Di istana yang berkilauan, kebohongan adalah mata uang dan darah adalah harga dari kesetiaan. Seorang pelayan setia menyaksikan dosa tak terampuni yang dilakukan sang Permaisuri—dan dibungkam selamanya.
Atau begitulah yang Permaisuri pikirkan.
Langit yang menjadi saksi pilu mengembalikan Takdir si pelyan setia, mengembalikannya dari gerbang kematian, memberinya wajah baru, identitas baru—tubuh seorang selir rendahan yang terlupakan. Dengan jiwa yang terbakar dendam dan ingatan yang tak bisa dihapus, ia harus memainkan peran sebagai wanita lemah, sambil merajut jaring konspirasi paling mematikan yang pernah ada di istana. Tujuannya bukan lagi sekadar bertahan hidup, melainkan merenggut keadilan dari singgasana tertinggi.
Setiap bisikan adalah pertaruhan. Setiap senyuman adalah topeng. Di tengah intrik berdarah antara selir dan para menteri, mampukah ia meruntuhkan kekuasaan sang Permaisuri dari bayang-bayang sebelum identitas aslinya terungkap dan ia mati untuk kedua kalinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Mencari Bukti Kematian Selir Hong.
Malam telah menyelimuti Istana Naga Agung dalam kain beludru hitam pekat, hanya diterangi oleh obor-obor minyak yang bergetar dan bulan sabit yang tipis. Setelah kemenangannya yang mematikan di Balai Naga Kembar, Selir Xia Fei, tahu bahwa Permaisuri Xiu Feng tidak akan tidur. Ancaman telah diucapkan, dan kini tiba saatnya untuk mengambil langkah nyata yang paling berbahaya: kembali ke tempat ia (sebagai Xiao Ling) pertama kali menemukan kebenaran.
Di Istana Dingin, Xia Fei dengan cekatan menanggalkan jubah sutra dan perhiasan yang diberikan Raja Long. Ia menggantinya dengan pakaian pelayan berwarna gelap dan sepatu lembut yang nyaris tidak mengeluarkan bunyi. Gerakan tubuh Selir Xia yang awalnya rapuh, kini dipandu oleh ingatan otot Xiao Ling, menunjukkan kelenturan yang terlatih dan tujuan yang tegas.
“Jaga istana. Jangan biarkan siapapun masuk, bahkan tikus pun,” bisik Xia Fei kepada Hua, pelayan cerdik yang baru ia rekrut. Hua, dengan wajah pucat, mengangguk. “Hamba akan menutup pintu utama dan menunggu Anda kembali, Selir. Semoga roh Selir Hong melindungi langkah Anda.”
Xia Fei menanggapi dengan anggukan singkat. Ia menyusup melalui pintu belakang Istana Dingin, menghilang ke dalam labirin koridor istana yang gelap. Menggunakan peta mental yang ia susun dari masa lalunya sebagai pelayan, dan kini diperbarui melalui pengamatan Selir Xia, ia bergerak cepat menuju sayap yang disegel: Istana Kehangatan, bekas kediaman Selir Hong. Di sisi yang lain, yang tidak dia tempati karena itu adalah tempat Selir Hong meninggal. Yang sekarang di jaga ketat oleh para pasukan. Selur Xia Fei hanya menggunakan sisi lainnya saja, untuk dia tempati. Berdekatan dengan wilayah terlarang itu, bagian dimana selir Hong meregang nyawa dengan janin yang dia lindungi namun gagal.
Istana Kehangatan sisi itu, terletak di area terpencil, diselimuti kesunyian yang dingin, seolah-olah duka Selir Hong masih menggantung di udara. Istana itu disegel, ditandai dengan segel kaisar, dan dijaga oleh dua pengawal kekaisaran yang tampak kusam—mereka adalah mata dan telinga Xiu Feng, memastikan tidak ada yang mendekati tempat kejahatan itu terjadi.
Xia Fei bersembunyi di balik pohon willow tua, jantungnya berdebar, bukan karena takut, melainkan karena gejolak emosi. Ia berada di ambang batas antara masa lalu dan masa kini. Tubuhnya adalah Selir Xia, tetapi jiwanya adalah Xiao Ling, yang dibunuh hanya beberapa langkah dari tempat ini. Dendam membakar sarafnya, memberinya kekuatan yang melebihi batas fisik Selir Xia.
Ia menunggu pergantian shift. Tepat ketika pengawal yang lengah mulai berpindah tempat, Xia meluncur seperti bayangan. Ia menggunakan trik pelayan lama: menjatuhkan kantong pasir kecil ke arah berlawanan untuk mengalihkan perhatian, lalu dengan cepat menyelinap melalui jendela dapur yang rusak, tempat yang hanya diketahui oleh staf internal.
Udara di dalam Istana Kehangatan sisi itu, terasa tebal, berbau apek, dan debu tebal menutupi segalanya. Xia menarik napas dalam-dalam. Setiap langkah di lantai kayu yang berderit adalah pengkhianatan. Ia melangkah ke aula utama, tempat Selir Hong sering tertawa dan menjamu Raja Long.
"Majikan… saya kembali,”bisik Xiao Ling dalam hati. Rasa bersalah karena tidak mampu melindungi Selir Hong menggerogotinya. Ia harus mencari bukti yang ia tinggalkan, bukti yang tersembunyi karena kepanikan dan kekejaman yang mengikutinya.
Xia bergerak cepat ke kamar tidur Hong. Tempat tidur sutra yang kini kotor masih terhampar, seolah-olah Selir Hong baru saja bangkit. Fokusnya adalah pada lokasi yang ia ingat; sebelum ia melarikan diri untuk mencari bantuan, Xiao Ling telah mengumpulkan beberapa benda kecil yang ia curigai.
Ia merangkak di bawah ranjang, mengamati setiap sudut lantai, hingga ia mencapai dinding belakang yang tertutup kain tebal. Dengan ujung jarinya, Xia meraba dinding. Ia ingat, Hong pernah meminta Xiao Ling memperbaiki sedikit retakan di sana, dan mereka menyembunyikan mainan anak anjing di sana sebagai lelucon untuk Raja Long.
Dengan susah payah, Xia mendorong salah satu bata yang longgar. Debu dan kotoran jatuh, tetapi celah kecil itu terbuka. Di dalamnya, tidak ada mainan anjing, tetapi sebuah kotak kayu kecil yang disembunyikan Xiao Ling beberapa saat sebelum penangkapannya.
Napas Xia tercekat. Ia meraih kotak itu. Di dalamnya terdapat tiga item: surat yang ditulis Hong kepada ibunya, sebuah kunci perak yang tidak dikenalnya, dan yang paling penting, sepotong kecil kain sutra biru yang telah dilipat dan disegel rapat dengan lilin dingin.
Kain sutra biru. Itu adalah kain dari jubah malam Hong yang ia kenakan pada malam kematiannya. Xiao Ling, dengan naluri pelayan yang cerdik, telah merobek sepotong kecil kain itu dan menyimpannya. Xiao Ling menduga, jika ada racun dosis rendah yang digunakan, residunya mungkin akan menempel pada serat kain, terutama jika itu keringat atau cairan tubuh.
Xia mengangkat kain itu ke hidungnya, meskipun ia tahu racun itu tidak berbau. Tetapi sentuhan pada kain itu membangkitkan ingatan visceral tentang rasa sakit Hong, tentang wajah pucat majikannya, dan keputusasaan terakhirnya. Air mata panas mengalir di pipi Selir Xia, membasahi debu di tangannya.
“Aku bersumpah, Selir Hong. Aku akan mengembalikan kehormatanmu,” janji Xia, suaranya hampir tidak terdengar, tetapi dipenuhi kekuatan sumpah epik. Barang bukti ini—kain itu—adalah bukti fisik yang tidak bisa disangkal. Ia harus menganalisis residu itu di luar istana.
Saat Xia memasukkan kotak itu ke dalam jubahnya, telinganya yang tajam (warisan dari Xiao Ling) menangkap suara langkah kaki yang berat, bukan langkah penjaga istana biasa, tetapi sepatu bot militer yang terbuat dari kulit yang tebal. Ada tiga orang, bergerak lambat, menyisir halaman Istana Kehangatan sisi yang lain dalam gelapnya malam.
Jenderal Lie! Xiu Feng tidak membuang waktu. Jika orang-orang Jenderal Lie berada di sini, itu berarti mereka tidak hanya menyelidiki Selir Xia, tetapi juga mencari bukti yang mungkin ditinggalkan Xiao Ling—buktinya sendiri.
Xia segera mematikan obor kecil yang ia bawa dan bersembunyi di balik tirai tebal yang berdebu. Langkah kaki itu berhenti tepat di depan jendela yang ia masuki. Ia bisa mendengar bisikan kasar para prajurit.
“Jenderal Lie berkata istana ini harus bersih. Permaisuri takut ada jejak kaki yang tertinggal dari pelayan bodoh yang tewas itu,” kata suara pertama, keras dan serak.
“Tidak mungkin pelayan itu meninggalkan apa pun. Dia hanya seekor semut yang diinjak. Tapi kita harus memeriksa semua lubang persembunyian di tembok. Khususnya kamar tidur,” balas suara kedua.
Jantung Xia berdetak kencang, memalu di dadanya. Mereka tahu tentang tempat persembunyian! Apakah Xiu Feng curiga? Atau apakah ini hanya tindakan pencegahan?
Ketiga prajurit itu memasuki ruangan tempat Xia bersembunyi. Xia menahan napas, tubuhnya merapat ke dinding. Jaraknya hanya beberapa langkah dari mereka. Ia bisa merasakan bau keringat, tanah, dan logam dari baju besi mereka.
Saat salah satu prajurit mengulurkan tangan ke arah tirai tempat Xia bersembunyi, Xia tahu ia tidak bisa melawan. Ia harus melarikan diri, sekarang, dengan bukti ini.
Menggunakan keahliannya yang tersembunyi, Xia dengan tenang menjatuhkan lampu minyak kecil di ujung ruangan, menciptakan bunyi denting keras yang pecah. Para prajurit segera berbalik, pedang mereka terhunus.
“Siapa di sana?!” teriak pemimpin mereka.
Saat perhatian mereka teralihkan, Xia melompat dari balik tirai dan berlari menuju pintu utama, bergerak lebih cepat daripada yang bisa dilakukan Selir Xia yang lemah. Itu adalah Xiao Ling yang bergerak, didorong oleh adrenalin.
Prajurit-prajurit itu meraung dan mulai mengejar. Xia berlari keluar dari Istana Kehangatan, melewati pengawal yang bertugas yang kini ikut terkejut. Ia tidak bisa melarikan diri melalui gerbang utama; itu akan terlalu mencolok. Ia berlari ke arah sayap barat, menuju taman terlarang yang mengarah ke tembok luar istana.
Tiba-tiba, ia merasakan sentuhan dingin di lehernya. Sebuah pedang melintas di depannya, nyaris mengenai kulitnya. Ia menoleh dan melihat salah satu prajurit Jenderal Lie tepat di belakangnya, wajahnya dipenuhi amarah.
“Kau tidak akan lolos, wanita licik!” geram prajurit itu, mengangkat pedangnya untuk pukulan terakhir.
Xia berputar dengan refleks yang cepat, menggunakan lengan ramping Selir Xia untuk memblokir, tetapi ia tahu ia tidak akan bertahan lama dalam pertarungan fisik. Namun, saat prajurit itu menyerang, Xia menggunakan seluruh kekuatan yang diberikan dendam padanya. Ia menendang lutut prajurit itu, menjatuhkannya, dan tanpa menunggu, ia melompat ke atas tembok, meninggalkan Istana Kehangatan, dengan bukti berharga itu tersimpan aman di dadanya. Jenderal Lie kini tahu ada seseorang yang mencari di tempat kejadian perkara, dan Selir Xia telah menjadi buronan yang dicari, bahkan jika mereka belum tahu identitasnya.
"Sial! Kejar... jangan sampai lolos!"
Jg bercerita tentang misteri yg harus dipecahkan. Penyelidikan bak seorg detektif profesional yg memecahkan sebuah kasus rumit. Adu strategi, kecerdikan dan kecerdasan. Kombinasi sempurna yg mematikan antara kecerdasan, kecerdikan, kecantikan, kekuatan dan ketangguhan.
Tq kk ceritanya. Semangat berkarya. Berkah&Sukses selalu.