Saat semua mempersiapkan hari raya dengan penuh sukacita, disini, aku terasing sendirian memendam duka tanpa adanya keluarga. Air mata tak henti mengalir seiring rasa sesak yang menyumbat dada.
Lantunan istighfar terus membasahi bibir bersama perih di dalam sana.
"Maafkan ibu, nak! Untuk sekian kalinya, kamu harus menjalani kepahitan dalam hidupmu yang sulit bersama ibu!"
Sebatang kara adakah takdir yang harus kujalani bersama anak perempuanku.
Sedangkan laki-laki yang kusebut suami, entah berada di mana, dia hanya menyisakan nelangsa dan dendam dalam hatiku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Sebatang Kara Komentar