir profesor memahami saya, jadi saya menceritakan ini hanya pada profesor seorang!"
"Dengar Shanaz! Hal seperti itu hanya dongeng, tolong lah... Kau ini bahkan sudah memiliki seorang putra. Harusnya kau sudah dewasa kan?"
"Apa yang harus saya lakukan agar profesor percaya pada perkataan saya?" Shanaz menantang profesor yang 10 tahun lebih tua dari nya. Profesor David adalah dosen Shanaz saat kuliah kedokteran. Ia termasuk orang yang paling Shanaz percayai setelah suaminya.
"Jika aku melihatnya sendiri, aku akan percaya padamu!" tantang David.
"Tunggu sebentar!" Shanaz memeriksa isi tasnya, ia yakin bahwa dia membawa selembar foto Fuu dan ibunya sebagai bukti bahwa ia berkata benar.
"Nah! Ini.." ucap Shanaz senang, ia menyerahkan selembar foto yang dia ambil sendiri pada David.
"Apa ini?"
"Itu foto putri duyung!"
"Hei! Menurutmu kenapa aku di panggil profesor? Foto editan begini siapa yang mau percaya!!" Nada suara David mulai meninggi, ia kesal dengan sifat keras kepala milik Shanaz.
"Anda bahkan tidak pantas di panggil profesor! Karena tidak bisa membedakan mana foto asli dan palsu!"
"Shanaz.. Hentikan pembicaraan ini!"
"Tidak! Jika profesor ingin percaya, tolong datang ke rumah saya malam ini!!" Raut wajah Shanaz berubah menjadi sedikit sedih.
"Baiklah.. aku akan menuruti kemauan mu!" David menghela nafas berat menatap Shanaz yang sedang menyembunyikan wajah sedihnya.
"Terima kasih profesor! Jika nanti saya terbukti benar, saya ingin meminta bantuan kepada profesor" Shanaz tersenyum dan berdiri, ia meninggalkan ruangan David.
Bantuan apa? Kau bahkan ingin membuktikan sebuah dongeng padaku?? Cantik sih.. Tapi aneh! - David
Malam itu Shanaz mempersiapkan segalanya, ia menceritakan semua yang ia lakukan hari ini kepada suaminya, wanita itu senang karena profesor David akan datang kerumahnya. Dilain sisi Derick sebenarnya kurang setuju akan tindakan Shanaz saat ini, namun ia juga tidak ingin menjadi penghalang untuk cita-cita Shanaz.
"Halo nona duyung!" sapa Shanaz.
"Kau mulai mengerti dengan bahasa isyarat ya?" Shanaz mencoba berbicara dengan nona duyung yang ia letakkan di aquarium.
Shanaz mengambil kursi kecil lalu duduk di depan aquarium, ia memandangi nona duyung dan bayinya.
"Begini, malam ini temanku akan datang! Tenang saja! Dia bukan orang jahat... Dia seorang profesor, jika dia percaya bahwa kalian ada. Mungkin kami bisa menyelamatkan kehidupan kalian di dalam laut, bisa jadi kita bisa hidup berdampingan. Ya kan??" Shanaz tersenyum senang, jemarinya yang lentik mengetuk-ngetuk kaca aquarium dengan lembut.
"Fuu sudah bisa berenang ya? Wahhh!! lucunya..." puji Shanaz.
"Kau sedang berbicara dengan siapa?" Tanya Derick, pria itu hampir membuat Shanaz terjatuh dari kursinya. Derick tiba-tiba muncul di ruangan kerja Shanaz, ia memang sengaja ingin mengejutkan istri tercintanya.
"Bikin kaget saja!"
"Hahaa, maaf ya?" Derick mengusap rambut Shanaz lalu menciumnya.
"Aku sedang mengamati perkembangan Fuu, lihat? Dia lucu kan?"
"Dia sudah bisa berenang ya?"
"Iya, dia belajar dengan cepat!"
"Bisa kau bayangkan kepintaran yang di miliki mereka?"
"Apa maksudmu Derick??"
"Aku penasaran seberapa pintar mereka! Bagaimana kalau lain waktu kita tes IQ Fuu?"
"Tes?"
"Iya, dilihat bagaimanapun setengah badannya memang mirip manusia, yaa kecuali duri dan selaput itu! Siapa tau mereka bisa berbicara jika di ajari dengan benar"
"Sayang??"
"Ada apa?"
"Kau jenius! Aku bahkan tidak berpikir sampai sana!! Jika benar mereka bisa bicara, pasti sangat keren!!" Shanaz memeluk Derick, ia mencium bibir suaminya sekilas, lalu memeluknya lagi dengan erat.
Tok!
Tok!
Tok!
Tok!
"Eh! Siapa yang mengetuk?" gumam Derick lirih.
"Kakak idiot!! Ini aku Isabella! Kalian sedang apa sih? Kenapa akhir-akhir ini suka pergi ke basemen?"
"Isabella? Ada apa?"
"Setidaknya bukakan pintunya untukku!"
"Kau dilarang keras memasuki ruangan ini!"
"Cih! Dasar payah!! Ini kah balasan untukku sebagai pengasuh putera kalian??"
"Berisik! Mau mu apa?"
"Di atas ada tamu loh..."
"Tamu??"
"Dia bilang namanya Dave"
"Kami tidak menunggu tamu bernama Dave"
"Hei! Nama sebenarnya David tau!! Teman-temanku kalau bilang David itu Dave!! Huh! Kampungan!!"
"Isabella!! Hentikan!"
"Terserah! Aku mau pergi!"
Isabella menaiki anak tangga, meninggalkan ruangan Shanaz. Ia kembali menuju kamarnya, bermain dengan Densha.
Shanaz dan Derick menemui David yang sudah duduk di sofa ruang tamu, ia membawa sebuah koper hitam di tangannya. Koper tempat ia meletakkan sebagian kecil peralatan medis miliknya.
"Halo! Apa kabar?" Derick menjabat tangan David dan memeluknya.
"Baik, kau sendiri bagaimana? Shanaz banyak bercerita tentangmu"
"Tentu aku baik-baik saja"
"Kau tahu? Aku kesini atas permintaan istrimu yang lumayan konyol"
"Konyol??"
"Ya, dia bilang dia menemukan putri duyung" David melirik ke arah Shanaz dengan tatapan mengejek.
"Dia benar!"
"Apa?"
"Istriku tidak berbohong" ucap Derick dan merangkul istrinya.
"Tuh kan? Saya benar" Shanaz tersenyum, wajahnya memerah di hiasi kemenangan.
"Benarkah? Bisa kau tunjukan dia padaku?"
"Tentu saja, profesor bisa melihatnya!" Shanaz sangat antusias dengan rencananya kali ini. Ia benar-benar berharap bisa menciptakan kesejahteraan antara duyung dan manusia.
"Dimana dia?"
"Dia ada di basemen"
"Baiklah!"
Derick menemani istrinya mengantar profesor David ke basemen untuk bertemu nona duyung dan Fuu kecil. Entah kenapa raut wajah Derick berubah, ia nampak tidak senang namun juga tidak sedih, Derick sedang mengalami kebimbangan yang tidak ia ketahui.
"Astaga!! Apa ini sungguhan?" David melongo tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini, ia melihat ikan seukuran tubuhnya sedang berenang kesana-kemari dengan ikan yang lebih kecil, anehnya ikan ini setengah bagian tubuhnya adalah manusia.
"Tentu, ini sungguhan!"
"Kau? Bagaimana kau bisa menemukannya?"
"Kami tidak menemukannya, dia yang menemukan kami" jawab Derick ketus.
"Sayang.. kau kenapa?" Shanaz memegang bahu suaminya.
"Entah kenapa, firasat ku buruk sekali" Derick memandang aquarium besar di depannya.
"Hei, semua akan baik-baik saja" Shanaz tersenyum mengusap kepala Derick lembut.
"Apa kau sudah melakukan pengecekan terhadap binatang ini?" David berbicara dengan nada mengejek.
"Tunggu! Siapa yang kau panggil binatang?"
"Tentu saja mereka!" David menunjuk ke arah aquarium.
"Sial! Mereka bukan binatang!" bantah Derick marah.
"Hei, mereka sejenis ikan kan? Benar kan Shanaz?" David menatap ke arah Shanaz menanti jawaban perempuan itu.
"Profesor, maafkan saya. Tapi saya setuju dengan Derick bahwa mereka tidak pantas di sebut binatang"
"Astaga! Kalian ini kenapa? Oke baik-baik, aku tidak akan menganggap mereka binatang!"
Dasar keluarga aneh! Jelas-jelas ini binatang! - David.
"Begitu lebih baik" Shanaz menatap David dengan sinis. Derick pergi meninggalkan mereka berdua, ia tidak ingin berada di tempat yang tidak nyaman untuknya.
"Shanaz? Apa mereka ada banyak di lautan ini?"
"Saya tidak tahu profesor, jika dia saja bisa melahirkan. Mungkin mereka banyak tersebar di lautan"
"Hmm.. menarik sekali, bayangkan jika mereka terekspos oleh dunia. Mungkin kau dan aku akan terkenal" David tertawa senang.
"Maaf? Siapa yang terkenal?"
"Kau dan aku! Bagaimanapun juga aku ini seniormu kan? Kau perlu bantuan ku kan?"
"Saya memang perlu bantuan profesor, saya ingin meneliti mereka"
"Meneliti? Untuk apa?" David mengangkat sebelah alisnya menatap Shanaz.
"Coba bayangkan jika manusia bisa hidup berdampingan dengan mereka, maksudku mereka bukan hanya dongeng. Mereka itu nyata! Jadi kita bisa ikut membantu kehidupan mereka di bawah air, mungkin akan banyak nelayan yang tidak akan menggunakan bom atau hal-hal yang di larang negara untuk menangkap ikan, jadi kehidupan mereka bisa terselamatkan"
Bicara apa perempuan ini? Hidup berdampingan dengan sejenis ikan raksasa? Yang benar saja!! - batin David.
"Kau baik sekali Shanaz!"
"Benarkah profesor?"
"Ya, aku akan membantumu meneliti mereka"
"Saya ingin meminta satu hal, tolong jangan beberkan penemuan ini kepada siapapun untuk saat ini"
"Kenapa?"
"Saya takut, tanpa penelitian yang tepat. Orang akan memandang negatif ke arah mereka, dan orang-orang akan beramai-ramai memburu mereka! Saya tidak ingin itu terjadi"
"Wahh.. Shanaz.. Sahanz.." David tertawa menggeleng-gelengkan kepala menatap Shanaz remeh.
"Kenapa anda tertawa?"
"Tidak! Kau lucu sekali, kau sangat baik"
Baik dan juga bodoh! - David.
"Terima kasih" Shanaz tersenyum senang, ia berjalan mendekat ke arah aquarium. Menyentuh aquarium, tiba-tiba Fuu kecil juga ikut menyentuh kaca aquarium tempat Shanaz meletakkan jemarinya.
"Lihat! Dia merespons tanganmu!" David terkejut, kagum.
"Mereka berbicara dengan bahasa isyarat"
"Apa?! Mereka bisa bicara?"
"Kalau mengucapkan kalimat saya tidak tahu, mungkin mereka bisa. Kita harus mengajarinya"
"Hemmm..."
"Dan lagi profesor, IQ mereka sangat tinggi"
"Apa?! Benarkah??"
"Iya, saya sudah melakukan pengecekan tes IQ untuk hewan" Shanaz berjalan ke arah meja kerjanya menunjukkan hasil tes milik nona Duyung.
"Wah! Hebat sekali, mereka hewan yang cerdas!"
"Profesor, tolong jangan panggil mereka dengan sebutan itu!"
"Kau kan juga mengetes IQ mereka dengan alat tes IQ hewan, apa bedanya?"
"Itu karena saya tidak memiliki alat tes IQ untuk manusia"
"Ya.. ya.. memang ya jika bicara dengan perempuan itu sangat merepotkan!" David tergelak pelan.
"Kapan kita mulai meneliti mereka profesor?"
"Terserah kau saja! Bagaimana jika besok! Hari ini aku sedikit sibuk"
"Baik lah"
"Kalau begitu, aku pamit dulu ya Shanaz? Aku harus menuju ke suatu tempat"
"Baik profesor, saya akan mengantar anda sampai ke pintu"
"Okay" David memandang ke arah aquarium sebentar, mengagumi keindahan makhluk laut yang di temukan Shanaz, kemudian pergi meninggalkan tempat kerja Shanaz di susul Shanaz di belakangnya.
Makhluk yang sangat mengagumkan! Aku tidak sabar melakukan penelitian terhadap mereka! - David.
"Mama?"
"Densha, sini mau mama gendong?"
Hupla!
Shanaz menggendong Densha, ia melirik ke arah Isabella yang sedang bermain handphone di ruang tamu, membiarkan Densha bermain sendirian.
"Dasar! Bella itu membiarkan anakku bermain sendirian"
"Mama... itu siapa?"
"Ah! Ini teman mama"
"Wahh ini ya yang namanya Densha? Masih kecil sudah punya daya tarik dari wajahnya ya?"
"Dia memiliki ketampanan ayahnya" Shanaz tersenyum, mencium pipi Densha lembut.
"Tidak, aku rasa dia mirip denganmu!"
"Benarkah? Wah.. dia mirip kami berdua ya?"
"Ya, kalian sempurna! Ayah yang tampan, ibu yang cantik dan anak yang terlahir sempurna bak malaikat. Haha"
"Profesor terlalu memuji!"
"Tidak kok, haha"
"Sayang... Profesor akan pulang" panggil Shanaz pada suaminya.
"Aku sibuk!" Teriak Derick dari ruangan lain di rumah itu.
"Profesor dengar kan? Suamiku sedang sibuk, mohon maaf ya?"
"Tidak apa-apa, suamimu kan pemegang perusahaan terbesar di kota ini. Mungkin dia harus mengurus beberapa hal, aku dengar kalian baru saja membuka resort di tepi pantai"
"Ya, itu memang benar!"
"Wah! Selamat ya? Aku sangat iri, keluargamu berlimpah kasih sayang, paras yang indah dan kekayaan!"
"Anda berkata berlebihan profesor" Shanaz tersenyum malu, pipi nya memerah senang.
"Baiklah.. aku pamit dulu ya?"
"Baik profesor, hati-hati di jalan!"
"Ya" David tersenyum, ia melangkah keluar rumah. Senyumnya semakin sumringah ketika sudah sampai di luar rumah, ia melambaikan tangan ke arah Shanaz dan Densha kecil.
.
.
.
.
.
.
"Densha mau makan?"
"Densha sudah makan dengan Bella"
"Hei, jangan panggil bibi mu dengan namanya langsung"
"Tapi... Bella yang menyuruh"
"Jangan lakukan lagi! Bagaimanapun juga Densha lebih muda darinya. Mengerti?"
Densha menganggukkan kepala pelan, ia memeluk mamanya erat.
"Kau kenapa?"
"Densha kangen mama"
"Eh! Setiap hari kita ketemu"
"Mama jarang ada waktu untuk Densha, mama selalu pergi ke basemen"
"Sayang.. itu tempat kerja mama"
"Memangnya ada apa di sana?"
"Densha mau tahu??"
"Iya ma..."
"Nanti, jika mama berhasil menjalankan tujuan mama, Densha pasti akan tahu"
"Tujuan apa?"
"Bukan apa-apa, hehee" Shanaz memeluk erat putra nya, membawa Densha ke kamar menemui Derick.
"Tuh lihat papa sedang sibuk dengan laptopnya!" Shanaz menunjuk ke arah Derick yang duduk di tempat tidur dengan laptop di depannya.
"Papa?" Panggil Densha pelan.
"Eh! Ada Densha?? Sini!" Derick menutup laptopnya menghampiri Densha dan menggendongnya membawa anak itu ke atas tempat tidur.
"Hari ini tidur sama papa ya?"
"Densha mau tidur sendiri"
"Eh! Kenapa?"
"Kata Bella, cuma bocah yang tidur dengan orang tua" jawab Densha dengan wajah polosnya.
"Hei! Kau kan masih bocah!!" Gerutu Shanaz mencubit pipi puteranya.
"Tidak, Densha sudah besar"
"Huh! Dasar bocah matang terlalu dini.. Bikin gemas saja!" Shanaz mencium pipi Densha berulang-ulang, membuat puteranya risih dan menarik-narik rambut Shanaz.
"Hentikan mama!"
"Kenapa? Kau kan anakku!"
"Densha tidak mau"
"Ini hukuman untuk bocah matang terlalu dini"
Cup! Cup! Cup! Cup!
"Papaa.." Densha mulai merengek, meminta bantuan papa nya.
"Sayang.. Hentikan! Nanti dia tidak mau tidur disini"
"Oke-oke, mama hentikan. Tapi Densha tidur di sini ya?"
"Densha mau tidur sama papa saja!"
"Eh! Tidak mau sama mama?" Shanaz memasang wajah sedih.
"Tidak. Papa di tengah saja!"
"Hei! Umurmu baru 3 tahun kenapa sudah pandai bicara begini?"
"Densha kan pintar!"
"Ini pasti ajaran Isabella"
"Sayang... sudah lah, biarkan saja. Densha putra kita memang anak yang cerdas kan?"
"Iya, dia mirip denganku!" Shanaz memuji dirinya sendiri lalu tertawa senang.
"Dasar kau ini!" Ucap Derick dan mencubit pipi istrinya.
"Aduh.. Sakit!"
"Biarkan!"
Malam ini Densha tidur bersama kedua orang tuanya, ini sangat jarang terjadi. Biasanya Densha kecil tidur di kamarnya sendiri atau tidur di kamar Isabella. Densha senang karena hari ini orang tuanya memperhatikan dia, sejujurnya Densha bosan jika bermain dengan Isabella, karena ia selalu sibuk menelpon teman-temannya dan membahas para pria dewasa yang tidak seharusnya di dengar oleh Densha. Setiap hari ia harus dekat dengan Isabella, karena Derick sibuk dengan bisnis dan perusahaan, dan Shanaz sibuk dengan karirnya sebagai dokter yang berjiwa sosial amat tinggi. Densha beruntung karena terlahir di keluarga yang sangat berada, namun di satu sisi ia membutuhkan banyak kasih sayang dari kedua orangtuanya, itu sebabnya ia di tuntut untuk bersikap dewasa sedari dini, beruntungnya dia karena Densha adalah anak tunggal.
BERSAMBUNG!!!
Jangan lupa Like 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Just Rara
sepertinya profesor David ni org nya jahat😒
2021-03-07
1
༺❀Kanͥຮaͣrͫaᖙha❀༻
Aku baru ngeh klo nama Densha itu diambil dari nama Derick dan Shanaz. 😅
2021-03-06
7
Saniia Azahra Luvitsky
ahhhhhh makin gemesssssss
2021-02-21
2