NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Emosi Wilda

Suasana subuh terdengar tenang dan damai, dengan cahaya matahari yang perlahan muncul di ufuk, memberikan warna merah keemasan pada langit. Suara burung-burung mulai terdengar, menambah kesan alami dan segar. Udara masih sejuk dan tenang, menciptakan suasana yang sangat relaks dan menenangkan. Nyai Galuh bangkit dari tidurnya, melirik pria tua yang terlihat lelap tidur disampingnya. Ia bersyukur Pria tua itu tidak menyentuhnya, mungkin karena terlalu lelah setelah bekerja seharian di kebun kopi.

Saat Galuh memindahkan tangan berat dan keriput yang melingkar di perutnya, orang itu membuka mata. "Sudah pagi kah ?"

"Iya, Tuan." Sahutnya lekas dan mulai menurunkan kedua kakinya.

"Tunggu!" tahan Edwin dan bangkit memeluk nyai Galuh.

Seketika tubuhnya meremang, "Tuan. Apa yang ingin Anda lakukan ? Ini sudah pagi." Nyai Galuh mencoba membebaskan diri.

Seketika Edwin terperanjat, Nyai Galuh tidak seperti yang kemarin yang selalu menyerahkan tubuhnya tanpa diminta. Mengapa sekarang seolah menolak tidak ingin disentuh ?

"Aku ingin tubuhmu, Nyai Galuh," bisiknya di cuping telinga yang membuat nyai Galuh merinding bukan main.

"Tu-an. Aku tidak bisa melayanimu." tolak Nyai Galuh secara terang - terangan.

Menheer tua sangat marah ketika Galuh menolak untuk menuruti keinginannya. Wajahnya memerah karena kemarahan, dan suaranya meninggi.

"Apa kamu tidak tahu siapa aku? Aku adalah tuanmu, dan kamu harus menurut!" teriak Menheer, menunjukkan kekuasaannya atas Galuh.

Galuh merasa takut dan terintimidasi oleh kemarahan Menheer. Ia merasa terjebak dan tidak tahu bagaimana cara untuk menghadapi situasi ini.

"Bukan seperti itu, Tuan. Anda lupa kalau saya sedang sakit ? Dan mungkin amnesia yang saya alami mempengaruhi suasana hati Saya. Saya tidak ingin Anda menerima layanan yang tidak sesuai dengan yang Anda harapkan. Setelah saya sembuh dari amnesia ini, saya pasti akan kembali menjadi Galuh yang sesungguhnya."

"Aku tidak peduli dengan amnesiamu itu. Kamu sudah menjadi memilikku, Nyai Galuh jadi, tidak ada alasan untuk kamu menolak. Aku sudah tidak tahan." Edwin menarik kebaya Nyai Galuh hingga robek di bagian depannya.

Nyai Galuh terkejut dan berusaha menutupi diri, tetapi Edwin terus mendekatinya dengan nafsu yang tidak terkendali. "Jangan, Tuan Edwin, tolong hentikan ini !" katanya dengan suara gemetar, tetapi Edwin tidak menghiraukannya. Nyai Galuh merasa terjebak dan tak berdaya dalam situasi ini.

Edwin tersenyum puas, hasratnya sudah tersalurkan. Milik Galuh yang masih terasa sempit dan begitu hangat di dalam membuatnya ketagihan setiap hari.

.

.

.

Edwin keluar dari kamar nyai Galuh dengan penampilan yang berantakan, pakaiannya tidak rapi, dan wajahnya terlihat puas namun juga sedikit lelah. Sudah bisa ditebak kalau dia baru saja memuaskan hasratnya dengan nyai Galuh.

Wilda yang melihatnya langsung merasakan sakit hati dan kecemburuan yang mendalam. "Edwin, kamu... kamu benar-benar tidak punya hati," Wilda berkata dengan nada yang penuh dengan kesedihan dan kemarahan.

Ini bukan pertama kalinya dia melihat Edwin keluar dari kamar Galuh dengan penampilan seperti itu. Dia sudah terbiasa melihat Edwin dan Galuh menjalin hubungan yang sangat intim dan sudah tidak menjadi rahasia umum di antara mereka. Wilda merasa seperti tidak dihargai dan tidak dianggap sebagai istri oleh Edwin.

Edwin berjalan menjauh tanpa menanggapi Wilda, seolah-olah dia merasa dirinya berhak melakukan apa saja tanpa konsekuensi. Wilda menatapnya dengan kebencian yang semakin memuncak, dia merasa semakin tidak bisa mentolerir perilaku suaminya.

Wilda memutuskan untuk mempertahankan posisinya sebagai istri sah dan tidak akan membiarkan Galuh merebut Edwin darinya. Dia akan melakukan apa saja untuk mendepak Galuh dari kehidupan Edwin dan memulihkan harga dirinya sebagai istri. "Aku tidak akan kalah dari gundik hina itu!" Wilda berkata pada dirinya sendiri, dia sudah siap untuk menghadapi Galuh dan memperjuangkan haknya sebagai istri Edwin. Wilda akan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk memanipulasi Edwin menggunakan kekuasaannya sebagai istri sah.

Lalu Wilda memasuki kamar Galuh dan melihatnya sedang berusaha merapikan pakaiannya dengan tangan yang masih gemetar, wajahnya merah dan berkeringat. Seprei dan bantal juga berantakan, menunjukkan betapa panasnya pergulatan mereka.

Wilda bisa melihat bahwa Galuh masih dalam keadaan tidak siap dan terlihat lelah. Wilda tersenyum sinis dan merasa puas melihat keadaan Galuh yang tidak berdaya. "Kamu memang wanita hina yang tidak tahu tempat," kata Wilda dengan nada mengejek.

Galuh masih terdiam berusaha memakai kembali kebayanya yang sudah terlihat robek dengan susah payah.

Wilda memaki nyai Galuh lagi dengan kata-kata kasar, menunjukkan betapa besar kemarahannya terhadap nyai Galuh. Dia merasa bahwa nyai Galuh telah merebut perhatian suaminya dan melakukan sesuatu yang tidak pantas. "Kamu memang tidak tahu diri, merebut suami orang!" Wilda melanjutkan dengan nada yang semakin meninggi.

Lalu Galuh bangkit membalas perkataan Wilda dengan senyum mengejek, "Kamu pikir kamu masih istri yang diprioritaskan ? Tuan Edwin sudah bosan denganmu, dia hanya membutuhkan aku untuk memuaskan nafsunya." Galuh menatap Wilda dengan mata yang tajam, "Kamu tidak bisa memenuhi kebutuhan Tuan Edwin, itu sebabnya dia mencari aku." Galuh terus memprovokasi Wilda sehingga membuatnya semakin marah dan tidak terkendali.

Wilda semakin marah dan merasa harga dirinya terusik. "Kamu... kamu gundik hina!"

Wilda memaki lagi, tapi Galuh hanya tertawa. "Aku gundik? Ah, aku lebih dari itu. Aku adalah yang membuat tuan Edwin bahagia, bukan kamu." Nyai Galuh tidak akan membiarkan dirinya dihina dan ditindas. Meski kehidupannya kembali pada masa dulu, setidaknya ada perubahan.

Dada Wilda bergemuruh, ia melayangkan tangannya ke arah wajah nyai Galuh. Nyai Galuh menahan tangan Wilda dengan kuat, menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu lagi. "Aku sudah cukup diperlakukan seperti ini, Nyonya Wilda !" katanya dengan nada tegas, mata mereka saling bertatapan dengan intensitas yang tinggi.

Wilda terkejut dengan keberanian Galuh, dia tidak menyangka bahwa Galuh akan melawan. "Kamu berani sekali, Gundik hina!" Wilda memaki lagi, tetapi Galuh tetap tenang.

"Aku tidak takut padamu, nyonya Wilda," kata nyai Galuh dengan suara yang tegas. "Aku sudah cukup diperlakukan seperti ini. Aku ingin hidup dengan martabat. Camkan itu baik - baik."

Wilda semakin marah, dia sadar bahwa Galuh tidak bisa diperlakukan seperti itu lagi.

Tangan Wilda sebelahnya mencoba menggapai Galuh. Sebelum berhasil, dengan gerakan cepat nyai Galuh yang tenaganya lebih kuat lalu mendorongnya hingga terhuyung.

"Kyak ...!" Wilda terhuyung ke belakang, wajahnya merah karena marah dan terhina. "Kamu... kamu berani!" dia mengumpat, sambil menatap Galuh dengan mata yang membara.

"Jangan pernah menyentuhku lagi ! Aku tidak segan akan mematahkan satu persatu jarimu seperti ini." Nyai Galuh menujukkan remasan tangannya.

Galuh menunjukkan gerakan tangannya dengan gerakan yang angkuh, seolah-olah menantang Wilda.

"Kamu pikir bisa mengancam aku? Aku tidak takut dengan ancamanmu," kata Wilda dengan nada yang dingin.

Wilda keluar dari kamar Galuh dengan langkah-langkah yang cepat dan marah, meninggalkan Galuh yang masih tersenyum mengejek.

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!