Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Alexander bergerak lebih cepat dibandingkan yang kita kira. Dia mungkin sudah mengetahui rencana kita dari Larson dan para bawahannya," ujar Hugh seraya menatap sinis Rebel. "Kita harus bersiap untuk segala kemungkinan terburuk. Dia bisa melakukan sesuatu di luar dugaan kita."
Rebel menggebrak meja, melotot tajam. "Aku tidak terima jika kalian menyalahkanku untuk kasus ini. Kalian seharusnya berterima kasih karena aku mengetahui ini lebih cepat sehingga aku bisa memberitahu kalian."
Hector mengembus napas panjang. "Bukan saatnya untuk bertengkar sekarang. Alexander mungkin tertawa jika melihat kita saling bertengkar sekarang. Alexander memiliki kemampuan dan kekuatan di atas kita sehingga kita harus bekerja sama untuk mengalahkannya. Kita beruntung karena kita bisa mengungkap kemungkinan mata-mata yang telah disusupkan Alexander. Kemungkinan terburuknya adalah Alexander juga menyusupkan mata-mata di setiap kelompok sekutu kita.”
"Termasuk di kelompok kalian berdua." Rebel segera menambahkan, tersenyum kecut.
Hector dan Hugh saling berpandangan, mulai menerka-nerka kemungkinan hal tersebut.
"Kau benar, Rebel." Hector bersandar di kursi, menatap minumannya yang tidak lagi mengeluarkan asap. Kepalanya terasa ingin pecah karena memikirkan masalah ini. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri.
"Kemungkinan mata-mata di setiap kelompok bisa saja terjadi. Jika Alexander mampu menyusupkan mata-mata ke dalam pasukanmu, maka dia bisa melakukan hal yang sama pada kelompok yang lebih lemah darimu." Hugh teringat dengan perkataan Hank soal kecurigaannya pada Pedro.
"Berbicara mengenai mata-mata dan penyusup, putraku Hank sempat mencurigai seseorang."
Hector seketika membuka mata. "Maksudmu kecurigaannya mengenai Pedro?"
Hugh mengangguk, mengepalkan tangan erat-erat.
"Siapa itu Pedro?" tanya Rebel.
"Pedro adalah salah satu petarung terbaikku. Dia memiliki kemampuan beladiri yang sangat mumpuni." Hector tersenyum, tetapi tak lama setelahnya menjadi bertanya-tanya bagaimana jika seandainya memang Pedro adalah penyusup.
"Kenapa putramu mencurigai Pedro? Apa Pedro menunjukkan tanda mencurigakan?"
"Kami sempat membahasnya, tapi kami tidak mendapatkan bukti apapun. Hank mencurigai Pedro berdasarkan firasatnya."
"Kemungkinan jika Pedro adalah mata-mata bisa saja terjadi, terlebih Alexander memiliki orang-orang terampil yang mampu menyamar dan mengubah seseorang seperti orang lain dengan nyaris sempurna." Rebel menunjukkan foto Larvin dan tiruannya pada Hector dan Hugh.
"Lihatkan kedua foto ini baik-baik."
Hector dan Hugh mengamati dua orang pria tua yang serupa, saling berpandangan sesaat. "Salah satu dari mereka adalah Larvin yang asli."
"Mereka nyaris serupa dari berbagai sisi." Hugh menggertakkan gigi.
Rebel mengambil foto tiruan Larvin. "Foto ini adalah foto sosok tiruan Larvin. Aku mengenal Larvin sejak lama sehingga aku bisa menyadari keanehan dari sosok tiruan ini. Jika aku tidak mengenal Larvin cukup baik, aku mungkin akan terkecoh. Sosok tiruan Larvin memiliki informasi yang sangat banyak dan akurat mengenai Larvin, aku, dan hubungan di antara kami serta beberapa rekan kami berdua."
Rebel mencengkeram foto, menghembus napas panjang.
"Perkataanmu semakin menunjukkan jika Larson dan Larvin sudah bekerja sama dengan
Alexander. Tiruan Larvin kemungkinan besar mendapatkan informasi itu langsung dari Larvin dan mempelajarinya dengan sebaik mungkin," ucap Hector.
"Kau benar. Hanya saja aku menyangsikan beberapa hal. Apa Larvin memang memberitahu Alexander mengenai informasi itu dengan sukarela, atau justru melalui paksaan? Aku mengenal Larvin sebagai sosok yang sangat keras kepala. Jadi, dia tidak mungkin mau memberikan informasi secara percuma jika tidak terdesak atau mendapatkan imbalan. Tapi, dari sanalah aku semakin yakin jika Larvin memiliki hubungan dengan Alexander."
"Kita harus memastikan hubungan saudara kembar Larvin dengan Alexander untuk menjawab dan memastikan kecurigaanmu." Hugh meneguk minuman.
"Aku akan mengirim informasi pada seluruh sekutu kita mengenai kemungkinan mata-mata yang sudah disusupkan oleh Alexander. Masalah ini harus segera selesai sebelum kita menyerang Alexander." Hector bersiap mengirim pesan.
"Kita harus bertindak cepat sebelum Alexander menyerang kita lebih dulu.”
"Lalu, dimana pria bernama Pedro itu sekarang?" tanya Rebel, "aku ingin melihatnya. Jika dia memang mencurigakan, kita harus segera menghabisinya."
"Stryker meminjam Pedro dariku selama beberapa hari karena dia mendapatkan masalah dengan kelompok pengganggu di hutan Daintree," kata Hector seraya mengetuk-ngetuk meja.
"Jika Pedro adalah mata-mata, maka dia bertindak sangat luar biasa sampai kau berani meminjamkan Pedro pada Stryker. Dia kemungkinan menyusup dan mendapatkan informasi mengenai Stryker."
Hector dan Hugh saling bertatapan.
"Kita tidak bisa bertindak gegabah dengan menghabisi orang-orang yang terlihat mencurigakan, terlebih di keadaan seperti ini. Kita harus bisa berpikir tenang dan bertindak hati-hati. Jika kita salah mengambil langkah, kita hanya akan membuat Alexander kegirangan."
"Sialan! Alexander membuatku sangat jengkel!" Rebel menggebrak meja hingga gelas berjatuhan ke lantai.
Rebel bersandar di kursi. "Kepalaku seperti akan meledak karena beragam peristiwa yang terjadi padaku dalam satu hari ini. Pasukanku berhasil menangkap Cortez, pasukannya, dan beberapa pasukan Larson. Mereka sedang dalam perjalanan. Kita mungkin bisa mendapatkan informasi penting mengenai Larson dan dua orang mata-mata Alexander."
"Aku harap kau tidak membuatku kembali menunggu untuk ketiga kalinya hari ini, Rebel." Hector tersenyum kecut. Ia kembali meragukan Pedro setelah kejadian ini, bahkan mulai meragukan Hugh, Hector, dan sekutu-sekutunya yang lain.
Sementara itu, Larson, Robbins, Jaden, dan anggota pasukan baru saja mencapai pinggiran kota setelah berlari cukup lama. Mereka tampak sangat kelelahan, bermandi keringat.
"Larson, kau harus menjawab pertanyaan kami sekarang. Apa benar kau sudah berkhianat pada Tuan Rebel?" Salah satu pasukan Larson mengarahkan pistol, kemudian diikuti oleh anggota pasukan yang lain. "Kami membutuhkan jawaban darimu sepenuhnya."
Larson menghembus napas panjang. Ia masih belum pulih dari kelelahan, tetapi pasukannya mendorongnya untuk berterus terang. "Aku mengkhianati Rebel karena dia memang berniat untuk mencelakaiku dan ayahku sejak dulu. Penyakit yang diderita ayahku kemungkinan besar adalah akibat dari ulah Rebel. Hal itu diakui oleh ayahku sendiri. Selain menyerang kita, Rebel juga memerintahkan untuk menyerang pasukan kita di Solvenith."
Pasukan Larson sontak terkejut, saling bertatapan satu sama lain.
"Aku yakin Rebel juga mengincar Cortez dan pasukannya sekarang. Dia sengaja mengadu antara aku dan Cortez sehingga kita saling menyerang hingga pada akhirnya dia menghabisi kita semua. Aku sengaja menempatkan ayahku di tempat yang aman."
"Satu pertanyaan terakhir, Larson. Katakan, apa benar kau bekerja sama dengan Alexander, orang yang akan menghabisimu ketika kau bekerja sama dengan dua orang dari negara Havreland?"
Larson seketika terdiam, menoleh pada Robbins dan Jaden.
Kedua pria itu akan menghabisi pasukannya jika pasukannya menyerangnya. Jika ia melawan, maka ia akan dituduh sebagai pengkhianat dan Larvin akan berada dalam bahaya.
"Jika kalian masih ingin tetap hidup, percayalah padaku." Larson mengepalkan tangan erat-erat, berusaha meyakinkan pasukannya.
Pasukan Larson menatap Robbins dan Jaden yang sudah bersiap dengan pistol. Mereka akan sangat kesulitan bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menang jika bertarung dengan dua pria itu. Di saat yang sama, kecurigaan mereka bahwa Larson bekerja sama dengan Alexander semakin membesar.
Beberapa anggota pasukan Larson mulai saling bertatapan, seakan bertanya tindakan apa yang harus mereka ambil dalam situasi seperti sekarang. Apa yang harus mereka pilih?
ini kan pakai bahasa Sunda yg di balik. 😁.. meni lieur atuh thoor 🤭😂
Apakah grup Hugo mengirim orang untuk membantu Franklin, Caesar dll ?
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.