Gluduk!
Gluduk!
Gluduk!
"Wahh! Sepertinya akan turun hujan" gumam Densha sembari memperhatikan langit, pria itu tetap memaksakan diri keluar rumah.
...JDUAARR!!...
...(Bunyi petir menyambar dengan keras)...
"Aku rasa, lebih baik aku tetap dirumah" ucap Densha terkejut, refleks menutup pintu.
Malam yang sunyi menjadi ramai, hujan turun cukup deras, menghentikan langkah seorang pria untuk pergi. Densha berencana membawa Fuu ke kantor polisi malam itu juga, namun ia mengurungkan niatnya karena suara petir.
Densha merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil meluruskan kedua kakinya. "Kurasa alam tidak memperbolehkan aku keluar malam ini"
Fuu duduk manis di lantai sambil memainkan kakinya, mengelus-elus kakinya yang putih bersih. Densha memperhatikan gadis itu sekilas lalu berpaling.
"Hei, coba kau beritahu aku soal Katrina!" Tanya Densha sambil memainkan Handphone nya.
"Katrina?" Fuu tersenyum, mendekatkan diri ke sofa agar lebih dekat dengan Densha.
"Jangan dekat-dekat!" Larang Densha pada Fuu yang membuat gadis itu otomatis memundurkan diri.
Fuu cemberut diam saja menatap Densha kesal, memainkan dua jari telunjuknya, memutar-mutar nya dengan kesal.
"Ada apa?" Densha melirik Fuu.
"Tidak.. Ada"
Hah... Intonasi cara bicaramu saja salah! - gerutu Densha dalam hati.
"Baiklah, kemari lah!" Perintah Densha, ia meletakkan handphonenya, kini pria itu dalam posisi duduk di sofa, menghadap Fuu.
Fuu yang senang lantas mendekatkan diri pada pria di depannya, posisi mereka saling berhadapan. Densha duduk di atas Sofa dan Fuu yang duduk dilantai memandang Densha lekat-lekat lalu tersenyum kecil.
"Kau belum menjawab pertanyaan dariku" ucap Densha mengulangi.
"Apa?" Fuu mengernyitkan dahi bingung.
"Soal Katrina" Densha menatap Fuu, setelah di rawat begini cantik juga pikir Densha dan berterima kasih pada Katrina lewat pikiran.
"Katrina baik"
"Selain itu? Seperti apa dia?"
"Cantik dan panjang" terang Fuu, tersenyum manis.
"Panjang??" Densha mengangkat sebelah alisnya.
"Iya, panjang" jawab Fuu, "Lebih panjang dari Fuu" timpal Fuu lagi memperagakan ukuran tinggi seseorang dengan kedua tangannya.
Oh! Maksudmu tinggi - Densha.
"Bukan panjang, tapi tinggi" kata Densha tersenyum dan menepuk kepala Fuu pelan.
"Tinggi?" Tanya Fuu lagi.
"Iya, Tinggi" jawab Densha, "Lalu seperti apa orangnya?" Densha menyandarkan bahunya pada sofa, menunggu jawaban Fuu.
"Rambut Katrina seperti laut, laut yang dalam" kata Fuu kemudian menyentuh rambutnya sendiri.
"Kau bilang dia memakai baju yang sama denganku kan?" Ucap Densha memastikan.
Fuu menganggukan kepala tanda bahwa yang di ucapkan Densha benar. Pria itu berpikir mungkinkah Katrina itu gadis yang menabraknya pagi tadi.
Pptass!!
"Eh!"
Seketika lampu rumah Densha padam, pria itu berdiri dari sofa, berjalan perlahan dan memeriksa dari jendela apakah seluruh rumah lampu mati atau hanya di rumahnya saja, ternyata seluruh kota sedang mengalami lampu mati.
"Cih! Sial!" Omel Densha pelan lalu berbalik badan dan mencari keberadaan Fuu.
Gubrak!!
Suara tabrakan yang cukup keras, Densha tidak menyadari bahwa Fuu berdiri tepat di belakangnya, saat dia berbalik dia malah menabrak gadis itu hingga terjatuh, sialnya bibir mereka saling menempel. Hanya menempel, namun itu sudah cukup membuat wajah pria itu merah padam, matanya terbelalak tidak percaya dengan kejadian tersebut, jantungnya berdegup kencang. Fuu hanya terdiam karena badannya tertimpa badan Densha yang lebih besar darinya.
"Ma.. maaf" Densha buru-buru bangun dari posisi tersebut dan menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Fuu diam saja memperhatikan pria di depannya.
"Kau juga! Kenapa ada di belakangku sih!" Densha membela diri tetap dengan muka yang memerah.
"Densha cantik" puji Fuu dan tersenyum menatap Densha.
"Cantik?" Tanya Densha, "Dasar gadis tidak waras!" Maki Densha mendorong kepala Fuu dengan satu jari.
"Katrina bilang cantik itu baik, wajah yang indah" ucap Fuu mengusap-usap dahi nya.
"Kalau untuk pria itu tampan, bukan cantik!"
"Tampan??"
"Hemm"
"Densha tampan?" Ucap Fuu senang dan tertawa kecil.
Gadis bodoh! Bilang tampan tanpa malu-malu, memangnya kata-katamu bisa di anggap serius? - maki Densha dalam hati. Walaupun begitu tanpa disadari pria ini tersenyum tipis melihat tingkah Fuu yang menggemaskan.
Sial! Bagaimanapun juga itu ciuman pertamaku! - gerutu Densha, mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Densha, ada apa?" Tanya Fuu yang memperhatikan pria di depannya yang kini terlihat sedang Frustrasi.
"Ahh! Tidak, tidak ada apa-apa" jawab Densha seolah tidak terjadi apapun.
"Densha..." panggil Fuu menatap Densha dengan serius.
"Apa?" Tanya Densha.
"Densha bilang cantik itu untuk wanita, dan tampan untuk pria. Lalu apa perbedaan wanita dan pria?" Fuu menatap pria di depannya dengan serius. Wajahnya benar-benar menunjukan bahwa ia tidak mengerti.
"Hal semudah itu masih kau tanyakan?" Jawab Densha kesal.
"Kau itu wanita, dan aku Pria. Itu sudah contoh yang jelas!" Terang Densha menunjuk Fuu dan menunjuk dirinya.
Fuu terdiam masih tidak mengerti dengan jawaban yang di berikan Densha.
Apa harus aku tunjukan perbedaan sebenarnya? Astaga! Pikiran kotor apa ini?! Sial sial! - Densha.
"Fuu tidak mengerti" jawab Fuu dengan wajah lugu.
"Astaga! Setidaknya kalau kau bodoh seharusnya ada batasnya kan?" Ucap Densha kesal, menjitak kepala Fuu lagi.
"Aduh!"
"Kau tanyakan saja pada Katrina" perintah Densha, memberi saran. Pria ini juga penasaran bagaimana cara Katrina menerangkan pada Fuu perbedaan pria dan wanita secara jelas.
•••••
Pagi itu sinar matahari tertutup awan, jalanan, tanah dan pepohonan basah terkena hujan lebat semalam. Listrik sudah kembali normal, seperti biasa pria tampan itu siap untuk melakukan aktivitas pagi. Yaahh.. sekolah, tepat sekali.
"Fuu boleh ikut?" Fuu mengikuti kemanapun Densha berjalan di dalam rumah.
"Tidak boleh"
"Fuu ingin ikut" pinta Fuu pelan.
"Hei ini rumahku, jadi kau harus ikut peraturanku!" Kata Densha mengacungkan jari telunjuknya.
Fuu terdiam sedih dan duduk di sofa, melamun tidak melakukan apapun.
"Siapa yang makan ikan sardine di dalam kulkas?" Teriak Densha dari arah dapur.
"Fuu" jawab Fuu kesal.
"Fuu? Kau mengakui kesalahan tanpa memasang wajah bersalah!" Gerutu Densha mendekati gadis itu.
"Apa? Kenapa hanya diam menatapku begitu! Sial! Aku bisa gila beneran kalau begini terus!" Cerocos Densha meninggalkan Fuu menuju kamar untuk mengambil tas sekolah. Fuu hanya diam saja, matanya mengikuti arah Densha pergi.
"Makhluk apa sebenarnya gadis itu? Cih! Sudah tidak punya urat malu, semalam menciumku dan wajahnya itu tidak pernah ada ekspresi lain, seolah-olah bukan manusia normal saja!" Ucap Densha marah-marah sendiri.
Rasanya aku harus minum obat sakit kepala - Densha.
"Aku berangkat!" Kata Densha dan menutup pintu.
Saat dirasa Densha sudah berjalan menjauh, Fuu keluar rumah mengendap-endap mengikuti Densha pelan-pelan dari belakang. Berusaha agar tidak ketahuan oleh Densha, Fuu bermaksud membuntuti dari jarak yang cukup aman.
"Densha, bicara pada siapa?" Gumam Fuu lirih saat melihat Densha bertemu Moa di persimpangan jalan.
"Hei Bro, maafin aku kemarin ya?" Bujuk Moa pada temannya.
"Untuk apa?"
"Soal duyung, maaf menyinggungmu" ucap Moa menyesal.
"Oke, lain kali berhati-hatilah" jawab Densha dan tersenyum ke arah Moa.
"Menurutmu duyung beneran ada tidak bro?"
"Ada, bukankah mereka sejenis dugong"
"Maksudku, duyung. Setengah ikan setengah manusia" jelas Moa.
"Aku tidak percaya hal seperti itu" jawab Densha dingin, berusaha mengatakan pada Moa jangan membahas soal duyung lagi kepadaku.
Sepertinya Densha sengaja ingin menghindari topik pembahasan soal makhluk mitologi tersebut, karena itu hanya akan mengingatkan pria ini dengan kedua orangtuanya.
SKIP____
"Katrina?"
"Ada apa?" Katrina meletakkan buku ke dalam tas.
"Nih! Buang sampah ini, hari ini jadwalmu kan?" Perintah Mod dan menyodorkan kantong plastik berisi sampah kelas mereka pada Katrina.
"Kenapa tidak kau saja!" Bantah Katrina.
"Aku tidak mau mengurusi hal berbau busuk, ini cocok untukmu kan?" Sindir Mod pada Katrina kemudian tertawa.
"Iya, dan aku tidak mau lama-lama melihat pemandangan busuk di depanku, asal kau tahu sampah ini jauh lebih cantik dibanding wajahmu!" Ucap Katrina menatap tajam Mod, mengambil kantong sampah dan menyenggol bahu Mod.
"Hei! Kurasa kau harus periksa mata!" Teriak Mod kesal, mengambil kaca dari saku bajunya, memperhatikan wajahnya di kaca kecil miliknya.
Jelas aku lebih cantik darinya... - Mod.
Katrina berjalan membawa dua kantong plastik besar menuju pembuangan sampah sekolahnya, dia terus mengomel mengutuk wajah Mod dan menganggap sampah-sampah ini adalah Mod.
"Dasar wajah sampah!" Tinju Katrina pada kantong plastik itu. "Kau dan ini tidak jauh beda! Gadis payah!"
"Katrina?" Sapa gadis cantik di belakangnya, Katrina terkejut dan menoleh ke arah belakang.
"Ehh? Fuu? Kenapa bisa disini?" Katrina berlari menghampiri Fuu yang sembunyi di balik pohon.
"Fuu.. mengikuti Densha sampai ke tempat ini, Fuu tersesat!" Ucap Fuu lirih.
"Densha?"
"Densha tampan" jawab Fuu, celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitar.
"Bagaimana kau kenal Densha?" Tanya Katrina menarik lengan Fuu agar duduk di rumput, dibawah pohon yang rindang.
"Kami satu rumah"
"Apa? Satu rumah? Kau dan Densha? Bagaimana bisa, kau baik-baik saja? Apa Densha menyakitimu?" Tanya Katrina bertubi-tubi yang hanya mendapat reaksi terkejut dari Fuu.
Gadis itu menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa Fuu satu rumah dengan Densha.
"Densha menolong Fuu" kata Fuu pelan.
"Jika terjadi sesuatu, atau Densha berbuat aneh, ku mohon beritahu aku secepatnya" ucap Katrina khawatir.
"Densha baik"
"Kau masih belum tahu apa-apa di sini" kata Katrina penuh arti.
"Katrina, Fuu ingin tahu sesuatu" ungkap Fuu pelan. Dia tidak mengerti bahwa kata-kata Katrina barusan sangat mengandung banyak artian.
"Tahu apa?"
"Apa itu wanita dan apa itu pria?" Tanya Fuu polos.
"Kenapa pertanyaanmu begini?" kata Katrina menggaruk kepalanya yg tidak gatal sama sekali.
"Densha bilang, tanyakan pada Katrina" jelas Fuu menirukan gaya Densha.
"Cih! Dasar pria"
"Apa?"
"Begini.. Emm bagaimana aku menjelaskannya ya?" Ucap Katrina bingung, Katrina tengah berpikir keras. "Aha! Aku tau. Begini Fuu, kalau pria itu berbatang kalau wanita tidak"
"Berbatang?" Fuu nampak tidak mengerti.
"Iya, pria memiliki batang di bagian tubuh tertentu" jelas Katrina.
"Apa Densha juga punya?"
"Tentu saja" jawab Katrina malu-malu, pipi Katrina memerah. Tiba-tiba gadis itu menepuk kedua pipinya sendiri.
Sial!! Apa yang aku pikirkan sih? - bantah Katrina dalam hati.
"Fuu, aku harus kembali ke kelas. Apa kau akan tetap disini?" Tanya Katrina.
"Aku akan kembali" jawab Fuu dan berdiri, menoleh ke kanan dan ke kiri seakan bingung dia harus ke jalan yang mana.
Eh? Bukankah itu Fuu? - Densha.
"Hei, kenapa kau ada disini?" Densha menghampiri Fuu dengan kesal.
"Ah.. itu.. Fuu..." jawab Fuu bingung.
"Siapa?" Tanya Katrina yang juga ikut berdiri.
"Oh jadi ini Katrina?" Ucap Densha asal menebak, karena melihat warna rambut Katrina sebiru lautan.
"Oh hai, kita pernah bertemu, aku tidak sengaja menabrakmu waktu itu" ucap Katrina tersenyum.
"Ikut aku!" Kata Densha, menarik tangan Fuu secara paksa, dia tidak mendengar kata-kata Katrina.
"Hei, pria idiot! Jangan kasar pada Fuu" maki Katrina pada Densha, pria itu berbalik dan menatap tajam Katrina.
"Siapa yang kau panggil pria idiot?"
"Tentu saja kau!" Jawab Katrina menantang.
"Hari ini aku tidak ingin membuat keributan, dan terima kasih telah membelikan Fuu beberapa pakaian, aku akan mengganti uangmu" ucap Densha pada Katrina.
"Dan.. seharusnya kau ajarkan juga bagaimana cara memakai pakaian dalam yang kau belikan itu!" Timpal Densha kesal. Kemudian pergi menggandeng Fuu.
"Sampai jumpa Katrina" ucap Fuu melambaikan tangan pada temannya itu.
"Disini! Tunggu aku sampai pulang sekolah disini!" Kata Densha yang menyuruh Fuu menunggunya di taman depan sekolah. Fuu menganggukan kepala, menuruti kata pria tampan itu dan duduk sembunyi di belakang pohon besar. "Dan ini, jika kau lapar kau bisa makan roti ini, aku baru saja membelinya. Ini isi strawberry"
"Ini air mineral jika kau haus" kata Densha menambahkan.
"Fuu suka ikan" jawab Fuu pelan.
"Tidak ada ikan disini, makan yang ada saja!" Perintah Densha dan meninggalkan Fuu sendirian.
Gadis itu duduk termenung, menunggu Densha, lambat laun dia mengantuk dan akhirnya tertidur, menahan rasa lapar di perutnya.
"Sstt!!" Suara orang memanggil Fuu. Gadis itu membuka mata perlahan dan mendapati Katrina yang sedang berjongkok memperhatikannya.
"Ini, makanlah!" Kata Katrina menyodorkan bekal makan siangnya.
"Ini apa?" Tanya Fuu melihat kotak bekal milik Katrina.
"Itu ikan goreng, mungkin kau akan suka"
"Apa ini dari Densha?" Tanya Katrina yang menemukan sebungkus roti selai strawberry dan air mineral. Fuu hanya mengangguk membenarkan ucapan Katrina.
Pria bodoh! Dia benar-benar tidak menyadari siapa gadis yang tinggal bersamanya ini. - ucap Katrina dalam hati.
"Makanlah!"
"Habiskan!" Kata Katrina mengelus kepala Fuu, Katrina tersenyum melihat Fuu yang lahap makan. "Kau suka??"
"Tidak terlalu!" Jawab Fuu singkat.
"Kau tidak bisa setiap hari makan ikan mentah terus, kau bukan manusia ya?" Tanya Katrina dengan pandangan serius.
Fuu terkejut dan melotot ke arah Katrina, bingung harus menjawab apa.
"Fuu manusia" jawab Fuu bohong menundukkan kepala.
Kau bahkan tidak bisa berbohong Fuu, cepat atau lambat aku akan mengetahui siapa kau sebenarnya. Jika tebakanku benar, aku akan sangat senang - ucap Katrina dan tersenyum sendiri.
"Aku hanya bercanda, jangan di masukan di dalam hati ya?" Ucap Katrina dan tertawa.
"Bercanda?" Tanya Fuu.
"Iya, maksudnya itu tidak serius!" Jelas Katrina dan memeluk Fuu. Setelah selesai dengan Fuu, Katrina pamit dan kembali ke kelas. Meninggalkan Fuu sendirian yang akhirnya tertidur lagi, karena pada dasarnya Fuu adalah ikan yang aktif pada malam hari, dan lebih banyak tidur di siang hari. Namun dia mulai terbiasa dengan kehidupan manusianya.
...Bersambung!!...
Jangan lupa Like, komentar, Vote, favorite, rating dan Share ya?? Terima kasih 😘🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
。.。:∞♡*♥
🤣🤣🤭
2022-02-01
0
Yusnitaarni
cerita yang menarik 🕵️
2022-01-29
1
Chelsi Azzahra
seruu bngt
2021-12-13
0