"inget, ini rahasia kita!. ngga ada yang boleh tau, sampai ini benar benar berakhir." ucap dikara dengan nafas menderu.
"kenapa? lo takut, atau karna ngerasa ngga akan seru lagi kalau ini sampai bocor. hm?." seringai licik terbit dari bibir lembab lengkara, pemuda 17 tahun yang kini sedang merengkuh pinggang gadis yang menjadi rivalnya selama 3 tahun.
Dan saat ini mereka sedang menjalin hubungan rahasia yang mereka sembunyikan dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUMAH SAKIT
Setelah air infusnya sudah habis, dikara pun sudah di perboleh kan untuk pulang ke rumah. Dan tentunya amara dan aryan lah yang datang untuk menjemput gadis itu mengingat bi enduy yang tidak bisa menyetir dan sayang saja harus bolak balik ke rumah sakit mengguna kan taksi. Di sana bukan hanya mereka saja, tapi ada juga bi enduy bahkan avel yang begitu setia menemani dikara sejak pagi. Kecuali, satu orang yang sudah pulang lebih dulu setelah mendapat kan pengusiran dari dikara sendiri.
Sesampainya di depan rumah, dikara pun turun dari mobil dan di bantu bi enduy yang masih khawatir jika anak majikannya tersebut masih merasa lemas dan butuh untuk di papah.
"Terima kasih ya om, tan, Aku udah ngerepotin kalian lagi." Kata dikara sembari tersenyum meringis ke arah pasangan suami istri itu.
Pasalnya selama 2 hari berada di rumah sakit, amara dan aryan lah yang begitu rajin untuk menjengkuk serta mengurusnya. Sedang kan bi enduy di minta stay saja di rumah oleh amara karna tidak baik juga meninggalkan rumah besar itu tanpa penghuni satu pun.
Rumah besar 3 lantai yang hanya di huni oleh dikara dan dan bi enduy, sedang kan tukang bersih bersih halaman belakang serta 2 oang ART lain itu pun tidak menetap di sana, alias pulang saat pekerjaan mereka sudah selesai.
"Ck, udah om bilang kan ngga usah kayak itu kara. Om sama tante udah nganggep kamu udah kayak anak sendiri kok, jadi jangan sungkan apa lagi ngga enakan begini." Aryan geleng geleng kepala melihat tingkah gadis ini, yang mana sikapnya sama persis saat pertama kali dikara mulai di tinggal ke luar kota oleh kedua orang tuanya untuk bekerja.
Mendengar itu mata dikara terlihat berkaca kaca, dia begitu bersyukur mendapat kan tetangga yang sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Walau pun terkadang sikap anak sulung mereka begitu kejam dan menyebal kan.
"Ya udah sana masuk, istirahat dulu ya nanti baru balik lagi sama aktivitas kamu. Tante sama om sedih loh kalau kamu sakit kar, bagaimana pun selama bertahun tahun hubungan kita udah bukan lagi sekedar tetangga. Tante sama om aryan udah nganggep kamu keluarga, terlepas dari sikap lengkara yang sering bikin kamu kesal."
Dikara mengangguk, lalu memeluk kedua orang itu secara bergantian sembari mengungkap kan perasaan sayang satu sama lain. Yang tentunya avel yang sudah merentang kan tangan ingin di peluk juga tidak ketinggalan.
"Udah udah dong main teletubbies nya, ini anak mama belum di kasih makan dari siang!." Celetuk lengkara dari depan pintu, merasa jengah melihat kedua orang tuanya yang malah terlihat begitu sayang pada dikara. Bahkan amara terlihat beberapa kali mencium kepala dikara, dan itu menggelikan di mata pemuda itu.
"Ck gangguin aja sih kak. Sana ke belakang minta sama mamang, dia kayaknya udah nyiapin banyak buat kamu." Dengus amara sedikit kesal pada putra nya itu, ini kan moment langka dikara mau di ajak bermelow melow an.
"Apaan sih, kok malah minta sama mamang?." Lengkara bingung, dan itu membuat suara tawa avel langsung pecah.
"Ya emangnya lo mau minta sama siapa lagi? kan lo itu kambing, jadi minta makannya ya sama mamang." Bukan amara, tapi dikara lah yang menjawab sebab ikut kesal karna moment berharga ini malah di ganggu oleh kambing itu.
"Lo?."
"Apa? emang benar kan, lo itu emang kambing."
"Udah udah, sana pada masuk."
