"Hoamm!" Densha menguap dengan lebar, meregangkan tubuh.
"Selamat pagi" ucap Fuu menatap Densha yang tengah meregangkan tubuh. Gadis itu duduk di samping tempat tidur Densha.
"Sudah kubilang jangan masuk kamar ini sembarangan!" Teriak Densha pada Fuu, ia terkejut ada Fuu di sampingnya.
"Maaf" kata Fuu pelan, lalu berdiri meninggalkan kamar Densha.
"Apa jangan-jangan setiap malam dia mengawasi aku ya?"
Pria ini tidak tahu bahwa memang benar setiap malam Fuu masuk ke kamarnya, duduk di sampingnya menatap wajahnya hingga matahari terbit.
Di dapur Fuu membuka kulkas, mencari ikan mentah atau ikan kaleng namun tidak ia temukan, gadis itu benar-benar kelaparan. Dia tidak menemukan apapun yang bisa di makan dalam rumah Densha. Sedih, Fuu duduk di meja makan dan menyembunyikan wajahnya, menempelkan wajahnya di atas meja makan. Menghadap ke bawah, memegangi perutnya.
"Kau kenapa?" Tanya Densha saat melihat Fuu, pria itu berjalan melewati Fuu, membuka kulkas dan mengambil kotak susu.
"Ng?" Ungkap Fuu, mendongakkan kepala menatap Densha.
"Ada apa?" Tanya Densha lagi, menarik kursi dan duduk di depan Fuu.
"Fuu lapar" ucap Fuu cemberut menempelkan kepala ke meja lagi.
"Hei! Di rumahku ini banyak sekali makanan, kenapa kau masih kelaparan disini?!" Teriak Densha pada Fuu, gadis itu tidak menjawab, hanya mendengus kesal.
"Fuu mau ikan"
"Setiap hari makan ikan" celoteh Densha dan membuang muka.
"Fuu suka ikan" kata Fuu lagi, gadis itu memasang wajah cemberut.
"Aku suka donat, tapi aku tidak makan donat setiap hari tuh!" Omel Densha, menuangkan susu ke gelas dan meminumnya.
Fuu menatap Densha tajam, kemudian membuang muka ke arah lain.
"Hari ini aku libur, ayo jalan-jalan" ajak Densha pada Fuu.
"Jalan-jalan?" Tanya Fuu senang.
"Iya, kita beli ikan!" Ucap Densha menyenangkan Fuu.
Fuu tersenyum lebar, berdiri dan menghampiri Densha di depannya kemudian memeluk pria itu.
"Hei!" Densha terkejut, karena tiba-tiba Fuu memeluknya.
"Fuu senang" kata Fuu sambil memeluk Densha dan memejamkan matanya.
"Setidaknya bilang terima kasih dong!" Perintah Densha, menatap Fuu.
"Terima kasih?" Tanya Fuu bingung.
"Sial! Apa sekarang aku harus menjelaskan padamu arti terima kasih?"
Fuu tersenyum menganggukan kepala tanda setuju, melepas pelukannya pada Densha.
"Haish!" Kata Densha, memukul wajahnya sendiri.
"Begini, terima kasih itu kata wajib yang harus kau ucapkan jika seseorang memberimu sesuatu, seperti hadiah. Dan jika seseorang memberimu sesuatu dengan tulus, kau harus menjaganya" kata Densha menerangkan pada gadis cantik di depannya.
"Kau mengerti?" Tanya Densha memastikan.
"Iya, terima kasih" ucap Fuu senang.
"Kau semakin pintar saja" Densha mengusap lembut kepala Fuu.
"Baiklah, aku mau ganti baju dulu. Kau juga, pergi mandi! Dan tata rambutmu" perintah Densha, meninggalkan Fuu di dapur.
"Densha tampan" gumam Fuu lirih, dan tersenyum sendiri.
Setelah mandi dan bersiap-siap, Densha menunggu Fuu di ruang tamu. Hari ini Densha memakai celana jeans pendek berwarna hitam, atasan kaos santai cukup longgar lengan panjang bergaris warna biru muda kombinasi putih. Dia terlihat cocok memakai pakaian apapun karena wajah gantengnya.
"Cih! Lama sekali" ujar Densha, memperhatikan jam di tangannya.
"Kalau begini, keburu matahari meninggi" kata Densha lagi, sepertinya pria ini takut kulitnya yang putih terbakar sinar matahari.
"Densha" panggil Fuu yang berdiri di belakang pria itu.
Densha menoleh ke arah Fuu dengan terkejut. Hari ini Fuu terlihat manis dengan dress tanpa lengan berwarna putih, panjang selutut. Cocok untuk kulitnya yang putih bersih, tanpa luka. Sepertinya Densha lupa menanyakan bagaimana luka di tubuh Fuu waktu itu bisa hilang dalam satu hari.
"Kau sudah selesai?" Tanya Densha, yang terpesona menatap Fuu.
"Iya" kata Fuu menganggukan kepala, menggenggam tangan Densha kemudian tersenyum menatap pria itu.
Deg!
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Densha berdegup dengan kencang.
Apa-apa'an ini? Kenapa jantungku berdegup begini - gerutu Densha, menyentuh bagian dadanya dengan telapak tangan, berjalan keluar dan mengunci pintu rumahnya.
"Densha, kita mau kemana?" Tanya Fuu tetap menggenggam tangan pria itu.
"Ke pantai, bukan pantai juga sih. Aku ingin melihat laut dari atas tebing" kata Densha melirik Fuu di sampingnya.
"Bisakah kau melepas tanganmu dariku?" pinta Densha tersipu malu.
"Kenapa?" Tanya Fuu polos, melepaskan pegangan tangannya.
"Ehm.. tidak apa-apa, hanya saja aku sedikit kurang nyaman" kata Densha menjelaskan, menggaruk pipinya yang tidak gatal.
"Okay, baik!"
Satu setengah jam mereka berjalan, mereka telah sampai di atas tebing. Di bawah tebing deburan ombak menghantam bebatuan dengan keras, mengikis batuan karang di bawahnya. Tempat itu cukup sepi karena cukup jauh dari kota, hanya ada beberapa pasang manusia yang menjalin cinta atau sepasang sahabat yang tengah duduk santai. Densha mengedarkan pandangan menelusuri tempat itu, mengernyitkan dahi kepanasan. Cuaca hari itu benar-benar panas, walaupun sebenarnya tidak terasa karena angin laut yang kuat berhembus dengan cukup kencang.
"Fuu, coba kemari!" Kata Densha memanggil Fuu, membawa gadis itu ke tempat penjualan topi.
"Kau coba ini!" Kata Densha lagi memasangkan topi pantai bulat ke kepala Fuu. Cocok sekali dengan Fuu karena topi itu juga berwarna putih senada dengan baju yang di kenakan Fuu.
"Untuk Fuu?" Tanya Fuu dan memegang topi di kepalanya.
"Iya" jawab Densha tersenyum tipis, dan membayar topi yang di belinya ke penjual.
"Terima kasih" ucap sang penjual topi, menatap Densha. Fuu melihat bapak penjual topi yang mengucapkan terima kasih dan teringat kata-kata Densha.
"Densha?" panggil Fuu pelan.
"Apa?"
"Terima Kasih, akan Fuu jaga" ucap Fuu dan tersenyum memegang topinya, Densha tersipu malu mendengar ucapan terima kasih Fuu yang polos.
"Fuu ingin ke sana!" Tunjuk Fuu pada sebuah tebing yang sepi, tidak ada orang disana.
"Oke, kau duluan. Aku mau membeli minum, tunggu aku disana" pinta Densha pada gadis itu.
Fuu berlari senang menuju tempat yang dia tunjuk. Berdiri disana, melihat ombak yang menabrak bebatuan di bawahnya. Gadis itu memejamkan mata, merasakan angin laut yang sejuk dan wangi. Rambut gadis itu terurai lembut terkena hembusan angin, memandang laut penuh lamunan. Yahh.. Sepertinya Fuu merindukan laut, sangat rindu hingga membuatnya tak berkedip sama sekali memandang lautan biru di bawahnya.
"Sedang apa dia?" Kata Densha dari kejauhan, mendapati gadis itu berdiri melamun di ujung tebing, memandang lautan.
Wwwhhuuusss.. Angin berhembus kencang, menerbangkan topi yang di kenakan Fuu, membuat gadis itu melompat-lompat berusaha menangkap topinya namun sia-sia. Angin membawanya. Membuat topi itu terjatuh ke laut di bawahnya, gadis itu duduk melihat topinya yang jatuh ke air laut dibawah tebing. Mencoba memikirkan suatu cara.
"Hah! Di jaga apanya, belum satu hari sudah hilang" gerutu Densha mengawasi Fuu dari kejauhan, pria itu berjalan mendekati Fuu.
"Eh! Mau apa dia?"
Densha terkejut, menghentikan langkahnya. Fuu menoleh ke kanan dan ke kiri melihat sekitar, mengedarkan pandangan ke segala arah, tempat itu benar-benar sepi. Di rasa tidak ada yang melihatnya gadis itu berdiri dan melompat dari atas tebing menuju lautan di bawahnya.
"HEI!!"
Densha berteriak terkejut dan berlari secepat mungkin ke arah Fuu, namun sayang gadis itu sudah melompat dan hilang dibawah sana. Densha memperhatikan bawah tebing, berusaha mencari keberadaan Fuu namun dia tidak melihatnya sama sekali.
"Sial!" Maki Densha pada diri sendiri menatap deburan ombak di bawahnya.
"Aku harus bagaimana?" Pikir Densha membuat keputusan.
Cih! Sial sekali aku - batin Densha.
"Oh ya Tuhan! Ya Dewa! Siapapun yang di atas, tolong.. selamatkan aku" teriak Densha mendongakkan kepala ke atas berusaha meminta restu, pria itu bersiap untuk melompat dari atas tebing.
"AMPUNI DOSA-DOSA'KU TUHAN!!"
teriak Densha kencang sambil melompat ke bawah menyusul Fuu. Dalam hatinya dia berpikir bahwa dia benar-benar tidak waras.
BBBYUUURRR!!
Aku pasti akan mati! - Densha
Tubuh pria itu menghantam air laut di bawah sana. Mencoba berenang melawan ombak yang cukup kencang, menyelam dan muncul ke permukaan secara berulang, mencari keberadaan Fuu.
"Fuaahhh!! Sial! dimana kau?" teriak Densha tersenggal-senggal, karena ombak yang selalu menabrak wajah nya. Sedikit-sedikit air laut masuk ke mulutnya.
"FUU! Hoi dimana kau!" Teriak Densha kencang, nafasnya semakin melemah. Tubuhnya juga melemas terombang-ambing air laut yang kuat.
"Sial!" Pekik Densha.
Pria itu berusaha bernafas dengan baik. Namun ombak di bawah tebing itu sangat kuat, menenggelamkan pria tersebut hingga tidak sadarkan diri, perlahan tubuh Densha tenggelam ke bawah permukaan air, memejamkan mata berpikir apakah ini akhir hidupnya, semua terasa gelap baginya saat ini. Di sisi lain muncul seekor ikan raksasa berukuran hampir sama dengan Densha, setengah tubuh bagian atas berbentuk manusia dan setengah tubuh ke bawah berbentuk ekor ikan dengan duri-duri tajam di bagian sirip belakang hingga punggung, selaput tipis di bagian punggung dan jari-jari tangannya. Berenang dengan cepat ke arah Densha yang tidak sadarkan diri, menyentuh pipi pria itu dengan lembut, menatapnya dengan sedih menggelengkan kepala dan berenang membawa tubuh pria itu ke permukaan laut, di tangan kirinya dia memegang topi berwarna putih. Yaahh.. Putri duyung itu adalah Fuu, saat menenggelamkan tubuh di laut, fisiknya akan berubah menjadi setengah ikan, sedikit mengerikan di bagian tubuhnya. Namun tidak bisa menutupi wajahnya yang cantik dan rambutnya yang indah terurai di bawah air.
.
.
.
.
.
.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Densha terbatuk-batuk memuntahkan air laut dalam perutnya.
"Densha" panggil Fuu pelan, mencoba membantu Densha agar duduk.
"Uhuk! Uhuk!" Densha masih terbatuk-batuk memukul bagian dadanya dengan cukup keras.
"Eh! Dimana bajuku?" Tanya Densha terkejut saat mendapati dirinya telanjang dada, memperlihatkan dada bidang dan perut ratanya. Pria itu perlahan menatap gadis di depannya.
"Kenapa bisa.. Uhuk! Bajuku ada padamu?" Tanya Densha setengah terbatuk, saat mendapati Fuu mengenakan kaos atasan Densha, seperti Dress kebesaran saat Fuu yang memakainya.
"Densha mau pakai ini?"
Fuu berusaha melepas baju Densha di tubuhnya. Pria itu menyadari bahwa Fuu telanjang di balik kaos yang ia kenakan, bagaimana tidak sadar. Posisi mereka berdua saat ini basah kuyup dan dengan kaos Densha yang cukup tipis lekuk tubuh Fuu bisa sedikit terlihat oleh Densha.
"Ahh! Tidak usah! Jangan di lepas" perintah Densha, menahan tangan Fuu yang ingin melepas bajunya.
Kenapa dia memakai bajuku, lalu dimana bajunya yang tadi? - tanya Densha penasaran di dalam hati.
Fuu melihat ke arah laut, duduk di samping Densha, menunjukan topi yang berhasil dia dapatkan.
"Densha, lihat? Aku menemukannya" ucap Fuu senang.
"Nyawaku hampir tidak di temukan tau!" Teriak Densha menjitak kening Fuu.
"Lain kali, jangan berbuat hal nekat seperti itu. Bagaimana kalau kita berdua mati disana tadi?" Ucap Densha marah-marah pada gadis di sebelahnya.
"Densha bilang, kita harus menjaga pemberian seseorang" ucap Fuu pelan menatap Densha.
"Menjaga??" Tanya Densha tidak percaya,
"Menjaga benda mati ini dengan nyawamu itu hal gila" maki Densha dan menunjuk topi yang di pegang erat Fuu.
"Bagi Fuu, benda ini berharga. Karena Densha yang memberikan" ucap gadis itu polos, menatap Densha dengan lembut.
"Cih!" Dengus Densha kesal, pria ini tersipu malu dengan kata-kata yang di ucapkan Fuu.
Dia tidak menyangka ada seseorang yang menganggap pemberian darinya sangatlah berharga, walaupun baginya Fuu bertindak berlebihan karena hanya untuk sebuah topi gadis ini rela melompat dari tebing untuk mencari topi itu. Tapi lebih gila lagi ya si Densha yang dengan **** nya ikutan melompat dari atas tebing yang jelas-jelas ombak di bawah sana sangat kuat.
"Bagaimana? Sudah kering?" Tanya Densha pada Fuu.
"Sudah" jawab Fuu menepuk-nepuk pakaian dan rambutnya yang terurai kusut.
"Bagaimana kita kembali ke atas sana?" Pikir Densha dan melihat ke arah atas.
"Di sana ada jalan" kata Fuu menunjuk pinggiran tebing, disana bersejajar batuan karang dengan ukuran besar, yang bisa untuk di lewati manusia.
"Ya, Oke" kata Densha, menghela nafas berat, perjalanannya menuju rumah kali ini akan sangat berat, di tambah dengan bertelanjang dada.
Densha dan Fuu melewati pinggiran tebing dengan hati-hati, melintasi pantai kecil menuju ke sebuah kebun atau bisa di bilang hutan kecil, di sana ada jalan setapak yang menuntun mereka ke arah taman yang biasanya digunakan untuk camping.
"Harusnya jam segini tidak ada orang sih di taman itu" kata Densha memperhatikan jam di tangannya. (btw jam yang di pakai Densha jam mahal, anti air dan tahan banting)
"Densha" panggil Fuu pelan.
"Apa?" Densha menghentikan langkahnya menunggu Fuu yang tertinggal di belakang.
"Kaki Fuu sakit" ungkap Fuu melihat ke arah kakinya.
"Astaga! Kemana alas kakimu?" Tanya Densha menghampiri Fuu, menunduk memeriksa kaki kecil Fuu. Kakinya terluka, banyak luka gores sana sini di tambah dia tidak memakai alas kaki saat melewati batuan karang tadi.
"Saat menyelam, semua nya hilang" kata Fuu menjelaskan pada pria tampan yang menunduk di bawahnya.
"Lain kali pakai sepatu sepertiku" ucap Densha mengangkat kakinya menunjukan sepatu basah yang ia kenakan. Pria ini tidak menyadari kata-kata Fuu soal saat menyelam semuanya hilang.
"Ayo sini!" Kata Densha membungkukkan tubuh, membelakangi Fuu.
"Apa?" Tanya Fuu polos tidak mengerti maksud ucapan Densha.
"Naiklah ke punggungku. Aku gendong sampai ke rumah!" Perintah Densha.
"Tapi.." sela Fuu pelan.
"Mau sampai kapan kita di sini terus? Dengan kakimu yang terluka kita akan butuh waktu lama untuk sampai ke rumah!" Oceh Densha pada gadis di belakangnya.
"Cepat! Naik!!" Perintah Densha tegas.
"Okay, baik!" jawab Fuu tergopoh-gopoh naik ke punggung Densha.
Densha menggendong Fuu di belakang, berjalan melintasi jalan setapak menuju ke arah taman, berharap tidak bertemu makhluk penghuni bumi yang suka bergosip yaitu manusia. Dia yakin jika dia bertemu seseorang, orang itu pasti mengira bahwa dia telah melakukan perbuatan tercela pada gadis yang di gendongnya itu. Bisa-bisa nama nya akan masuk pemberitaan, sebagai pria brengsek atau kenakalan remaja. Duhh memikirkannya saja membuat pria itu merinding ngeri.
Liburan payah! - gerutu Densha dalam hati, kesal. Niatnya mau jalan-jalan ganteng malah pulang basah kuyup.
Bersambung!!
Jangan lupa Like 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
黑色金属
用大禹治水
2021-09-28
0
nurul hikma
Ceritanya kaya di film the blue sea wa
2021-03-10
1
Just Rara
ya jelaslah semua yg dipakai fuu hilang Krn dia berubah jadi Dudung😀😀😀
2021-03-06
2