"Iya mbak amiin.
Itu Bu Leni masih kurang banyak, hampir lima juta lebih, rasanya pusing, kalau sampai gak selesai malam ini, bisa bisa kena tegur semua ibu ibu!" sahut Bu Desi yang terlihat gusar.
Aku hanya tersenyum, tak berani menimpali, takut salah ucap dan berakhir tidak baik.
Setelah beberapa saat mengobrol, aku pun pamitan pulang, karena tidak mau terlalu banyak ikut campur urusan orang lain dan membicarakan mereka. Biarlah menjadi urusan mereka sendiri, aku tidak berhak mengomentari, karena hidupku sendiripun juga belum tentu luput dari omongan orang.
Malam kian merangkak, Shanum sudah terlelap dari jam delapan tadi.
Entah kenapa, mataku tak bisa terpejam sama sekali. Dada terasa sesak teringat almarhum ibu dan adikku.
Dulu, mereka selalu yang paling antusias menyambut lebaran, dan setidaknya aku masih punya keluarga saat mereka masih hidup.
Tapi kini, semua sudah pergi, ibu dan adikku sudah kembali menghadap illahi.
Air mata yang berusaha di bendung tak lagi bisa di cegah, dia terus menderas bersama rasa perih dalam hati.
Sesak terasa menghimpit dada, Tuhan, haruskah sesakit ini, menjalani hidup tanpa keluarga dan saudara.
Sebenarnya, aku masih punya adik satu lagi.
Namun dia dari bayi sudah diasuh orang lain dan terbilang cukup kaya. Meskipun sejak dia menikah dan akhirnya mengetahui latar belakangnya dan tentu saja dia jadi tau aku adalah kakak kandungnya.
Namun, karena aku miskin dan hidup kekurangan, adikku yang seharusnya adalah keluarga satu satunya itu, sama sekali tak menganggap keberadaan ku, bahkan mengenalku dia tak Sudi.
Sebatang kara, itulah yang kini dirasa diri ini.
Hanya Shanum satu satunya harta dan semangat hidupku. Bismillah semoga aku mampu menjalani takdir ini dengan tabah.
Sampai larut hingga menjelang pagi, mata seolah masih enggan terpejam, menangis dan menangis hanya itu yang bisa dilakukan, hingga aku sendiri tidak tau, apa yang sedang aku tangisi. Astagfirullah!
Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, aku mulai menyiapkan menu untuk sahur bersama Shanum, gadis kesayanganku.
Memasak apa yang ada, bikin oseng tahu dan mie, juga goreng telur.
Secangkir teh hangat dan kopi terhidang di meja.
Tanpa dibangunkan, Shanum sudah bangun saat mendengar suara seruan untuk sahur dari mushalla yang tak jauh dari rumah.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Seperti biasa kalau puasa aku biasa membuat makanan ringan untuk aku jual, seperti rempeyek, kripik pisang dan keripik singkong.
Alhamdulillah, meskipun untung sedikit, bisa mencukupi kebutuhan makan kami.
"Buk!
Apa ayah gak pulang lagi ya lebaran nanti?" Tiba tiba Shanum menanyakan ayahnya saat dia membantuku di dapur.
"Ibuk juga gak tau, nak!
Shanum kangen sama ayah?" tanyaku menekan perasaan sakit dan marah pada sosok mas Danang.
"Entahlah, tiba tiba Shanum kepikiran ayah.
Kenapa ayah tidak bisa dihubungi lagi, dan tidak mau pulang kesini, apa ayah lupa kalau Shanum anaknya?" tanya Shanum dengan mata berkaca kaca. Alloh batinku menjerit perih. Kupeluk erat tubuh kurus anakku.
"Sudahlah sayang, jangan pikirkan ayah kamu.
Biarlah, Shanum cukup dengan ibuk disini.
Alhamdulillah ibuk ada rejeki, nanti setelah mengantar dagangan ibuk, kita jalan jalan ya, beli jajan lebaran dan juga sendal baru buat Shanum.
Sudah, jangan sedih lagi. Insyaallah, Alloh punya rencana indah dibalik ujian ini, nak!
kita cukup bersabar dan berusaha iklas untuk menerima semuanya." sahutku berusaha menenangkan anakku dan agar dia tidak sedih lagi, meskipun hanya beberapa lembar uang merah, biarlah aku gunakan untuk membahagiakan anakku. Urusan besok, insyaallah pasti ada jalan.
Setelah mendengar kata jalan jalan, anakku kembali tersenyum bahkan terlihat sangat semangat membantuku agar cepat selesai.
Pukul empat sore, setelah aku mengantar semua daganganku ke warung warung, kami berangkat ke pasar Bundar yang tak jauh dari rumah, paling sekitar dua kiloan.
Hal sederhana saja sudah membuat anak gadisku bahagia.
Aku membebaskan dia memilih jajanan lebaran sesuai kesukaannya, karena mungkin juga gak akan ada yang bertamu, karena keberadaan kami siapa lah yang mau perduli.
Setelah memilih jajanan kesukaan Shanum, aku mengajaknya ke toko sepatu dan sandal.
Lagi lagi, aku membebaskan anakku memilih apa yang dia inginkan. Shanum terlihat sangat bahagia, ya Alloh hati ini rasanya begitu sesak.
"Sebentar lagi sudah mau magrib.
Kita buka di jalan saja ya, nak.
Shanum mau makan apa?" tanyaku yang langsung membuatnya tersenyum senang, karena kami memang sangat jarang makan diluar.
"Shanum mau makan chicken roket itu loh buk, boleh kan?" sahutnya antusias.
"Boleh!
Kebetulan tempatnya gak jauh dari pasar.
Yuk langsung kesana saja, sebentar lagi sudah mau buka." balasku tersenyum hangat, meskipun saat aku lirik, dompetku sudah menipis.
Tapi biarlah, demi senyum putriku, aku rela melakukan apapun untuknya. Kalau bukan aku, siapa lagi yang mau perduli dengan hati dan hidupnya Shanum. Akulah satu satunya yang dia miliki di dunia ini.
Ayahnya masih hidup, tapi tak lagi perduli. Bahkan tak memberikan nafkah untuk anaknya sama sekali.
Dia sudah sibuk memikirkan dan mencukupi istri barunya bersama anak hasil zina mereka selama bertahun tahun.
Sedangkan keluarga mas Danang, tak jauh beda dengan laki laki itu, semua abai dan tak perduli dengan keberadaan Shanum.
Mereka pun juga mendukung hubungan mas Danang dengan pelacurnya.
Itulah kenapa, aku memutuskan hubungan dengan mereka, tak lagi Sudi menginjakkan kaki dirumah mertua dan keluarga mas Danang.
Biarlah, aku jalani hidup sebatang kara bersama putriku. Insyaallah, Alloh akan menjaga dan menolong kami.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]
#Bidadari Salju [ On going ]
#Wanita Sebatang Kara { New karya }
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Zainab Ddi
semoga Allah memberikan yg terbaik buat shanum dan ibunya
2024-06-24
0
sahaqi
mirip kisah anak ku yg di Tigal bpknya ga tanggung jawab,,tpi Alhamdulillah kini meneuka penganti ayah yg sayang wlpn bukan anak kadungya sendiri
2024-02-17
2
Leerienna
suka banget kak, ga sabar tunggu kelanjutannya 😁😁
2023-05-01
1