Malam semakin larut, kabut tipis menyelimuti kota tepi laut tersebut, kerumunan orang yang banyak berangsur-angsur hilang, pulang ke tempat yang paling hangat di dunia yaitu rumah. Sepasang manusia itu terus mencari keberadaan Fuu namun sia-sia, sulit sekali menemukan Fuu saat ini.
"Ck! Sial!! Dimana dia sebenarnya" gerutu Densha kesal.
"Aku lelah" ucap Katrina, ia langsung duduk di atas jalanan beraspal.
"Hei! Berdiri! Ini juga kan salahmu!"
"Salahku?? Salahkan dirimu sendiri, memangnya kenapa kalau bibi mu berkunjung ke rumah hah?! Kenapa harus menyuruhnya keluyuran sendirian?" Omel Katrina berdiri kesal, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Densha.
"Diam! Kau tidak tau apa-apa" kata Densha kesal, ia menatap tajam gadis di sampingnya itu.
"Kau pikir aku takut dengan tatapan dingin mu itu??" ucap Katrina memalingkan wajah, dalam hati dia sedikit takut dengan pria ini.
"Hei bung! Kota ini luas, Fuu bisa berada dimana saja" kata Katrina lagi.
"Lalu?"
"Kita lanjutkan besok saja! Bagaimana?"
"Kalau kau ingin pulang, pulanglah! Lagipula ini sudah sangat malam. Tidak baik bagi seorang gadis berkeliaran malam-malam" ucap Densha datar.
"Wauw! Aku merinding mendengar kalimat mu, apa itu benar kau??" sindir Katrina lalu tertawa.
"Tenang saja, aku akan membantumu mencari Fuu, bagaimanapun juga Fuu itu temanku" kata Katrina senang.
"Aku lebih merinding saat tahu bahwa Fuu berteman dengan orang sepertimu!" Sindir Densha ketus.
"Apa?! Dasar brengsek!!" Celetuk Katrina menendang kaki Densha.
Densha hanya melotot menatap Katrina yang marah padanya.
"Hei bagaimana kalau berpencar?" Usul Katrina pada pria tampan di sampingnya itu.
"Berpencar?"
"Ya, biar tidak buang-buang waktu" jawab Katrina santai.
"Kau yakin? Tidak masalah jika hanya kau sendirian berkeliling mencari Fuu?" Tanya Densha, pria itu berjalan lurus meninggalkan Katrina di belakangnya.
"Ya aku sangat yakin, memangnya apa yang akan terjadi padaku haha" jawab Katrina tertawa keras.
"Oh tidak! Tidak bisa! Aku akan tetap bersamamu, kita cari sama-sama saja" ucap Katrina setelah ingat kejadian ia dan Fuu di kejar sekelompok preman, bisa gawat jika ia bertemu dengan preman itu lagi. Jika bersama Densha, kemungkinan besar pria itu akan melindunginya begitu pikir Katrina yang memanfaatkan tubuh sempurna Densha.
"Kenapa? Kenapa kau berubah pikiran?"
"Haha tidak apa-apa, bukankah berdua lebih baik" jawab Katrina cepat dan berlari ke arah pria di depannya itu.
"Ck! Sial! Aku sudah terlanjur senang, akhirnya kau membiarkanku sendirian" Densha membuang muka ke arah lain.
"Hei bung! Bisa tidak rubah cara bicaramu yang menyakitkan itu!" Kata Katrina marah.
"Tidak bisa!" Jawab Densha cepat.
"Oh, hanya di depan Fuu baru kau bersikap manis? Menjijikan!!" Sindir Katrina memoncongkan bibirnya.
Densha menghentikan langkahnya, menarik lengan gadis di sampingnya itu sehingga badan mereka saling berhadapan, tubuh mereka hampir berdekatan.
"Siapa kau? Beraninya mengataiku menjijikan?" Ucap Densha ketus, menatap tajam Katrina, gadis itu mendelik terkejut dengan perubahan sikap Densha.
"A.. Apa? Apa-apa'an kau ini!!" Bentak Katrina dan melepaskan lengannya, memundurkan langkah kakinya agar tidak terlalu dekat dengan Densha.
"Ingat ini di otakmu yang kecil itu! Jangan pernah sekali-sekali bilang 'Menjijikan' padaku!!" Perintah Densha, dan meneruskan perjalanannya lagi, meninggalkan Katrina yang terdiam di belakangnya.
Sial! Apa-apa'an itu tadi? Bikin kaget saja!! Sadar-sadar Katrina dia pria dingin dan misterius, kenapa jantungku berdetak dengan keras begini. Duhh sial! Sial! Sial! - Katrina.
Batin Katrina bergejolak, bagaimanapun juga. Pria misterius itu tipe Katrina, ia tidak menyangka bahwa Densha bisa membuat jantungnya berdegup dengan kencang.
"Hei! Tunggu!" Teriak Katrina yang melihat Densha sudah semakin jauh, wajah gadis itu terlihat memerah.
"Aku tidak mungkin menyukainya, tidak mungkin, tidak mungkin" ucap Katrina secara berulang-ulang menguatkan hatinya sendiri.
Malam semakin larut, kabut tipis sudah menghiasi kota tepi laut itu. Jalanan pun sudah sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang minum-minum di pojokan toko yang telah tutup. Katrina melamun memikirkan sesuatu, pikirannya kalut bercampur aduk dengan perasaannya.
"Hei" panggil Densha, namun tidak di dengar oleh Katrina.
"HEI BODOH!!" Teriak Densha, membuat Katrina bangun dari lamunannya.
"SIAPA YANG KAU PANGGIL BODOH?!"
"Kau sedang apa sih? Handphone mu bunyi tuh!!" Kata Densha memandang saku celana Katrina, tempat gadis itu menyimpan telepon genggam nya. Katrina buru-buru mengambil Handphone nya, dan melihat siapa yang telepon.
"Astaga!! Ini ayahku. Aku harus bagaimana?" Kata Katrina panik.
"Apa kau tidak tau cara mengangkat telepon?"
"Ck! Aku ini minta pendapatmu?! Pantas saja kau tidak punya teman!!" ucap Katrina kesal dan mengangkat telepon dari ayahnya.
"Ha.. Halo, ayah.." ucap Katrina pelan, gadis itu sedikit takut.
"Kau mau jadi apa? Sudah larut begini belum juga sampai rumah!" Jawab Tuan Shawn di ujung telepon.
"Aku sedang mencari temanku ayah, dia hilang, dia orang baru disini"
"Pulang!" Perintah Tuan Shawn tegas pada putri tunggalnya itu.
"Ta.. Tapi.. Aku harus membantu temanku mencarinya, karena terakhir kali temanku itu sedang bersamaku" jawab Katrina takut.
"Ini sudah sangat larut Katrina"
"Aku akan segera pulang setelah menemukan temanku, aku janji" ucap Katrina senang.
"Baiklah, cepatlah!!"
"Aku menyayangimu ayah" ucap Katrina tersenyum.
"Ayah juga" balas Tuan Shawn, dan menutup teleponnya.
"Fiiiuuuuhhh, untunglah ayah mau mengerti" kata Katrina mengelap dahinya yang keringatan itu.
"Eh! Dimana pria brengsek itu?" Gerutu Katrina kesal, ia celingak-celinguk mencari keberadaan Densha, pria itu sudah nampak jauh dari lokasi Katrina, ia berjalan ke arah pantai.
"Dasar! Bukannya menunggu, malah aku di tinggal" omel Katrina kesal dan berlari menyusul Densha.
Fuu benar-benar kembali ke habitat aslinya, berenang kesana kemari dengan duyung-duyung lain, berburu ikan di lautan lepas, samar-samar ingatannya akan seseorang muncul, duyung itu pergi meninggalkan teman-temannya memutar arah, berenang menuju bibir pantai tempat terakhir yang ia ingat, menyeret tubuhnya ke arah rerumputan rimbun yang sudah meninggi, mencoba mengeringkan siripnya, menunggunya mengelupas secara alami, mengeluarkan darah yang sangat banyak hingga memunculkan sepasang kaki manusia, prosesnya benar-benar memerlukan waktu dan menyakitkan bagi setiap duyung.
"Hei, memang kau pikir Fuu akan ada di pantai?" Katrina memandangi lautan luas di depannya.
"Kita belum menelusuri pinggir pantai kan" jawab Densha sembari mengedarkan pandangan ke segala arah.
"Ya memang sih" jawab Katrina santai, ia pergi ke balik pepohonan dan menelusuri semak yang tinggi-tinggi.
"Kau pikir Fuu itu kucing? Kenapa sampai ke rumput-rumput segala?" Tanya Densha yang melihat Katrina celingak-celinguk diantara pepohonan.
"Bukan sih, tapi apa salahnya di coba?"
Kedua orang itu berpencar, Densha ke arah kanan sedangkan Katrina ke arah kiri, berjalan menyusuri pantai dan rerumputan pinggir pantai mencari keberadaan Fuu.
.
.
.
.
.
.
Srakk! Ssrraaraakk!! Srraakk!!
"Bunyi apa itu?" Gumam Katrina lirih.
"Puss puss" panggil Katrina.
Katrina berfikir positif bahwa itu kucing. Gadis itu berjalan pelan ke arah rerumputan, dan mencoba untuk mengintip ada apa dibaliknya. Katrina terbelalak tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, bahkan ia sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan, Katrina mendapati Fuu yang telanjang dan berlumuran darah segar di sekujur tubuhnya, rambut indah gadis itu bahkan sampai tidak beraturan. Ini pertama kalinya Katrina melihat Fuu yang seperti itu.
"Astaga! Fuu, ada apa ini?" Tanya Katrina yang panik, dan berlari mendekati Fuu.
"Katrina? Itu kamu?" Ucap Fuu pelan, menoleh ke arah Katrina, air mata mengalir di pipi gadis itu.
"A.. Apa, apa yang terjadi?" Tanya Katrina, gadis itu bingung harus berbuat apa.
"De.. Den.. Densha, iya Densha! Densha ada disini" kata Katrina terbata-bata, gadis itu sangat bingung saat ini.
"Tunggu Katrina, jangan panggil Densha kemari" cegah Fuu saat Katrina hendak pergi.
"Lihat badanmu, kita benar-benar harus ke rumah sakit!" Kata Katrina tegas, ia meninggalkan Fuu sendirian dan berlari mencari Densha.
Sial! Dimana pria itu saat di butuhkan?? - Katrina
"HOI!! DENSHA!!" Teriak Katrina saat ia menemukan keberadaan Densha, gadis itu melambaikan tangannya ke arah Densha, menyuruhnya agar cepat menghampirinya.
"Ada apa?" Tanya Densha saat ia sudah berada di depannya.
"Fuu, aku menemukan nya" kata Katrina menunjukan lokasi Fuu dengan jari telunjuknya.
"Apa? Serius?" Tanya Densha dan berlari ke arah yang di tunjuk Katrina.
"Hei, tunggu!! Aku ingin memberitahumu sesuatu, kita harus segera membawanya ke rumah sakit" kata Katrina yang berjalan cepat di belakang Densha.
"Kenapa?"
"Tubuh Fuu terluka" jawab Katrina panik.
"Apa?!" Ucap Densha tidak percaya, pria itu membuka rerumputan yang tinggi dimana Fuu berada, memastikan kondisi gadis yang tinggal serumah dengannya.
"Astaga! Mataku!" Ucap Densha terkejut, pria itu langsung menutup kedua matanya dan membalikan badan.
"Ada apa? Benar kan dia terluka parah" Tanya Katrina penasaran, dan melihat kondisi Fuu.
Seakan tidak percaya, Katrina ikut terpaku melihat kondisi Fuu, gadis itu benar-benar di buat melongo dengan keadaan Fuu. Fuu nampak baik-baik saja, bahkan tidak ada luka secuil pun di tubuhnya, kulitnya putih bersih, darah yang tadi di lihat Katrina pun hilang bagaikan sihir, namun Fuu masih tetap telanjang dan rambutnya masih kusut. Gadis itu tersenyum manis ke arah Katrina yang sedang kebingungan di depannya.
"Den.. Sha?" Panggil Fuu dengan gaya bicaranya yang asing.
"Apa?" Jawab Densha ketus, pria itu masih membalikkan badannya.
"Hei, bagaimana bisa? Aku tadi benar-benar melihatmu berlumuran darah. Kenapa jadi begini? Bahkan sebelum kita berpisah kulitmu kan melepuh parah, ada apa ini sebenarnya?" Tanya Katrina bertubi-tubi, ia ingin seseorang menjawab kebingungannya. Fuu hanya menatap bingung Katrina yang banyak pertanyaan, tatapannya sangat polos.
"Hei, pakai ini!" Densha melepas jaket Hoddie nya dan melemparkannya pada Fuu.
Gadis itu terdiam menerima jaket Densha dengan senang lalu memakainya. Yahh karena tubuh Fuu mungil jadi jaket Densha akan kebesaran untuknya, bahkan tinggi badan Fuu tepat sejajar dengan dada bidang Densha.
Fuu! Apa benar kau itu Putri duyung? - Katrina.
"Ayo pulang!" Ajak Densha, pada kedua gadis yang bersamanya saat itu.
"Anu...." kata Fuu pelan dan menatap ujung kakinya, putri duyung setelah merubah siripnya menjadi kaki, bagian telapak kakinya butuh waktu lebih lama dalam proses penyembuhan luka, sehingga saat ini telapak kaki Fuu masih penuh dengan luka sayatan saat proses pengelupasan sirip berlangsung.
"Ada apa?" Tanya Densha dan Katrina bersamaan.
"Kaki Fuu sakit..." Fuu melihat kakinya.
"Coba aku lihat!" kata Densha perhatian, pria itu berjongkok di depan Fuu dan melihat telapak kaki Fuu, benar saja di sana banyak sekali luka terbuka yang masih mengeluarkan darah.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Densha marah. Fuu hanya menggelengkan kepala tanda tidak tahu.
"Ck! Sial!" Gerutu Densha, pria itu mendekati Fuu dan menggendongnya, gadis itu terkejut dan menatap Densha lekat, ia ingat waktu itu Densha menggendongnya seperti ini saat memasuki kantor polisi.
"Lepas! Lepas! Fuu tidak ingin ke kantor polisi! Lepas!" Fuu meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari dekapan Densha.
"Siapa yang mau membawamu ke kantor polisi hah?!" Gerutu Densha kesal dan memperkuat dekapannya.
"Waktu itu, Densha membawa Fuu seperti ini kan?"
"Sekarang aku akan membawamu seperti ini, tapi ke rumah" ucap Densha tenang.
Sial! Mereka imut sekali, aku benar-benar iri - Katrina.
"Hei, setidaknya anggap aku ada disini" gerutu Katrina kesal dan membuang muka.
"Menganggapmu hanya membuat ingatanku sakit" celetuk Densha melirik ke arah Katrina.
"Brengsek!" Maki Katrina menendang kaki Densha.
"Baiklah, karena Fuu sudah ketemu. Aku akan pulang" Kata Katrina senang.
"Kita antar Katrina?" Tanya Fuu polos pada pria yang menggendongnya.
"Tidak usah, tidak apa-apa! Lagipula arah rumah kita berbeda" ucap Katrina santai.
"Kau dengar?" Tanya Densha pada Fuu yang memperhatikan Katrina.
"Katrina akan sendirian" ucap Fuu pelan.
"Baiklah, kita berjalan ke rumahmu dulu lalu aku akan pulang" Kata Densha akhirnya memutuskan untuk mengantar Katrina.
"Lagi pula, ini sudah sangat malam. Bagaimana jika terjadi hal buruk" kata Densha lagi, menatap Katrina, gadis itu terkejut dengan kalimat Densha, wajahnya tersipu malu.
Astaga! Katrina, kau tidak boleh seperti ini, kau tidak boleh menyukai pria keras dan sedingin es ini, tidak boleh!! - batin Katrina, perasaannya benar-benar galau saat ini.
Mereka bertiga berjalan ke arah rumah Katrina, yahh hanya dua orang yang jalan sih, karena yang satunya lagi sedang di gendong Densha. Meskipun jarak rumah Katrina dan Densha cukup jauh, namun Densha tetap tidak bisa membiarkan seorang gadis berjalan sendirian larut malam seperti ini.
"Sial! Sudah jam 2 malam" gerutu Katrina kesal, melihat layar ponselnya.
"Hei bung, apa pagi nanti kau ke sekolah?" Tanya Katrina penasaran.
"Tentu" jawab Densha santai.
"Dasar murid teladan" sindir Katrina, melengos ke arah lain.
"Itu rumahku" tunjuk Katrina pada sebuah rumah.
"Baiklah, aku sampai sini saja"
"Fuu bisa berjalan sekarang" kata Fuu menyentuh dada Densha.
"Kaki mu bagaimana?" Tanya Densha.
"Tidak apa-apa" jawab Fuu dan menunjukan telapak kakinya yang mulus, tidak ada bekas luka sama sekali disana. Dan sekali lagi Katrina benar-benar takjub dengan regenerasi kulit Fuu.
"Bagaimana bisa?" Tanya Densha bingung.
Fuu terdiam, tidak menjawab pertanyaan pria yang menggendongnya itu, berusaha melepaskan diri dari Densha.
"Tidak usah! Begini saja" kata Densha, mempererat dekapannya.
"Lagipula kau tidak memakai alas kaki" lanjut Densha lalu tersenyum.
"Duh!! Kenapa kalian imut sekali sih" teriak Katrina memperhatikan sepasang manusia di depannya. Fuu dan Densha terkejut lalu menatap Katrina bersamaan, mereka berdua saling melirik.
"Imut" ucap Fuu polos lalu tersenyum, mengingat ia pernah menanyakan hal ini kepada Densha.
"Baiklah, aku pulang! Sampai jumpa!!" Katrina melambaikan tangan ke arah Densha dan Fuu.
"Sampai jumpa" Fuu juga melambaikan tangan pelan, ke arah Katrina.
Lihat Fuu! Aku akan menemukan siapa kau sebenarnya, aku akan jadi orang pertama yang mengetahui wujud aslimu - kata Katrina dalam hati, saat melihat Densha membawa Fuu pergi dari sana.
"Apa aku menyukai Densha?" Gumam Katrina pelan, lalu membuka pintu rumahnya.
BERSAMBUNG!!
Jangan lupa Like, Vote, rating dan favorit ya? Dukungan dari kalian sangat berarti bagi saya! 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Abrizam
bagus looh karyamu Thor...yg baca cuma seuprit
2022-01-12
1
Dewi Ranti
apakh katrina sbnry jahat
2021-06-27
1
v
udh katrin sm densha aza lgan manusia mana ada cinta sm duyung
2021-05-16
1