"ah...Aku tidak akan memaafkanmu Alaska!! " ucap wanita itu dalam hati setelah melihat tunangannya bermesraan di mansion milik ayahnya dengan seorang wanita yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.
Hubungan yang awalnya terjalin manis dan menyenangkan itu, kini mulai goyah karna hadirnya seorang wanita berhati licik bermuka dua itu, didepan baik di belakang diam diam menusuk.
Tiba tiba ada yang memperhatikan wanita itu dari lama, dan kini ingin mencuri kesempatan untuk menaklukkan hati si wanita itu.
Apakah wanita itu akan takluk oleh nya? ayok ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Lovina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10.Ttm
kondisi wajahnya mulai terasa membaik setelah mendapat beberapa sentuhan kompresan dan darah di hidungnya sudah berhenti.
"bu, ada lagi yang bisa saya bantu? " tanya Rina merasa khawatir bercampur rasa kasihan melihat kondisi wajah Itu yang masih terlihat merah akibat bekas tangan .
"Siapa yang berani menamparnya sampai babak belur begini? " gumamnya penuh tanya.
"Terimakasih sudah membantuku Rin, sebagai imbalannya kamu bisa mengambil cuti dua hari dan pergilah berlibur. Aku sudah transfer uang liburannya silahkan cek HP kamu. " Ucapnya sambil menahan perih wajah nya.
"apa? Benarkah? bu makasih bu makasih banyak... " jawab Rina kegirangan saat melihat cek masuk ke rekeningnya tentunya bukan jumlah yang kecil bahkan jika dia ingin berlibur ke luar negeri rasanya itu cukup sayangnya cuman dua hari. Dia sampai berlutut berterimakasih di kaki wanita itu.
"Apa yang kamu lakukan? Jika kamu tidak segera berdiri, maka aku akan mencabut kata kataku dan menarik kembali uang itu! " Ucapnya sedikit tidak senang diperlakukan begitu.
"a... maaf... maaf Bu. "
"berdiri dan pergi lah! ingat jika ada yang bertanya tentang hal ini, jangan pernah memberi tahu apapun yang kamu ketahui. paham? "
"i.. i.. ya paham bu. " Suaranya sedikit gemetar melihat wajah galak di depannya dan segera meninggalkan Jeslin sebelum dia marah dan menendangnya keluar.
Dia keluar dari sana dan kembali ke ruang kerja nya untuk memperbaiki kondisi wajahnya. Dia hanya berharap wanita itu sudah pergi dan meninggalkan tempat itu.
Dia masuk pelan untuk memastikan dan ternyata benar kalau Karolin sudah pergi.
Perasaannya sedikit lega dan mengeluarkan tas make up nya.
setelah beberapa menit bergelut dengan wajahnya, kini bekas tamparan itu sudah tertutup rapi.
Dia sudah bersiap dengan berkas berkas di tangannya menuju ruang meeting.
Tapi saat ingin melangkah, dia kembali di dorong ke belakang hingga bahunya menyentuh dinding agak kuat. Hal itu mengakibatkan berkas di tangan nya jatuh dan berceceran di lantai.
"Alaska? lepaskan... kamu menyakitiku! " rintihnya menahan cengkraman tangan pria itu dibahunya.
"Apa ini lebih sakit dengan perlakuanmu tadi ke Karolin? Apa masalah mu dengannya sampai menamparnya hingga bibirnya berdarah hah? "
Jeslin terdiam kaget, seingatnya dia lah yang ditampar sampai berdarah bukan Karolin.
"kenapa diam hah? berapa besar rasa bencimu padanya hingga melakukan itu hah? Jawab!! " membentak sambil menguatkan cengkraman itu.
"lepaskan aku Aska!! Aku tidak melakukannya!! " bantahnya melawan.
"bohong!! " Teriak Karolin dari balik pintu sambil menangis.
"Sejak kapan wanita busuk ini ada disana? " gumam Jeslin ingin sekali benar benar menghabisinya.
Disinilah Karolin mulai ber akting jadi orang yang paling tersakiti.
"Dia bohong kak.... Bagimana kalau tadi aku sampai terluka parah dan membahayakan diriku sendiri..." tangisnya sambil memegangi perutnya untuk membuat pria itu semakin marah.
"Jeslin... selama ini aku kira kamu itu baik tapi kenapa kamu sampai menyakiti adik sepupumu sendiri? Ternyata hatimu sejahat itu! bagaimana kalau... " berhenti menahan suarnya hampir keceplosan menyinggung bayi di kandungan Karolin.
"kalau apa hah?? kalau apa?" teriak Jeslin sangat kecewa dengan perlakuan dan suara keras Alaska yang memojokkannya.
"kenapa diam? Sebelum menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kamu sudah main hakim sendiri dan membela wanita ini! Wah... hebat Alaska!! " ucapnya setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman itu.
"Dasar pria pengecut kamu Alaska! Jika kamu tidak ingin menikahiku, kenapa kamu menahanku untuk menghentikan pernikahan itu hah? Apa sebenarnya mau mu Alaska? " lanjutnya sambil berlutut lemas di lantai mengumpulkan berkas berkas nya sambil berderai air mata.
Alaska memperhatikan wanita yang dulu sangat dicintainya itu benar benar hancur di depannya. Di benaknya sedikit terlintas berapa tulusnya Jeslin mencintainya hingga menunggunya selama ini tapi dia sudah menghancurkan semuanya karna keinginannya untuk memenuhi nafsu biologisnya.
Dia ingin sekali meminta maaf dan memeluk Jeslin dan mengatakan semuanya tapi dia tidak sanggup melakukannya.
"Kamu tidak bisa jawab kan Alaska? Kamu bahkan lebih membela Karolin dari pada tunangan mu sendiri. Jika tidak ada lagi setitik pun rasa percaya itu untukku maka Ada CCTV di ruangan ini jika kamu ingin tau kebenarannya." Berdiri dan menunjuk dada pria itu dengan telunjuknya.
Karolin merasa sedikit gemetar tentang CCTV itu. Dia lupa mematikannya sebelum melakukan aksinya tadi.
"Kak Jeslin.... kamu bahkan menuduhku yang memulai duluan. Hu.. Hu.. Hu.. kenapa kamu sangat jahat kepadaku kak? apa salahku kak?" lagi lagi menjatuhkan air mata palsunya.
Jeslin menarik tangannya dan melangkah ke arah pintu.
"Dasar ratu drama. Kalian berdua benar benar serasi jika di pasangkan sebagai pasangan terjahat yang pernah ada dengan judul tunangan dan sepupu ku bersekongkol untuk menghancurkanku! " ucapnya merasa muak hendak keluar.
"jeslin! berhenti! Jika kamu berani melangkah keluar, maka aku akan mempercepat tanggal pernikahannya! " Ancam Alaska sehingga menghentikan langkahnya.
"Silahkan lakukan!! Aku masih punya banyak urusan yang lebih penting dari pada mengurusi kalian berdua" Ucap Jeslin tanpa takut dan meninggalkan mereka.
Jeslin memasuki ruangan meeting setelah sekian kali memeriksa kondisi wajah dan memastikannya baik baik saja.
Semua sudah menunggu nya di ruangan itu.
"oo Jadi ini putrinya pak Purnama? Cantik yah!! " Ucap salah satu klien membuat suasana ruangan sedikit mencair akibat terlalu tegang.
Selama meeting berlangsung, banyak ide ide menarik yang disampaikan oleh wanita itu tentang bagaimana cara meningkatkan penjualan produk yang akan mereka luncurkan.
Banyak klien disitu yang merasa kagum dengan ide ide itu.
"hebat nona Jeslin. Saya pikir, cara anda dengan mengadakan promo di awal peluncuran produk itu sungguh menarik! " ucap salah satunya memberi pujian.
"betul sekali nona!! " sahut yang lainnya.
Akhirnya seluruh ruangan bergema dengan suara tepuk tangan.
Jeslin tidak menyadari dari tadi ada sepasang mata yang selalu kagum memperhatikan sikapnya.
Saat rapat akan bubar, pria itu berada paling belakang memberi salam kepadanya.
"Jeslin... anda luar biasa! Andai saja anak saya bisa seperti anda saya akan sangat senang! "
"ah bapa terlalu berlebihan.. Tapi tetap terimakasih yah pak!" ucapnya menyambut salam itu.
"ini kartu nama saya non. senang sekali bekerja sama dengan perusahaan anda. "ucapnya lalu memberi kartu nama dan pamit keluar dari kantor itu.
Dia mengambil kartu itu agak terkejut setelah melihat nama yang tertera disana.
"Joni Saputra? Apa mungkin anak yang dia maksud itu, Jefan Saputra? " tanyanya sedikit penasaran.
"ah... gak mungkin. Banyak kali yah... orang yang belakang namanya Saputra di kota ini bukan hanya mereka. " Jawabnya lagi menepis pikirannya.
Setelah ruangan kosong, dia duduk di kursi melepas lelahnya. Dia sangat bangga dengan hasil rapat tadi. Banyak perusahaan yang ikut bekerja sama dengan mereka walaupun ada juga yang membatalkan kerja samanya.
Dia baru ingat, kalo hpnya tertinggal di rumah sebelum berangkat ke tempat kerja tadi.