NovelToon NovelToon
Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alin Aprilian04

Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.

Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.

Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekesalan

Amira menahan ngantuk saat mendengar kajian Rayhan. Pria itu menjelaskan isi kitab yang di bacanya dan memahami isinya. Amira sesekali menguap dan tak sadar memejamkan mata karena rasa ngantuk yang sangat menderanya. Ia menatap jam di dinding yang masih menunjukan pukul 6 pagi. Masih satu jam lagi Rayhan akan berceramah di depannya dan itu sungguh terasa sangat lama. Ia sudah lama tidak terbiasa dengan rutinitas ini, terakhir rutinitas ini di lakukan saat ia mondok waktu SMA.

Bruk

"Astagfirullah!"

Rayhan terkejut saat mendapati Amira yang kini tertidur ke arah samping.

"Amira!"

"Hey!" Rayhan menepuk-nepuk pipi Amira. Namun wanita itu tetap memejamkan matanya.

"Astagfirullah, malah tidur." Rayhan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Amira bangun, atau saya ambil air ini!"

"Amira ngantuukk, Mass!" Rengek Amira masih memejamkan matanya.

"Ya Allah... " Rayhan mengelus dada, ia harus sabar dengan tingkah Amira yang sangat kekanak-kanakan.

"Bangun, Amira. Gak baik tidur abis subuh. Nanti seret rezekinya."

"Gapapa lah. Mas gak ngasih uang juga masih ada Abi dan Kak Rasyid!" Gumamnya.

Rayhan menghela nafas. "Adaa aja kamu tuh yaa jawabannya. Cepet bangun, Amira. Atau hukuman jangan keluar rumah satu Minggu masih berlaku nih!"

"Iiilsshh, nyebeliinn deehh!"

Amira langsung bangun, matanya terbuka dengan terpaksa. Ia kembali mendudukan badannya di kursi lesehan berwarna mocca itu. Mukena yang menghiasi wajahnya tampak berantakan hingga anak rambutnya keluar. Wajahnya terlihat sangat kesal, bibirnya cemberut lucu.

Rayhan sedikit mengulum senyum, melihat kelakuan Amira itu terkadang lucu namun juga terkadang menguras kesabarannya.

"Apa senyum-senyum!" Amira mengerucutkan bibirnya.

"Lucu aja kaya ngajarin anak TK."

"Suruh siapa nikahin anak kecil. Makanya jangan nikahin, gak akan ribet hidup kamu!" Kesal Amira memutar bola matanya.

"Ini takdir dari Allah."

"Isshh, terserah!"

"Yaudah dengerin lagi ceramah saya yaa. Jangan tidur lagii!"

"Iyaaa Bapak Ustaadzz, kyai Rayhan yang terhormat!" ucapnya memutar bola matanya kesal.

Rayhan tertawa kecil mendengar celotehan asal Amira. Wanita ini benar-benar memporak-porandakan suasana hatinya.

***

"Bi udah siapin sarapan yaa?" Rayhan mengancingkan kemejanya. Ia hendak bersiap untuk bekerja.

"Udah, Pak. Ini udah siap!" BI Atin menaruh sebuah roti panggang dan susu putih disana.

Rayhan pun menuju meja makan dan duduk disana, "Makasih banyak yaa, BI."

"Sama-sama, Pak!" Bi Atin mengangguk lalu kembali ke dapur.

"Amiraa!" ujar Rayhan memanggil sang istri.

"Tadi Neng Amira katanya mau membereskan baju di kamar tamu, Pak."

"Oh yaa, coba saya liat."

Rayhan berdiri dari duduknya. Lalu ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar sebelah yang dimana kamar itu adalah kamar khusus tamu. Ia membuka pintu yang tertutup rapat itu. Dan ia pun melihat sang istri ternyata tertidur lelap disana dengan masih memakai piyama yang di pakainya semalam.

Rayhan menghela nafas, istri kecilnya itu benar-benar menguji kesabarannya. Ia pun menghampiri Amira, lalu duduk di sebelah ranjang berukuran queen size itu. Tangannya menepuk-nepuk lengan Amira membangunkannya.

"Amira bangun!"

"Hei!"

"Amiraa!"

Wanita itu benar-benar terlelap dalam tidurnya. Tak menghiraukan suara Rayhan. Kesal, bagaimana tidak, ia harus berangkat pagi-pagi dan mendapati istrinya belum bangun sama sekali. Seharusnya Amira menemani dirinya sebelum bekerja.

"Amira awas di kepala kamu itu ada kecoa!" Rayhan mengagetkan.

"Manaaa!" Amira seketika terperanjat dari tidurnya. Ia merasa sangat ketakutan. Ia phobia dengan binatang menjijikan itu. Tangannya kini menghambur memeluk Rayhan tanpa sadar. Hingga keduanya kini ambruk saling berpelukan di lantai akibat pelukan keras Amira di tubuh Rayhan.

Amira kini menelusupkan wajahnya di dada bidang Rayhan meminta perlindungan. Sedangkan Rayhan kini menganga tak percaya dengan apa yang di lakukan Amira.

"Takuuuttt, Mas!" Amira bergidik ngeri.

"Gak, saya... "

"Matiin kecoanya, Mas. Amira takuutt!"

"Abiiii!" Rengeknya.

"Saya bohong, gak ada kecoa!"

Amira seketika membulatkan matanya, "Iiihhh!"

"Kamu sengaja yaa?" Amira segera mengangkat tubuhnya dan berdiri menatap kesal Rayhan.

"Saya cuman kesal karena kamu susah untuk di bangunin. Makanya saya cari alasan,"

"Alah, bilang aja kalau mau meluk."

"Jangan kegeeran jadi orang."

" Iihhh nyebelin banget sih!" Amira menepuk-nepuk dada dan lengannya seolah membersikan bekas pelukan Rayhan.

"Makanya lain kali jangan susah di bangunin. Di rumah ini di larang tidur pagi-pagi!"

"Lagian punya jadwal ibadah udah kaya kakek kakek aja. Santai aja lah, orang masih umur 20 tahun kok masih muda."

"Emang yakin umurnya bakal panjang?"

"Kamu do'a in aku yaa?" Amira menatap kesal.

"Cuman mengingatkan!" Reyhan melangkahkan kakinya lalu membuka pintu.

"Cepat mandi, hari ini kamu harus ikut saya ke Rumah Sakit karena Aba jadwalnya check up. Saya tunggu dalam waktu sepuluh menit. Tidak ada bantahan!" ujar Rayhan lalu menutup pintu kamar.

"Iiihhh, nyebelin banget sihh itu orang!" Amira mengepalkan tangannya serasa ingin menonjok pria yang menjadi suaminya itu.

"Dasar om om tua!" Gerutunya.

***

Rayhan menatap Amira dari ujung kaki hingga kepala. Wanita yang menjadi istrinya itu kini  memakai celana high waist dengan atasan berwarna coklat tua. Amira sudah sangat siap dengan riasan di wajahnya lengkap dengan tas yang di tentengnya.

"Kenapa pakai baju kaya gitu?" Rayhan mengerutkan keningnya tak setuju.

"Terus pakai apa? Karung goni?" Amira mendelik kesal.

"Yang sopan kalau bicara sama suami!"

"Iya, iyaa." Amira menghela nafas, "Terus saya harus pakai baju apa Mas Rayhan yang terhormaatt?" Amira duduk di meja makan lalu meminum susu yang sudah di siapkan.

"Pakai gamis!"

"What? Aku udah pakai baju rapih gini, Mas!"

"Ganti, Amira. Saya tidak mau aurat istri saya terlihat."

"Astagfirullah, ini udah sopan banget, Mas. Bagian mana yang terbuka."

"Itu pinggangnya ketat, Amira. Dadanya juga harus tertutup oleh jilbab. Itu kenapa jilbabnya di lilit kaya gitu?"

"Astagfirullah, ini fashion, Mas. Ih kolot banget sih jadi orang!"

"Terserahlah, pokoknya ganti."

"Gak mau!" Amira menggelengkan kepalanya.

"Ganti, Amira."

"Gak mau, Mas!" Amira melipatkan kedua tangannya di dada.

Rayhan menghampiri istri kecilnya tersebut, ia menatap Amira dengan tatapan elangnya yang seketika membuat Amira ciut ketakutan.

"Kenapa rasanya susah sekali ngatur kamu, Amira. Dulu ketika saya mendidik Khadijah sangat gampang, dia sangat nurut pada saya!"

Amira seketika terdiam, entah kenapa kata-kata Rayhan kali ini begitu menyayat hatinya. Rasa di banding-bandingkan dengan mendiang istrinya, membuat ia menjadi rendah diri. Ia tahu ia tak sempurna, sering membantah, namun ia bersikap seperti ini karena ia tidak mencintai suaminya.

"Jangan banding-bandingin aku sama dia, Mas. Aku tahu aku gak sebaik mendiang istri kamu. Aku tahu dia lebih cantik, lebih shalihah, lebih lembut dari pada aku. Jadi kenapa kamu gak cerain aku aja sekalian. Aku siap kalau harus di talak tiga sekarang juga." Amira menatap marah Rayhan, ia berdiri lalu membawa tas yang di taruhnya di atas meja.

"Aku paling gak suka di banding-bandingin." Amira melangkahkan kakinya menuju keluar rumah.

"Mau kemana, Amira!" Rayhan mengejar, menggenggam tangan Amira.

"Lepasin!" Amira menepis tangan besar itu.

"Mau kemana dulu? Saya gak izinin kamu pergi sendirian!"

"Lepas, sakit!"

Rayhan melihat manik mata itu yang penuh dengan cairan bening. Ia merasa bersalah karena salah berbicara, ia tak berniat untuk membandingkan. Hanya saja ia terlalu kesal dengan sikap Amira yang tidak menghormati dan selalu membantahnya.

"Maafin, Mas. Mas gak bermaksud... "

"Lepass ih!"

"Gak, saya gak akan lepasin kamu. Kamu tanggung jawab saya kalau sampai kenapa-napa."

"Ish!" Amira menepis tangan Rayhan. Air matanya akhirnya luruh membasahi pipinya.

Amira menangis membuat hati Rayhan luluh seketika. Rasa bersalah dalam dirinya semakin terbenam. Tangan yang tadi mencengkram pergelangan tangan Amira pun perlahan terlepas.

"Maafkan saya, Amira. Saya gak bermaksud menyakiti kamu." Rayhan menghampiri Amira lebih dekat, tangannya mengusap lembut bahu sang istri. Namun Amira kembali menepis tangannya lalu menjaga jarak.

"Kau tahu Mas kita menikah bukan karena cinta. Jadi maafkan aku yang belum bisa menjadi istri yang baik, lebih tepatnya belum mau!" Amira menyindir.

"Maafkan, Mas. Demi Allah Mas tidak bermaksud membanding-bandingkan."

Amira kembali menggeser tubuhnya, ia menangis, "Kamu jahat. Abi juga belum pernah ngebanding-bandingin Amira sama yang lain."

Rayhan menghela nafas berat. "Ya Allah, jadi ngerasa dosa gini, maaf yaa Amira!"

Amira semakin terisak. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar. Rayhan hanya bisa terdiam pasrah. Ia membiarkan Amira menenangkan dirinya terlebih dahulu. Ia memang merasa bersalah telah membanding-bandingkan wanita. Sedangkan ia sudah memahami karakter wanita yang dominan perasaan. Hanya saja barusan ia tak bisa mengontrol dirinya, rasa kesal dan jengkel seketika menghampirinya sehingga terlontar kata-kata yang menyinggung bagi Amira.

"Maafkan saya, Amira."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!