Wanita paruh baya bernama Isabella Mikaelson umurnya sekitar 42 tahun, pemilik perusahaan mutiara kerang asli, ia mempunyai banyak resort, hotel dan penginapan berkat bisnis ekspor mutiara yang ia jalankan, tentu ini bukan murni bisnisnya sendiri, karena dia hanya menggantikan posisi kakaknya untuk sementara dan jika saatnya telah tiba, ia akan mewariskan seluruh harta ke pewaris yang sebenarnya. Ia juga pemegang saham terbesar di industri makanan laut. Walaupun umurnya hampir setengah abad namun wanita ini tidak menampakan tanda-tanda penuaan, wajahnya masih seperti wanita berumur 30an. Bahkan gaya berpakaian nya selalu nampak modis dan elegan. Yahh Isabella Mikaelson ini adalah bibi dari pria tampan bernama Densha Mikaelson, wanita itu merupakan adik kandung dari Derick Mikaelson yang tak lain adalah ayah kandung Densha, Isabella memutuskan untuk tidak menikah setelah kematian kakak nya yang sangat misterius dan berjanji akan merawat Densha anak tunggal Derick, hingga kematian menjemputnya. Saat ini Isabella hanya memfokuskan hidupnya untuk bisnis dan menempatkan Densha Mikaelson sebagai satu-satunya pewaris masa depan perusahaan yang saat ini ia geluti.
Suatu pagi, Isabella mendapat telpon bahwa ada seorang gadis yang sering terlihat di rumah keponakannya itu. Merasa perlu wawasan dan bimbingan, karena takut keponakannya itu salah arah, Isabella memutuskan untuk berkunjung ke rumah Densha. Yahh walaupun kantor Isabella berpusat di tengah kota lain, tapi dengan memakai mobil ia bisa sampai ke rumah keponakannya itu hanya dalam waktu kurang lebih 4 jam.
Kring! Kring! Kring! Kring! Kring!
"Benda ini berbunyi?" Gumam Fuu bingung, "Ada apa ya?" Gadis itu keheranan melihat telpon rumah berdering.
Kring! Kriiiinnggg! Kriinnggg!
"Bagaimana ini?" Oceh Fuu bingung, dia mondar-mandir di depan telepon rumah milik Densha.
"Densha belum pulang juga" ucap Fuu sedih.
Di lain tempat, di dalam mobil yang sedang melakukan perjalanan menuju rumah Densha. Isabella mencoba menelpon rumah keponakannya namun tidak ada jawaban.
"Ck! Sial!! Harusnya bocah itu sudah di rumah jam segini!" Gerutu Isabella menatap jam di tangan kirinya.
"Mungkin tuan muda belum pulang Nyonya!" Ucap sang supir di bangku depan.
"Sudah aku bilang kan? Jangan panggil aku Nyonya! Panggil saya Nona pak supir!!" Celetuk Isabella marah-marah, ia tidak ingin di pandang tua oleh siapapun.
Wanita itu menyandarkan bahunya ke bangku mobil, mencari posisi ternyaman, menatap jendela kaca mobil yang sedang berjalan di pinggir lautan. Wanita itu terdiam seakan sedang melamun akan sesuatu.
"Semoga kamu bahagia disana!" Ucap Isabella lirih, matanya terlihat berkaca-kaca.
"Yang sabar Nona" kata pak sopir berusaha menenangkan Isabella.
"Nanti waktu pulang, saya ingin mampir ke pantai sebentar ya pak!" Perintah Isabella pada sang supir.
"Baik, Nona" kata sopir menganggukkan kepala, memacu kendaraan sedikit lebih cepat, agar cepat sampai ke rumah keponakannya itu.
***
"Aku pulang!" Ucap Densha senang, membuka pintu rumah, mendapati Fuu menatap telpon rumah dengan bingung.
"Hei! Ada apa?" Tanya Densha, sembari melepas sepatu sekolahnya.
"Ahh! Densha? Selamat datang" ucap Fuu senang, berlari mendekati Densha. Gadis itu baru sadar dengan keberadaan Densha.
"Kau ini punya kebiasaan tidak menjawab pertanyaan ya?" Kata Densha, menjitak kepala Fuu dengan pelan.
"Pertanyaan?"
"Kau kenapa berdiri di depan telpon rumah?" Tanya Densha, menunjuk telepon rumahnya.
Fuu mengarahkan pandangannya menatap telpon rumah yang berwarna putih tulang di atas meja kayu kecil, sebelah sofa panjang yang biasa ia gunakan untuk tidur, sebelum Densha memintanya untuk satu kamar.
"Ah! Itu tadi.. benda itu berbunyi" kata Fuu menatap Densha.
"Berbunyi?" Densha mengangkat sebelah alisnya.
"Kriiinngg.. Kriinnngg.. Krrinnggg" ucap Fuu mempraktekkan bunyi telepon berdering, tingkahnya benar-benar imut saat ini.
"Ck! Kau imut sekali" ucap Densha berpaling, membuang muka agar tidak menatap mata gadis di depannya.
"Imut?" Fuu tersenyum senang.
"Apa itu imut?"
"Bukan apa-apa" jawab Densha, berlalu pergi meninggalkan Fuu dan menuju sofa ruang tamu.
"Densha, apa itu imut?" Tanya Fuu mengikuti Densha.
"Sudah aku bilang bukan apa-apa kan!" Ucap Densha dengan sedikit penekanan, wajahnya memerah tersipu malu.
"Imut, imut, imut" kata Fuu berulang-ulang memaksa Densha menjelaskan, gadis itu duduk berjongkok di lantai berhadapan tepat depan Densha.
"Lupakan!" Perintah Densha, "Siapa yang menelpon?" Tanya Densha mengalihkan pembicaraan.
"Fuu tidak tahu" ucap Fuu, menggelengkan kepala pelan.
"Bagaimana bisa tidak tau? Kau kan seharian ini di rumah" ucap Densha kesal.
"Densha tidak mengajarkan Fuu soal benda itu" kata Fuu membela diri, menunjuk ke arah telepon rumah.
"Ck! Aku lupa" kata Densha menepuk jidat nya sendiri.
Kira-kira siapa ya? Mungkin bibi - ucap Densha dalam hati, menatap telpon rumah.
Kriinnggg! Kriinnnggg! Krriinggg!
Densha dan Fuu saling menatap terkejut saat telpon rumah itu berbunyi lagi.
"Benda itu!" Ucap Fuu lalu berdiri.
"Biar aku saja" kata Densha, mengangkat gagang telepon di sebelahnya.
"Halo?" Kata Densha pelan.
"DASAR BOCAH BODOH! KEMANA SAJA KAU INI!! KAU TIDAK TAHU AKU MENELPON MU BERULANG KALI!! BUKAN KAH KAU SUDAH PULANG SEKOLAH SETENGAH JAM YANG LALU KEP*RAT KECIL!!" Teriak Isabella marah-marah.
Duh! Kupingku! - batin Densha menjauhkan gagang telepon dari kepalanya.
"Ehem!" Densha bersiap untuk menjawab perkataan wanita di ujung telpon.
"DASAR SIALAN! SIAPA YANG KAU PANGGIL KEP*RAT KECIL HAH?!" Teriak Densha ikutan marah.
"TENTU KAU BODOH! DASAR PRIA BR*NGSEK! BISA-BISANYA KAU MEMBAWA PEREMPUAN KE RUMAHMU TANPA MEMBERITAHU KU!!" Teriak Isabella kesal.
"Eh! Apa? Perempuan?" Densha mengecilkan suaranya dan mengalihkan pandangan ke arah Fuu.
"YA! PEREMPUAN!! MANA MUNGKIN KEPONAKANKU YANG TAMPAN INI SUKA SAMA BANCI!! YA KAN?" Isabella masih berteriak-teriak.
"DASAR SINTING!! JANGAN TERIAK-TERIAK!! BIBI INI WANITA ATAU SPEAKER AKTIF SIH!! TELINGAKU SAKIT TAHU!!" Teriak Densha dengan keras memarahi Isabella.
"Ehem! Maaf" kini suara Isabella berubah menjadi sedikit lembut.
"Siapa perempuan itu?" Tanya Isabella penasaran.
"Perempuan apa?" Tanya Densha, pura-pura tidak tahu, mencoba untuk berbohong.
"PEREMPUAN YANG KAU SIMPAN DI RUMAHMU!!" Teriak Isabella kesal.
"Tidak ada perempuan di sini!" Bantah Densha.
"Benarkah?" Tanya Isabella penasaran.
"Ya, tidak ada perempuan di sini, jika bibi tidak percaya datang saja" ucap Densha menantang Isabella.
"Baik sayang, sebentar lagi bibi akan sampai. Kira-kira setengah jam lagi, sabar ya? Hehe" kata Isabella sumringah.
"APA? SAMPAI?" Teriak Densha terkejut.
"JANGAN BERTERIAK!! KAU INI PRIA ATAU SPEAKER AKTIF HAH?!" Teriak Isabella menduplikat kata-kata Densha.
Ck! Sial! Bagaimana ini? - batin Densha, pikirannya kalut. Ia menatap Fuu bingung.
"Baik bibi, aku tunggu. Sampai jumpa" kata Densha pelan mengakhiri telponnya.
KLAP!!
Telepon di tutup, wajah Densha berubah pucat kebingungan. Pria itu menatap Fuu gelisah, kemudian berdiri mendekati Fuu.
"Fuu, kau harus sembunyi" kata Densha menyentuh kedua bahu Fuu.
"Sembunyi?"
"Isabella akan datang, kau tidak bisa tetap di sini. Akan runyam urusannya saat dia tau kau tinggal bersamaku" ucap Densha lembut menjelaskan.
"Isabella?"
"Dia bibiku" kata Densha.
"Ahh! Kau bisa keluar rumah sebentar, mungkin bibi tidak akan lama disini saat semuanya sudah aman kau bisa kembali ke sini" kata Densha menemukan jalan keluar yang tepat.
"Fuu keluar rumah sendiri?" Tanya Fuu bingung.
"Iya, sebelumnya kau pernah keluar rumah bersama Katrina kan? Dan kau bahkan pernah sampai ke sekolahku" ucap Densha tersenyum.
"Oke, baik" jawab Fuu tersenyum menatap Densha.
"Jam 8 malam, jika kau masih melihat mobil terparkir di depan rumah ini, jangan pulang! Ingat! Jangan pulang!!" Pinta Densha memohon pada Fuu, mengatupkan kedua telapak tangannya menjadi satu.
"Oke, Baik! Fuu mengerti" kata Fuu menganggukan kepala.
Gadis itu berganti pakaian dengan dress pendek berwarna kuning muda, kulitnya semakin terlihat putih jika memakai dress warna kuning. Densha menyisir rambut Fuu sebentar, memandangi gadis di depannya itu, seperti tidak tega membiarkan Fuu berkeliaran malam-malam.
"Fuu" panggil Densha pelan, saat gadis itu akan membuka pintu rumah.
Fuu menoleh ke arah Densha yang sedang menundukkan kepala, sepertinya Densha sedang sedih begitu pikir Fuu.
"Jaga diri dengan baik!" Kata Densha yang secara tiba-tiba memeluk Fuu. Gadis itu terkejut, matanya terbelalak saking kagetnya.
"Densha.." kata Fuu pelan, ia tidak membalas pelukan dari Densha.
"Fuu akan baik-baik saja" ucap Fuu senang menatap Densha dengan ceria setelah pria itu melepaskan pelukan nya.
Densha tersenyum senang mendengar kalimat Fuu, pria itu mengusap lembut kepala gadis di depannya itu.
"Fuu pergi ya?" Kata Fuu senang dan menutup pintu rumah.
Densha masih terpaku di balik pintu rumah, ia merasa ada sesuatu di bagian dirinya yang hilang, namun tidak bisa di jelaskan, pria itu mengusap-usap wajahnya sendiri dan mencoba mengembalikan kesadarannya.
"Aku harus menyembunyikan pakaian Fuu dimana ya?" Gumam pria itu sendirian.
Fuu pergi menelusuri jalan, gadis itu melintasi jalanan yang pernah ia lewati bersama Katrina ataupun Densha, berusaha menikmati pemandangan kota tepi laut yang indah, ini pertama kalinya ia pergi jalan-jalan sendirian.
"Fuu harus kemana?" Gumam Fuu bingung, menoleh ke kanan dan ke kiri saat hendak menyebrang jalan.
"Ikuti langkah kaki saja" ucap Fuu mengangkat bahu.
Gadis itu terus berjalan tanpa arah, memperhatikan orang-orang di sekitar nya, merasa sedikit takut tapi dia tetap melangkahkan langkah kakinya yang mungil itu.
"Hei Nona, kau sendirian?" Kata pria aneh dengan banyak tindik di telinga dan sekitar mulut.
"Namaku Fuu" jawab Fuu menatap orang tersebut.
"Namamu Fuu? Lucu sekali, anda juga sangat cantik!" Ucap pria itu menyentuh dagu gadis itu, Fuu diam saja tidak bereaksi.
"Panggil saja aku kakak" kata sang preman, sembari menyulut rokok nya.
"Fuu tidak suka" kata Fuu, melewati preman tersebut.
"Wow wow! Tunggu dulu! Gadis sekecil kau ini bisa apa? Ikut saja denganku" pinta sang preman menghadang langkah gadis itu.
Dari arah berlawanan datang seorang perempuan yang memperhatikan Fuu dari jauh, dia risih melihat preman itu mengganggu seorang gadis.
"Hei k*parat sinting!! Beraninya sama perempuan!" Bentak Katrina yang berlari ke arah Fuu.
"Katrina..." ucap Fuu riang, ia senang bertemu dengan Katrina.
"Hei Nona, kau juga ingin di goda hah!" Ucap preman itu menarik dagu Katrina.
"Ck! Idiot!" Ucap Katrina kesal, menepis tangan kotor sang preman.
"Beraninya menepis tanganku!! Kau tidak sadar sedang berada di mana hah??" Tanya sang preman secara kasar, preman itu melirik ke arah kanan nya seolah ingin menunjukan pada Katrina sesuatu.
Katrina memandang arah yang di tuju sang preman, tak percaya dengan apa yang ia lihat, matanya membulat kaget. Benar saja! Di sana banyak sekali preman sedang duduk berpesta-pesta, mungkin sedang mabuk dan berjudi, sekitar ada delapan orang preman di sana.
Gawat! - pekik Katrina dalam hati.
"Sudah paham situasi mu sekarang?" Ucap sang preman, menggenggam lengan Fuu.
"Lepaskan dia!" Kata Katrina, ia sedang mengumpulkan keberanian untuk melawan.
"Memangnya kenapa kalau aku memegangnya seperti ini? Huh?" Tanya sang Preman, m*remas lengan kanan Fuu dengan kuat.
"Gggrrr!" Fuu mengerang, "Sakit" kata Fuu berusaha melepaskan tangannya.
"Apa? Aku tidak dengar hahaha" kata sang Preman semakin menggenggam lengan Fuu dengan kuat.
GUBBRRAKKK!!
Astaga! Fuu, apa yang kau.. - Katrina
Fuu mendorong tubuh si Preman dengan tangan kirinya, preman itu jatuh tersungkur dua meter dari tempatnya berdiri sebelumnya, menahan sakit karena siku tangannya tergores jalanan trotoar yang kasar.
"Fuu bilang sakit" kata Fuu polos, menunjukkan bagian lengan yang di cengkram sang preman tadi.
"Dasar J*l*ng!!" Maki si preman, dan memanggil teman-temannya untuk menangkap Fuu dan Katrina.
"Fuu" kata Katrina menggenggam jemari gadis di sampingnya.
"Ada apa Katrina?" Tanya Fuu yang masih tidak paham situasi.
"Kau bisa lari? Ayo kita pergi dari sini" ucap Katrina menarik Fuu dengan kuat berusaha berlari sekencang mungkin.
"Kenapa Katrina?" Tanya Fuu bingung, mengikuti Katrina yang sedang berlari.
"Dasar bodoh! Mereka mengejar kita!" Ucap Katrina dan terus berlari.
Fuu melihat ke arah belakang dan memang para preman itu sedang mengejar kedua gadis ini, sekitar ada sepuluh orang yang mengejar mereka, badan mereka lebih tinggi dan lebih besar, bahkan mungkin tiga kali lipat lebih besar dari tubuh Fuu yang mungil.
"Sial! Ya Tuhan lindungi kami" Katrina sedang berdoa, memohon perlindungan.
Mata gadis itu terus mencari-cari tempat untuk sembunyi namun tidak di temukan, dia benar-benar lelah sampai kakinya terhenti di gang sebelah restoran, Fuu yang belum pernah melintasi jalan ini hanya bingung dan mengikuti Katrina.
"Fuu, cepat sembunyi di sini" ucap Katrina menarik badan Fuu. Nafasnya tersengal-sengal tidak beraturan, kedua gadis ini bersembunyi di belakang tempat sampah restoran yang terletak di dalam gang.
Fuu menatap Katrina bingung, Katrina sungguh ketakutan, bisa di lihat jelas dari wajahnya saat ini. Tidak henti-hentinya dia memegang tangan Fuu dengan erat, badannya pun sedikit gemetar seperti saat Fuu dibawa ke kantor polisi oleh Densha beberapa hari lalu.
"Katrina, ada apa?" Fuu bingung.
"Ssst! Kecilkan suaramu!" Pinta Katrina bisik-bisik pada Fuu.
"Ada apa?" Tanya Fuu pelan.
Katrina berusaha mendengar langkah kaki para Preman yang sedang mencari mereka, wajah Katrina benar-benar pucat karena ketakutan. Langkah kaki para Preman itu perlahan mulai menjauh dari sekitar restoran, membuat Katrina sedikit lega, di rasa mereka benar-benar pergi menjauh, Katrina menghela nafas lega.
"Fiyuhh! Hampir saja" ucap Katrina tenang dan tersenyum kecil menatap Fuu.
"Hampir saja?" Tanya Fuu tidak mengerti.
"Kalau kita sampai tertangkap dengan mereka, kita bisa habis malam ini juga" kata Katrina menjelaskan.
"Habis??" Tanya Fuu yang bingung.
"Kita bisa mati, atau tidak yang paling buruk adalah mereka akan memakai kita untuk bersenang-senang" kata Katrina merinding ngeri.
"Bersenang-senang??" ucap Fuu ceria.
"Dasar Bodoh!!" Maki Katrina, ia menjitak dahi Fuu kasar.
"Bersenang-senang bagi mereka itu buruk bagi kita" kata Katrina.
"Ya dewa, bagaimana caraku menjelaskannya ya?" Ucap Katrina bingung.
"Buruk ya?" Tanya Fuu pelan.
"Pokoknya jika kau bertemu dengan orang seperti itu, berarti orang itu buruk!! Apalagi jika dia memegang mu tanpa ijin atau bahkan meraih dagu mu seperti ini, lihat?" Kata Katrina mempraktekkan tingkah sang preman.
"Oke, Baik" kata Fuu mengangguk mengerti.
Kedua gadis itu tetap bersembunyi menunggu waktu yang benar-benar aman untuk keluar, sementara di tempat lain, Isabella baru saja sampai di rumah keponakannya yang tampan itu. Tanpa mengetuk pintu ia langsung masuk ke rumah Densha.
BERSAMBUNG!!
Jangan lupa Like 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
siccasiccasic
Siapanya Klaus Mikaelson (series The Originals) ini? Wkwkwk...
2022-04-23
0
Merry Handhayani
baru nemu novel mu thor..bagusss bnget aku suka🤩🤩
2021-12-13
1
Arifuddin Laida
ini baru novel berkualitas
2021-10-01
1