Mengumpulkan bukti

Lebaran kedua, aku dan Shanum tidak kemana mana. Shanum sibuk dengan televisinya. Dia sangat menyukai acara kartun.

Aku merinci semua total hutang hutangku.

Terutama pada Farida, aku kira dia sahabat baikku, yang paham kondisiku seperti apa selama ini. Dulu saat aku butuh uang, dia tanpa ku minta menawari pinjaman, dan aku sudah bilang kalau tidak tau kapan aku bisa mengembalikan. Dan katanya tidak masalah.

Tapi seminggu yang lalu, di tengah malam dia mengirimkan pesan dengan kata kata pedas serta hinaan menagih uangnya. Tidak aku balas karena aku tidak tau harus membalas apa. Hanya bisa menangis dan berharap mendapatkan rejeki untuk bisa mengembalikan uangnya Farida.

Dan Alhamdulillah aku sekarang sudah mendapatkan rejeki. Aku langsung mentransfer uang sebesar lima juta kerekening Farida.

Lalu mengirim bukti transfer dan mengucapkan maaf serta terimakasih. Dan aku sudah meniatkan hari untuk tidak lagi terlalu dekat, karena dengan hutang ini, aku jadi tau, seperti apa dia menganggap ku.

Farida membalas panjang lebar pesanku dan bahkan menelpon ku berkali kali, tapi tidak aku angkat. Biarlah, yang penting aku sudah melunasi hutangku padanya. Aku menjauhinya bukan karena benci, tapi karena aku sadar diri, jika aku yang miskin tidak akan bisa berteman dengan dia yang memang orang kaya. Masih terekam jelas kata kata penghinaannya saat menagih hutangnya.

"Maafkan aku, Farida. Aku mundur." batinku yang sudah meyakinkan diri untuk lebih menjaga diri dengan siapa bergaul nantinya.

"Asalamualaikum!" terdengar salam dari suara yang tak asing ditelinga ini. Ya itu suaranya mbak Rokayah. Ternyata dia datang ke rumahku yang katanya mirip kandang sapi.

Padahal dia sendiri di Surabaya tinggal masih ngontrak itupun yang harga murah dan masih bangunan dari papan.

"Waalaikumsallm." sahutku singkat, dan mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah, ternyata mbak Rokayah gak datang sendirian tapi dia datang dengan adiknya, yaitu mas Danang, suamiku.

Mereka duduk layaknya seorang tamu.

Aku cuma diam menunggu mereka mengutarakan maksud kedatangannya kerumahku.

Tatapan tajam sarat kebencian aku hujam kan pada mas Danang, laki laki yang masih sah suamiku itu hanya menundukkan kepalanya.

"Mana Shanum?" suara mbak Rokayah memecah keheningan diantara kami.

"Ada di kamar, tidur!" Shanum memang ada di dalam kamarnya, entahlah dia tidur atau tidak. Aku yakin anak itu tidak Sudi bertemu dengan ayah dan budhenya, sehingga aku bicara asal dengan mengatakan anakku itu tengah tidur.

"Kami mau ajak dia ke Blitar. Dari pada dirumah gak ngapain ngapain juga. Keluarga juga gak punya!" sahut mbak Rokayah sinis, sedangkan mas Danang hanya diam saja tanpa mengeluarkan suara apapun.

"Oh iya?

Memang seperti itu faktanya. Bahkan ayah saja Shanum gak punya. Sudah mati.

Shanum itu anak yatim!" sahutku tajam dengan tatapan nyalang mengarah pada mas Danang yang langsung melotot mendengar ucapanku.

"Jaga mulut kamu, Ning!

Aku masih hidup, kenapa kamu bilang Shanum anak yatim?

Dasar perempuan sinting." caci mas Danang tak terima dengan ucapanku. Bukannya takut, aku justru ingin menguliti kebusukan suamiku di depan kakaknya. Ingin tau seperti apa tanggapan perempuan bermulut ember itu dengan kelakuan busuk adiknya pada istri dan anaknya ini.

"Wajar kalau aku menganggap Shanum anak yatim.

Memang kamu memberikan nafkah untuk dia, enggak kan?

Kamu pernah bertanya bagaimana kabar anakmu?

Bagaimana biaya dan kebutuhan sekolahnya, kamu tau, enggak kan?

Kami disini nasibnya seperti apa, bisa makan gak, Shanum bagaimana, memangnya kamu pernah perduli?

Wajar Kan kalau Shanum itu anak yatim, karena memang dia gak punya ayah, ayahnya sibuk dan menghabiskan uangnya buat pelacur dan anak haramnya. Jadi kamu masih mau dianggap ayah dan suami disini?

Jangan mimpi, kami sudah menganggap kamu mati, mas!

Kalau kamu enggan mengurus surat cerai, aku yang akan mengurusnya setelah ini. Setelah kamu hancur dan kehilangan sumber uang kamu.

Aku mau lihat, perempuan itu apa masih mau sama kamu, saat kamu tidak lagi punya penghasilan." sahutku panjang lebar dengan dada bergemuruh, perasaan benciku pada laki laki di hadapanku tak lagi bisa aku bendung.

"Awas saja kalau kamu sampai berbuat macam macam dengan pekerjaan ku.

Dan tidak usah sombong kamu mau ngurus surat cerai segala, uang dari mana?

Sudah miskin belagu lagi." sahut mas Danang dengan tanpa punya hati sama sekali.

"Lihat saja nanti, kita akan buktikan. Siapa yang akan hidup susah dan miskin setelah ini." sahutku sinis, sambil menatap tajam ke arah dua manusia di hadapanku.

"Pergilah, Shanum tidak butuh kalian disini!" sambung ku tanpa lagi bersikap sopan pada mereka.

"Kamu ternyata disini, mas?

Tadi bilang gak bakalan menemui istri jelek mu itu.

Buktinya kamu disini." tiba tiba pelakor itu datang bersama adiknya mas Danang.

Penampilannya sungguh memalukan, tubuhnya yang berlemak tidak membuatnya malu sama sekali. Memakai celana jins ketat dan kaos tanpa lengan, rambutnya diurai dengan dandanan menor.

Astaga, sudah mirip dengan ondel-ondel. Mau ketawa tapi takut dosa. Hahahaaa.

"Tuh, sudah di cari gundikmu?" aku menatap ke arah mas Danang yang terlihat salah tingkah.

"Heh pelakor, yang gak ada cantik cantiknya, yang mirip ondel ondel di perempatan, sana bawa suami kamu pergi dari rumahku. Jangan lagi injakan kaki kalian dirumahku, haram, najis!" sungutku dengan geram.

"Pergi kalian!" sekali lagi aku mengusir mereka dengan nyalang.

"Dasar perempuan edan, pantesan mas Danang lebih memilihku, wong kamu aja kayak emak emak anak lima penampilannya. Pakai gamis dan kudung lebar tapi mulutnya pedes banget, amit amit." sungut Gundik mas Danang tak terima.

"Terserah kamu ngomong apa, bodoh amat bagiku. Tapi aku ingatkan sama kamu ya, sebelum menghina penampilan orang, coba ngaca dulu sama penampilan kamu itu seperti apa, sudah lemak kemana mana, baju gak muat, bedak luntur semua, dih kok lihatnya masih bagusan ondel ondel sih!" aku tak mau kalah menghina simpanan mas Danang, bahkan pertengkaran kami ternyata sudah jadi tontonan tetangga, mereka langsung tertawa mendengar ucapanku pada perempuan itu.

"Ningsih, hajar saja perempuan kayak gitu. Cantik enggak, tapi suka banget ngangkang sama suami orang."

"Wah, itu simpanan nya Danang, ya ampun jelek dan kayak orang orangan sawah. Cantik dan anggunan Ningsih kemana mana."

"Eh namanya juga sampah, mana ada bagus bagusnya."

Suara suara ibu ibu membuat perempuan itu histeris, dan mas Danang nampak gusar dengan omongan para tetangga, aku hanya diam saja, menatap mereka dengan senyuman puas, puas sudah bisa mempermalukan mereka. Dan puas karena sudah mendapatkan bukti perselingkuhan mereka, karena aku sengaja merekam semua pembicaraan kami dengan mengaktifkan Vidio di ponselku dan menyembunyikan di pot yang ada di bufet.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ On going ]

#Bidadari Salju [ On going ]

#Wanita Sebatang Kara { New karya }

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Ridho Widodo

Ridho Widodo

cerita ini sudah miskin kok hutangnya banyak ya..

2024-03-18

1

Marhainun Tanjung

Marhainun Tanjung

mantaaaap kamu ning.syja banget wanita yg kayak gini tidak gampang ditindas.

2024-02-23

1

Ersa

Ersa

cerdas kamu Ning

2023-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 Lebaran dalam duka
2 Pasti ada jalan, cukup yakinkan hati dalam setiap lantunan doa
3 Bayar hutang
4 Sebatang Kara
5 Telpon dari rokayah
6 Tamu asing di malam takbiran
7 Menata hidup baru
8 Mengumpulkan bukti
9 Bukannya malu tapi malah mencari pembenaran
10 tidak tau malu
11 milik ibuku
12 pergi
13 Rencana
14 bertemu atasan mas Danang
15 Menerima keputusan
16 mendatangi Gundik suamiku
17 Diana murka
18 pulang
19 notif dari m banking
20 kembali bangkit dengan kehidupan baru
21 Danang pulang
22 Apa kamu pikir aku takut? Sedikitpun tidak sama sekali!
23 Bantuan datang
24 Tak tau malu
25 Mati kamu, mas! Rasain!
26 pindah rumah saja
27 Danang frustasi
28 karma yang berlaku
29 menyesal
30 Hans
31 masa lalu
32 Takdir
33 kacau
34 tak punya hati
35 minta uang
36 karma
37 sakit perut
38 masih ada yang perduli
39 ketahuan
40 POV Ningsih
41 mulai curiga
42 Pelakor di pelakorin
43 keluar kota
44 Bibit hama
45 gak usah drama!
46 Beku
47 Tertangkap basah saat mesum
48 robohkan saja, ratakan seperti semula.
49 histeris
50 ini milikku
51 musibah pembawa rejeki
52 Nasi goreng
53 permintaan Danang
54 Bertengkar
55 Bertahanlah, Na!
56 ibu yang egois
57 Drama selanjutnya sang mertua
58 Bagi dua
59 siapa suruh pelit
60 pergilah jangan kembali lagi
61 pulang kampung
62 buka warung
63 tak pernah bisa berubah
64 kelakuan Danang
65 penyesalan
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Lebaran dalam duka
2
Pasti ada jalan, cukup yakinkan hati dalam setiap lantunan doa
3
Bayar hutang
4
Sebatang Kara
5
Telpon dari rokayah
6
Tamu asing di malam takbiran
7
Menata hidup baru
8
Mengumpulkan bukti
9
Bukannya malu tapi malah mencari pembenaran
10
tidak tau malu
11
milik ibuku
12
pergi
13
Rencana
14
bertemu atasan mas Danang
15
Menerima keputusan
16
mendatangi Gundik suamiku
17
Diana murka
18
pulang
19
notif dari m banking
20
kembali bangkit dengan kehidupan baru
21
Danang pulang
22
Apa kamu pikir aku takut? Sedikitpun tidak sama sekali!
23
Bantuan datang
24
Tak tau malu
25
Mati kamu, mas! Rasain!
26
pindah rumah saja
27
Danang frustasi
28
karma yang berlaku
29
menyesal
30
Hans
31
masa lalu
32
Takdir
33
kacau
34
tak punya hati
35
minta uang
36
karma
37
sakit perut
38
masih ada yang perduli
39
ketahuan
40
POV Ningsih
41
mulai curiga
42
Pelakor di pelakorin
43
keluar kota
44
Bibit hama
45
gak usah drama!
46
Beku
47
Tertangkap basah saat mesum
48
robohkan saja, ratakan seperti semula.
49
histeris
50
ini milikku
51
musibah pembawa rejeki
52
Nasi goreng
53
permintaan Danang
54
Bertengkar
55
Bertahanlah, Na!
56
ibu yang egois
57
Drama selanjutnya sang mertua
58
Bagi dua
59
siapa suruh pelit
60
pergilah jangan kembali lagi
61
pulang kampung
62
buka warung
63
tak pernah bisa berubah
64
kelakuan Danang
65
penyesalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!