Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.
Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.
Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:
Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.
Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.
Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.
Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB.10 Kediaman Klan Tengkorak Merah
Setelah menguburkan Patriak Xi Bong dan para tetua yang gugur, Xio Lun berdiri tegak di tengah puing-puing yang terbakar dingin. Angin malam membawa bau kematian. Ia mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih.
“Aku berjanji… darah kalian tidak akan mengering sebelum balas terbayar.”
Tatapannya bergeser ke arah yang ditunjukkan tetua yang sekarat tadi — arah Klan Tengkorak Merah.
Tanpa ragu, tubuhnya meledak menjadi kilatan cahaya. Dalam sekejap ia menembus langit, berlari melintasi awan, hingga akhirnya…
Kediaman Klan Tengkorak Merah
Di dalam aula inti, suasana tampak berbeda.
Hong Ju, Patriak Klan Tengkorak Merah, kini tidak duduk di singgasananya sendiri.
Singgasana itu diduduki oleh Tiandu — sosok berwajah dingin, rambut panjang keperakan, sepasang mata hitam menembus seperti jurang tak berujung. Dari tubuhnya mengalir Aura Ranah Langit Jiwa Ilahi yang ditekan setipis mungkin agar tidak mengguncang seluruh benua.
Di Benua Barat, Ranah Langit Jiwa Ilahi adalah hal biasa bagi para kultivator .
Namun di Benua Tengah dan Benua Timur — tempat Xio Lun lahir — kekuatan itu adalah puncak paling menakutkan, legenda hidup yang dapat menentukan nasib benua.
Karena itulah…
Jika Benua Barat mengirim langsung para tetua dan patriak tertinggi mereka yang mencapai Ranah Langit Jiwa Tertinggi Puncak — maka Benua Timur akan tahu.
Dan bila dua benua super ini bertabrakan…
🩸 Pertumpahan darah tanpa akhir akan terjadi
⚔️ Keduanya akan saling menghancurkan
🔥 Kehancuran dunia mungkin menjadi akhir
Itu sebabnya Tiandu menyamar, menggunakan Klan Tengkorak Merah sebagai tangan kotor untuk menculik Xi Shi.
Tiandu meneguk anggur merah darah sambil berkata datar pada Hong Ju:
“Aku akan kembali ke Benua Barat. Gadis itu dan peta harta di tubuhnya… patriakku membutuhkannya. Bila kami sukses menemukan artefak dewa kuno, maka Klan Tengkorak Merah akan diberi tempat kehormatan di sisi klan bintang langit kami.”
Hong Ju menunduk penuh ketakutan dan kerakusan:
“Segalanya… sudah kuatur, Senior Tiandu. Tidak ada yang mengetahui rencana ini.”
Tiandu memejamkan mata, jari-jarinya mengetuk lengan kursi patriak dengan ritme lambat.
“Pastikan pemuda pembunuh Tetua Ketigamu juga ditemukan. Patriakku ingin semua yang bersentuhan dengan artefak itu… musnah.”
Hong Ju mengepal. “Aku bersumpah—pemuda itu akan mati mengenaskan.”
Namun tepat ketika kata-kata itu keluar…
💥💥💥
Aula bergetar keras.
Ledakan besar bergema dari luar kediaman patriak, membuat lantai pecah dan debu berjatuhan dari langit-langit.
Tiandu membuka mata. Sekilas retakan cahaya ilahi mengalir di pupilnya.
“Hmm… tampaknya kalian kedatangan tamu.”
Hong Ju berdiri tergesa-gesa, wajahnya berubah pucat pasi.
“Para tetua! Ikut aku! Kita lihat siapa yang berani membuat kekacauan di wilayah klan kami!”
Empat tetua Klan Tengkorak Merah — yang tersisa hidup — melesat keluar aula bersama Hong Ju.
Tiandu tetap duduk di singgasana, tersenyum tipis.
“Menarik sekali… aku ingin melihat siapa yang berani menyentuh boneka bonekaku.”
Langit di atas Klan Tengkorak Merah
Awan gelap pecah. Angin mengamuk.
Sosok tunggal berdiri di atas langit, jubahnya berkibar seperti naga yang bangkit. Tatapannya membara bagaikan bintang jatuh yang menuntut balas.
Itu adalah…
🔥 XIO LUN
Aura yang berhasil ia tekan menjadi ranah raja, meski sebenarnya ia berada di Ranah Langit Jiwa Sejati,
Namun yang paling menakutkan bukanlah ranahnya —
melainkan niat membunuh yang memoncong tajam seperti pedang abadi.
Xio Lun mengarahkan telunjuknya lurus ke arah kediaman patriak.
Dan berkata…
“Hong Ju… keluarlah. Aku datang untuk mengubur klanmu..