15 tahun yang lalu (part 2)

"Hahaha kau ini suka bercanda ya Shanaz, mana ada ikan setengah manusia?" David tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Shanaz tentang duyung temuannya.

"Saya serius, mereka sungguh ada. Saya pikir profesor memahami saya, jadi saya menceritakan ini hanya pada profesor seorang!"

"Dengar Shanaz! Hal seperti itu hanya dongeng, tolong lah... Kau ini bahkan sudah memiliki seorang putra. Harusnya kau sudah dewasa kan?"

"Apa yang harus saya lakukan agar profesor percaya pada perkataan saya?" Shanaz menantang profesor yang 10 tahun lebih tua dari nya. Profesor David adalah dosen Shanaz saat kuliah kedokteran. Ia termasuk orang yang paling Shanaz percayai setelah suaminya.

"Jika aku melihatnya sendiri, aku akan percaya padamu!" tantang David.

"Tunggu sebentar!" Shanaz memeriksa isi tasnya, ia yakin bahwa dia membawa selembar foto Fuu dan ibunya sebagai bukti bahwa ia berkata benar.

"Nah! Ini.." ucap Shanaz senang, ia menyerahkan selembar foto yang dia ambil sendiri pada David.

"Apa ini?"

"Itu foto putri duyung!"

"Hei! Menurutmu kenapa aku di panggil profesor? Foto editan begini siapa yang mau percaya!!" Nada suara David mulai meninggi, ia kesal dengan sifat keras kepala milik Shanaz.

"Anda bahkan tidak pantas di panggil profesor! Karena tidak bisa membedakan mana foto asli dan palsu!"

"Shanaz.. Hentikan pembicaraan ini!"

"Tidak! Jika profesor ingin percaya, tolong datang ke rumah saya malam ini!!" Raut wajah Shanaz berubah menjadi sedikit sedih.

"Baiklah.. aku akan menuruti kemauan mu!" David menghela nafas berat menatap Shanaz yang sedang menyembunyikan wajah sedihnya.

"Terima kasih profesor! Jika nanti saya terbukti benar, saya ingin meminta bantuan kepada profesor" Shanaz tersenyum dan berdiri, ia meninggalkan ruangan David.

Bantuan apa? Kau bahkan ingin membuktikan sebuah dongeng padaku?? Cantik sih.. Tapi aneh! - David

Malam itu Shanaz mempersiapkan segalanya, ia menceritakan semua yang ia lakukan hari ini kepada suaminya, wanita itu senang karena profesor David akan datang kerumahnya. Dilain sisi Derick sebenarnya kurang setuju akan tindakan Shanaz saat ini, namun ia juga tidak ingin menjadi penghalang untuk cita-cita Shanaz.

"Halo nona duyung!" sapa Shanaz.

"Kau mulai mengerti dengan bahasa isyarat ya?" Shanaz mencoba berbicara dengan nona duyung yang ia letakkan di aquarium.

Shanaz mengambil kursi kecil lalu duduk di depan aquarium, ia memandangi nona duyung dan bayinya.

"Begini, malam ini temanku akan datang! Tenang saja! Dia bukan orang jahat... Dia seorang profesor, jika dia percaya bahwa kalian ada. Mungkin kami bisa menyelamatkan kehidupan kalian di dalam laut, bisa jadi kita bisa hidup berdampingan. Ya kan??" Shanaz tersenyum senang, jemarinya yang lentik mengetuk-ngetuk kaca aquarium dengan lembut.

"Fuu sudah bisa berenang ya? Wahhh!! lucunya..." puji Shanaz.

"Kau sedang berbicara dengan siapa?" Tanya Derick, pria itu hampir membuat Shanaz terjatuh dari kursinya. Derick tiba-tiba muncul di ruangan kerja Shanaz, ia memang sengaja ingin mengejutkan istri tercintanya.

"Bikin kaget saja!"

"Hahaa, maaf ya?" Derick mengusap rambut Shanaz lalu menciumnya.

"Aku sedang mengamati perkembangan Fuu, lihat? Dia lucu kan?"

"Dia sudah bisa berenang ya?"

"Iya, dia belajar dengan cepat!"

"Bisa kau bayangkan kepintaran yang di miliki mereka?"

"Apa maksudmu Derick??"

"Aku penasaran seberapa pintar mereka! Bagaimana kalau lain waktu kita tes IQ Fuu?"

"Tes?"

"Iya, dilihat bagaimanapun setengah badannya memang mirip manusia, yaa kecuali duri dan selaput itu! Siapa tau mereka bisa berbicara jika di ajari dengan benar"

"Sayang??"

"Ada apa?"

"Kau jenius! Aku bahkan tidak berpikir sampai sana!! Jika benar mereka bisa bicara, pasti sangat keren!!" Shanaz memeluk Derick, ia mencium bibir suaminya sekilas, lalu memeluknya lagi dengan erat.

Tok!

Tok!

Tok!

Tok!

"Eh! Siapa yang mengetuk?" gumam Derick lirih.

"Kakak idiot!! Ini aku Isabella! Kalian sedang apa sih? Kenapa akhir-akhir ini suka pergi ke basemen?"

"Isabella? Ada apa?"

"Setidaknya bukakan pintunya untukku!"

"Kau dilarang keras memasuki ruangan ini!"

"Cih! Dasar payah!! Ini kah balasan untukku sebagai pengasuh putera kalian??"

"Berisik! Mau mu apa?"

"Di atas ada tamu loh..."

"Tamu??"

"Dia bilang namanya Dave"

"Kami tidak menunggu tamu bernama Dave"

"Hei! Nama sebenarnya David tau!! Teman-temanku kalau bilang David itu Dave!! Huh! Kampungan!!"

"Isabella!! Hentikan!"

"Terserah! Aku mau pergi!"

Isabella menaiki anak tangga, meninggalkan ruangan Shanaz. Ia kembali menuju kamarnya, bermain dengan Densha.

Shanaz dan Derick menemui David yang sudah duduk di sofa ruang tamu, ia membawa sebuah koper hitam di tangannya. Koper tempat ia meletakkan sebagian kecil peralatan medis miliknya.

"Halo! Apa kabar?" Derick menjabat tangan David dan memeluknya.

"Baik, kau sendiri bagaimana? Shanaz banyak bercerita tentangmu"

"Tentu aku baik-baik saja"

"Kau tahu? Aku kesini atas permintaan istrimu yang lumayan konyol"

"Konyol??"

"Ya, dia bilang dia menemukan putri duyung" David melirik ke arah Shanaz dengan tatapan mengejek.

"Dia benar!"

"Apa?"

"Istriku tidak berbohong" ucap Derick dan merangkul istrinya.

"Tuh kan? Saya benar" Shanaz tersenyum, wajahnya memerah di hiasi kemenangan.

"Benarkah? Bisa kau tunjukan dia padaku?"

"Tentu saja, profesor bisa melihatnya!" Shanaz sangat antusias dengan rencananya kali ini. Ia benar-benar berharap bisa menciptakan kesejahteraan antara duyung dan manusia.

"Dimana dia?"

"Dia ada di basemen"

"Baiklah!"

Derick menemani istrinya mengantar profesor David ke basemen untuk bertemu nona duyung dan Fuu kecil. Entah kenapa raut wajah Derick berubah, ia nampak tidak senang namun juga tidak sedih, Derick sedang mengalami kebimbangan yang tidak ia ketahui.

"Astaga!! Apa ini sungguhan?" David melongo tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini, ia melihat ikan seukuran tubuhnya sedang berenang kesana-kemari dengan ikan yang lebih kecil, anehnya ikan ini setengah bagian tubuhnya adalah manusia.

"Tentu, ini sungguhan!"

"Kau? Bagaimana kau bisa menemukannya?"

"Kami tidak menemukannya, dia yang menemukan kami" jawab Derick ketus.

"Sayang.. kau kenapa?" Shanaz memegang bahu suaminya.

"Entah kenapa, firasat ku buruk sekali" Derick memandang aquarium besar di depannya.

"Hei, semua akan baik-baik saja" Shanaz tersenyum mengusap kepala Derick lembut.

"Apa kau sudah melakukan pengecekan terhadap binatang ini?" David berbicara dengan nada mengejek.

"Tunggu! Siapa yang kau panggil binatang?"

"Tentu saja mereka!" David menunjuk ke arah aquarium.

"Sial! Mereka bukan binatang!" bantah Derick marah.

"Hei, mereka sejenis ikan kan? Benar kan Shanaz?" David menatap ke arah Shanaz menanti jawaban perempuan itu.

"Profesor, maafkan saya. Tapi saya setuju dengan Derick bahwa mereka tidak pantas di sebut binatang"

"Astaga! Kalian ini kenapa? Oke baik-baik, aku tidak akan menganggap mereka binatang!"

Dasar keluarga aneh! Jelas-jelas ini binatang! - David.

"Begitu lebih baik" Shanaz menatap David dengan sinis. Derick pergi meninggalkan mereka berdua, ia tidak ingin berada di tempat yang tidak nyaman untuknya.

"Shanaz? Apa mereka ada banyak di lautan ini?"

"Saya tidak tahu profesor, jika dia saja bisa melahirkan. Mungkin mereka banyak tersebar di lautan"

"Hmm.. menarik sekali, bayangkan jika mereka terekspos oleh dunia. Mungkin kau dan aku akan terkenal" David tertawa senang.

"Maaf? Siapa yang terkenal?"

"Kau dan aku! Bagaimanapun juga aku ini seniormu kan? Kau perlu bantuan ku kan?"

"Saya memang perlu bantuan profesor, saya ingin meneliti mereka"

"Meneliti? Untuk apa?" David mengangkat sebelah alisnya menatap Shanaz.

"Coba bayangkan jika manusia bisa hidup berdampingan dengan mereka, maksudku mereka bukan hanya dongeng. Mereka itu nyata! Jadi kita bisa ikut membantu kehidupan mereka di bawah air, mungkin akan banyak nelayan yang tidak akan menggunakan bom atau hal-hal yang di larang negara untuk menangkap ikan, jadi kehidupan mereka bisa terselamatkan"

Bicara apa perempuan ini? Hidup berdampingan dengan sejenis ikan raksasa? Yang benar saja!! - batin David.

"Kau baik sekali Shanaz!"

"Benarkah profesor?"

"Ya, aku akan membantumu meneliti mereka"

"Saya ingin meminta satu hal, tolong jangan beberkan penemuan ini kepada siapapun untuk saat ini"

"Kenapa?"

"Saya takut, tanpa penelitian yang tepat. Orang akan memandang negatif ke arah mereka, dan orang-orang akan beramai-ramai memburu mereka! Saya tidak ingin itu terjadi"

"Wahh.. Shanaz.. Sahanz.." David tertawa menggeleng-gelengkan kepala menatap Shanaz remeh.

"Kenapa anda tertawa?"

"Tidak! Kau lucu sekali, kau sangat baik"

Baik dan juga bodoh! - David.

"Terima kasih" Shanaz tersenyum senang, ia berjalan mendekat ke arah aquarium. Menyentuh aquarium, tiba-tiba Fuu kecil juga ikut menyentuh kaca aquarium tempat Shanaz meletakkan jemarinya.

"Lihat! Dia merespons tanganmu!" David terkejut, kagum.

"Mereka berbicara dengan bahasa isyarat"

"Apa?! Mereka bisa bicara?"

"Kalau mengucapkan kalimat saya tidak tahu, mungkin mereka bisa. Kita harus mengajarinya"

"Hemmm..."

"Dan lagi profesor, IQ mereka sangat tinggi"

"Apa?! Benarkah??"

"Iya, saya sudah melakukan pengecekan tes IQ untuk hewan" Shanaz berjalan ke arah meja kerjanya menunjukkan hasil tes milik nona Duyung.

"Wah! Hebat sekali, mereka hewan yang cerdas!"

"Profesor, tolong jangan panggil mereka dengan sebutan itu!"

"Kau kan juga mengetes IQ mereka dengan alat tes IQ hewan, apa bedanya?"

"Itu karena saya tidak memiliki alat tes IQ untuk manusia"

"Ya.. ya.. memang ya jika bicara dengan perempuan itu sangat merepotkan!" David tergelak pelan.

"Kapan kita mulai meneliti mereka profesor?"

"Terserah kau saja! Bagaimana jika besok! Hari ini aku sedikit sibuk"

"Baik lah"

"Kalau begitu, aku pamit dulu ya Shanaz? Aku harus menuju ke suatu tempat"

"Baik profesor, saya akan mengantar anda sampai ke pintu"

"Okay" David memandang ke arah aquarium sebentar, mengagumi keindahan makhluk laut yang di temukan Shanaz, kemudian pergi meninggalkan tempat kerja Shanaz di susul Shanaz di belakangnya.

Makhluk yang sangat mengagumkan! Aku tidak sabar melakukan penelitian terhadap mereka! - David.

"Mama?"

"Densha, sini mau mama gendong?"

Hupla!

Shanaz menggendong Densha, ia melirik ke arah Isabella yang sedang bermain handphone di ruang tamu, membiarkan Densha bermain sendirian.

"Dasar! Bella itu membiarkan anakku bermain sendirian"

"Mama... itu siapa?"

"Ah! Ini teman mama"

"Wahh ini ya yang namanya Densha? Masih kecil sudah punya daya tarik dari wajahnya ya?"

"Dia memiliki ketampanan ayahnya" Shanaz tersenyum, mencium pipi Densha lembut.

"Tidak, aku rasa dia mirip denganmu!"

"Benarkah? Wah.. dia mirip kami berdua ya?"

"Ya, kalian sempurna! Ayah yang tampan, ibu yang cantik dan anak yang terlahir sempurna bak malaikat. Haha"

"Profesor terlalu memuji!"

"Tidak kok, haha"

"Sayang... Profesor akan pulang" panggil Shanaz pada suaminya.

"Aku sibuk!" Teriak Derick dari ruangan lain di rumah itu.

"Profesor dengar kan? Suamiku sedang sibuk, mohon maaf ya?"

"Tidak apa-apa, suamimu kan pemegang perusahaan terbesar di kota ini. Mungkin dia harus mengurus beberapa hal, aku dengar kalian baru saja membuka resort di tepi pantai"

"Ya, itu memang benar!"

"Wah! Selamat ya? Aku sangat iri, keluargamu berlimpah kasih sayang, paras yang indah dan kekayaan!"

"Anda berkata berlebihan profesor" Shanaz tersenyum malu, pipi nya memerah senang.

"Baiklah.. aku pamit dulu ya?"

"Baik profesor, hati-hati di jalan!"

"Ya" David tersenyum, ia melangkah keluar rumah. Senyumnya semakin sumringah ketika sudah sampai di luar rumah, ia melambaikan tangan ke arah Shanaz dan Densha kecil.

.

.

.

.

.

.

"Densha mau makan?"

"Densha sudah makan dengan Bella"

"Hei, jangan panggil bibi mu dengan namanya langsung"

"Tapi... Bella yang menyuruh"

"Jangan lakukan lagi! Bagaimanapun juga Densha lebih muda darinya. Mengerti?"

Densha menganggukkan kepala pelan, ia memeluk mamanya erat.

"Kau kenapa?"

"Densha kangen mama"

"Eh! Setiap hari kita ketemu"

"Mama jarang ada waktu untuk Densha, mama selalu pergi ke basemen"

"Sayang.. itu tempat kerja mama"

"Memangnya ada apa di sana?"

"Densha mau tahu??"

"Iya ma..."

"Nanti, jika mama berhasil menjalankan tujuan mama, Densha pasti akan tahu"

"Tujuan apa?"

"Bukan apa-apa, hehee" Shanaz memeluk erat putra nya, membawa Densha ke kamar menemui Derick.

"Tuh lihat papa sedang sibuk dengan laptopnya!" Shanaz menunjuk ke arah Derick yang duduk di tempat tidur dengan laptop di depannya.

"Papa?" Panggil Densha pelan.

"Eh! Ada Densha?? Sini!" Derick menutup laptopnya menghampiri Densha dan menggendongnya membawa anak itu ke atas tempat tidur.

"Hari ini tidur sama papa ya?"

"Densha mau tidur sendiri"

"Eh! Kenapa?"

"Kata Bella, cuma bocah yang tidur dengan orang tua" jawab Densha dengan wajah polosnya.

"Hei! Kau kan masih bocah!!" Gerutu Shanaz mencubit pipi puteranya.

"Tidak, Densha sudah besar"

"Huh! Dasar bocah matang terlalu dini.. Bikin gemas saja!" Shanaz mencium pipi Densha berulang-ulang, membuat puteranya risih dan menarik-narik rambut Shanaz.

"Hentikan mama!"

"Kenapa? Kau kan anakku!"

"Densha tidak mau"

"Ini hukuman untuk bocah matang terlalu dini"

Cup! Cup! Cup! Cup!

"Papaa.." Densha mulai merengek, meminta bantuan papa nya.

"Sayang.. Hentikan! Nanti dia tidak mau tidur disini"

"Oke-oke, mama hentikan. Tapi Densha tidur di sini ya?"

"Densha mau tidur sama papa saja!"

"Eh! Tidak mau sama mama?" Shanaz memasang wajah sedih.

"Tidak. Papa di tengah saja!"

"Hei! Umurmu baru 3 tahun kenapa sudah pandai bicara begini?"

"Densha kan pintar!"

"Ini pasti ajaran Isabella"

"Sayang... sudah lah, biarkan saja. Densha putra kita memang anak yang cerdas kan?"

"Iya, dia mirip denganku!" Shanaz memuji dirinya sendiri lalu tertawa senang.

"Dasar kau ini!" Ucap Derick dan mencubit pipi istrinya.

"Aduh.. Sakit!"

"Biarkan!"

Malam ini Densha tidur bersama kedua orang tuanya, ini sangat jarang terjadi. Biasanya Densha kecil tidur di kamarnya sendiri atau tidur di kamar Isabella. Densha senang karena hari ini orang tuanya memperhatikan dia, sejujurnya Densha bosan jika bermain dengan Isabella, karena ia selalu sibuk menelpon teman-temannya dan membahas para pria dewasa yang tidak seharusnya di dengar oleh Densha. Setiap hari ia harus dekat dengan Isabella, karena Derick sibuk dengan bisnis dan perusahaan, dan Shanaz sibuk dengan karirnya sebagai dokter yang berjiwa sosial amat tinggi. Densha beruntung karena terlahir di keluarga yang sangat berada, namun di satu sisi ia membutuhkan banyak kasih sayang dari kedua orangtuanya, itu sebabnya ia di tuntut untuk bersikap dewasa sedari dini, beruntungnya dia karena Densha adalah anak tunggal.

BERSAMBUNG!!!

Jangan lupa Like 😘

Terpopuler

Comments

Just Rara

Just Rara

sepertinya profesor David ni org nya jahat😒

2021-03-07

1

༺❀Kanͥຮaͣrͫaᖙha❀༻

༺❀Kanͥຮaͣrͫaᖙha❀༻

Aku baru ngeh klo nama Densha itu diambil dari nama Derick dan Shanaz. 😅

2021-03-06

7

Saniia Azahra Luvitsky

Saniia Azahra Luvitsky

ahhhhhh makin gemesssssss

2021-02-21

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 INI FUU!!
3 KATRINA (1)
4 KATRINA (2)
5 KATRINA (3)
6 Densha Libur
7 Satu kamar
8 Kunjungan bibi (part 1)
9 Kunjungan bibi (part 2)
10 Mencari Fuu
11 Tes DNA milik Fuu
12 Ancaman untuk Fuu!
13 Sisi lain (part 1)
14 Sisi lain (part 2)
15 Kemarahan Densha
16 15 tahun yang lalu (part 1)
17 15 tahun yang lalu (part 2)
18 15 tahun yang lalu (part 3)
19 15 tahun yang lalu (part 4)
20 Rumah
21 Cumi bakar & Donat
22 Hujan
23 Menjenguk Densha (part 1)
24 Menjenguk Densha (part 2)
25 Memori
26 Bimbang
27 Sekolah
28 Moa dan Fuu (part 1)
29 Jennie
30 Tingkah Jennie
31 Moa dan Fuu (part 2)
32 Pulang ke rumah.
33 Salah paham
34 Masalah masing-masing
35 Bahaya! (part 1)
36 Bahaya! (part 2)
37 Kelemahan Isabella
38 Pernyataan
39 Clue
40 Sinyal
41 Kembali
42 Tuan Shawn
43 Di pinjam Moa.
44 Isi buku
45 Olahraga
46 Bagaimana bisa?
47 Seminggu
48 Hubungan
49 Roosevelt
50 Was-was
51 Berbagi Cerita
52 Carnivora
53 Menjenguk ayah Mod.
54 Lempar batu
55 Minum
56 ANNOUNCEMENT!!
57 Mabuk
58 Darah dan Hybrid
59 Iri
60 Gembel atau penguntit??
61 Darah Densha
62 Mata yang sama?
63 Cerita Moa (Part 1)
64 Cerita Moa (part 2)
65 Chance
66 Traktir
67 Yakiniku
68 Siapa pelakunya? (Part 1)
69 Siapa pelakunya? (part 2)
70 Percaya
71 Awalnya (kutukan)
72 Makanan manis
73 Barrier
74 Kenangan
75 Keluarga Roosevelt (1)
76 ANNOUNCEMENT!!
77 Keluarga Roosevelt (2)
78 Collin's (1)
79 Collin's (2)
80 Mind
81 Tutup Mata
82 Centil
83 KRAKEN
84 Not a Bird!!
85 Mengikuti!
86 Luka
87 Salep
88 Nightmare
89 Black
90 Ketemu Daniel
91 Melindungi kepala seseorang
92 Identitas
93 Harusnya rahasia!!
94 Festival
95 Insang
96 Butiran
97 TRIBRID
98 Segerombol
99 Ujian susulan
100 Tandon Air
101 Perubahan sikap
102 I.M
103 Festival (H - 7)
104 Festival (H - 6)
105 Festival (H - 5)
106 Festival (H - 4)
107 Festival (H - 3) bag.1
108 Festival (H - 3) bag.2
109 Actually (?)
110 Festival (H - 2) bag.1
111 Festival (H - 2) bag.2
112 PART
113 Festival (H - 2) bag.3
114 Festival (H - 2) bag.4
115 Festival (H - 2) bag.5
116 Festival (H - 1)
117 Hari H (part 1)
118 Hari H (part.2)
119 Hari H (part.3)
120 Hari H (part.4)
121 Hari H (part.5)
122 MindLink
123 The Last
124 Author
125 Spesial Part!!
Episodes

Updated 125 Episodes

1
PROLOG
2
INI FUU!!
3
KATRINA (1)
4
KATRINA (2)
5
KATRINA (3)
6
Densha Libur
7
Satu kamar
8
Kunjungan bibi (part 1)
9
Kunjungan bibi (part 2)
10
Mencari Fuu
11
Tes DNA milik Fuu
12
Ancaman untuk Fuu!
13
Sisi lain (part 1)
14
Sisi lain (part 2)
15
Kemarahan Densha
16
15 tahun yang lalu (part 1)
17
15 tahun yang lalu (part 2)
18
15 tahun yang lalu (part 3)
19
15 tahun yang lalu (part 4)
20
Rumah
21
Cumi bakar & Donat
22
Hujan
23
Menjenguk Densha (part 1)
24
Menjenguk Densha (part 2)
25
Memori
26
Bimbang
27
Sekolah
28
Moa dan Fuu (part 1)
29
Jennie
30
Tingkah Jennie
31
Moa dan Fuu (part 2)
32
Pulang ke rumah.
33
Salah paham
34
Masalah masing-masing
35
Bahaya! (part 1)
36
Bahaya! (part 2)
37
Kelemahan Isabella
38
Pernyataan
39
Clue
40
Sinyal
41
Kembali
42
Tuan Shawn
43
Di pinjam Moa.
44
Isi buku
45
Olahraga
46
Bagaimana bisa?
47
Seminggu
48
Hubungan
49
Roosevelt
50
Was-was
51
Berbagi Cerita
52
Carnivora
53
Menjenguk ayah Mod.
54
Lempar batu
55
Minum
56
ANNOUNCEMENT!!
57
Mabuk
58
Darah dan Hybrid
59
Iri
60
Gembel atau penguntit??
61
Darah Densha
62
Mata yang sama?
63
Cerita Moa (Part 1)
64
Cerita Moa (part 2)
65
Chance
66
Traktir
67
Yakiniku
68
Siapa pelakunya? (Part 1)
69
Siapa pelakunya? (part 2)
70
Percaya
71
Awalnya (kutukan)
72
Makanan manis
73
Barrier
74
Kenangan
75
Keluarga Roosevelt (1)
76
ANNOUNCEMENT!!
77
Keluarga Roosevelt (2)
78
Collin's (1)
79
Collin's (2)
80
Mind
81
Tutup Mata
82
Centil
83
KRAKEN
84
Not a Bird!!
85
Mengikuti!
86
Luka
87
Salep
88
Nightmare
89
Black
90
Ketemu Daniel
91
Melindungi kepala seseorang
92
Identitas
93
Harusnya rahasia!!
94
Festival
95
Insang
96
Butiran
97
TRIBRID
98
Segerombol
99
Ujian susulan
100
Tandon Air
101
Perubahan sikap
102
I.M
103
Festival (H - 7)
104
Festival (H - 6)
105
Festival (H - 5)
106
Festival (H - 4)
107
Festival (H - 3) bag.1
108
Festival (H - 3) bag.2
109
Actually (?)
110
Festival (H - 2) bag.1
111
Festival (H - 2) bag.2
112
PART
113
Festival (H - 2) bag.3
114
Festival (H - 2) bag.4
115
Festival (H - 2) bag.5
116
Festival (H - 1)
117
Hari H (part 1)
118
Hari H (part.2)
119
Hari H (part.3)
120
Hari H (part.4)
121
Hari H (part.5)
122
MindLink
123
The Last
124
Author
125
Spesial Part!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!