Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 10 Arjuna VS Ryuga
Happy reading
Pagi ini lapangan basket SMA Jaya Bangsa dipenuhi oleh para guru dan ratusan siswa yang sudah bersiap untuk menyaksikan pertandingan basket antara tim Arjuna dan tim Ryuga.
Bahkan, para guru dan semua siswa SMA Adikara pun turut hadir. Mereka membaur di lapangan dan bersiap memberi dukungan untuk Ryuga beserta tim-nya.
Penampilan Arjuna kali ini berhasil menghipnotis kaum Hawa dan membuat mereka terpesona.
Jersey basket dan celana pendek yang dikenakan, menjadikan Arjuna terlihat seperti anak SMA. Sebaya dengan Ryuga.
Sama seperti Arjuna, penampilan Winata pun berhasil menghipnotis kaum Hawa. Ia terlihat lebih muda dari usianya.
Handsome dan cool.
Tim Arjuna terdiri dari lima orang. Mereka adalah Arjuna, Winata, Dimas, Conal, dan Dirgantara.
Arjuna membagi tugas sebelum pertandingan dimulai.
Ia menunjuk Winata sebagai Point Guard, yang bertugas mengatur serangan, membawa bola, dan memberikan umpan kepada rekan satu tim, karena memiliki dribbling dan passing yang baik.
Dimas sebagai Small Forward. Pemain yang fleksibel, bisa mencetak angka dari berbagai posisi, baik dari dalam maupun luar area tembakan. Ia juga berperan dalam membantu serangan dan pertahanan.
Conal sebagai Power Forward, karena memiliki tubuh yang cukup tinggi dan kuat. Tugas Conal merebound bola atau mengambil bola pantul, menjaga area pertahanan, dan mencetak angka dari jarak dekat.
Dirgantara sebagai Center. Pemain tertinggi dalam tim yang bertugas menjaga area ring, merebound bola, dan menghalangi tembakan lawan.
Sementara Arjuna sendiri sebagai Shooting Guard, yang bertugas mencetak poin melalui tembakan jarak jauh atau three-point.
Para guru dan semua siswa SMA Jaya Bangsa menyerukan nama Arjuna beserta tim-nya. Sementara para guru dan semua siswa SMA Adikara menyerukan nama Ryuga-sang bintang basket.
"Bersiaplah menerima kekalahan, Pak Juna." Ryuga terlihat jemawa. Ia tersenyum mencemooh dan memandang remeh lawannya.
Arjuna menarik kedua sudut bibirnya dan enggan membalas ucapan Ryuga yang memang tidak penting untuk ditanggapi.
Permainan dimulai.
Tim Arjuna tampak kompak dan melakukan tugas mereka masing-masing sesuai instruksi.
Karena menganggap remeh lawannya, tim Ryuga terkecoh. Berulang kali mereka kebobolan karena tembakan yang dilakukan oleh Arjuna.
"Semangat, Pak Juna. I love you ...."
Teriakan Diana sukses mengalihkan atensi Ayu yang semula tertuju pada para pemain, terlebih pada sosok yang saat ini menjadi bintang lapangan--Arjuna Tsaqif.
Ayu menoleh ke arah Diana yang terus-menerus menyerukan perasaan cintanya pada Arjuna.
Entah mengapa ia merasa tidak suka mendengar kata-kata itu. Ia juga tidak suka melihat tatapan Diana yang penuh damba terhadap Arjuna.
"Bu Diana bisa diem nggak sih? Bikin bu-deg aja!" ujarnya yang membuat Diana mendelik dan terpancing emosi.
"Kalau pingin nggak bu-deg, sumpel saja telingamu pake upil."
"Ck, mana bisa upil dipake' buat nyumpel telinga."
Ayu menghembus napas kasar, kemudian mengalihkan atensinya kembali pada sosok yang dipuja oleh Diana.
Pertandingan basket semakin memanas, karena Ryuga berusaha memaksimalkan kemampuannya sebagai seorang bintang basket.
Ia merutuki dirinya sendiri yang terlalu meremehkan lawan.
"Ayo, Pak Juna! Kamu bisa! I love you so much ...." Kali ini bukan Diana yang berteriak, melainkan Anggita. Siswi kelas 12B yang sangat mengidolakan Arjuna.
Ayu berdecak kesal. Telinganya serasa panas mendengar kata-kata yang di teriakan oleh Anggita.
"Menjijikan!" ucapnya dengan sedikit mengeraskan suara, sehingga terdengar oleh Anggita.
"Heh, kamu ngomong apa?" Anggita bertanya pada Ayu dengan nada ketus.
Namun Ayu enggan menanggapi dan berpura-pura tidak mendengar.
Bukan karena takut. Ia hanya sedang malas berdebat.
"Uhuk, ada yang cemburu nih!" Nofiya menyenggol bahu Ayu dan menarik turunkan kedua alisnya.
"Siapa yang cemburu?"
"Kamu, Nyet."
"Ck, ngapain juga cemburu. Makhluk menyebalkan kaya' Pak Juna nggak pantes dicemburui."
"Yang benerrrr?"
"Ya iyalah."
"Masa'? Noh tadi buktinya, kamu keliatan kesel sama dua makhluk jadi-jadian yang nge-fans berat sama Pak Juna."
"Ya wajar kesel. Suara mereka bikin kuping bu-deg. Bikin mau muntah juga."
Nofiya terkikik geli. Ia tahu, Ayu hanya beralibi.
Semua penonton bersorak ketika pertandingan telah usai.
Skor yang diperoleh tim Ryuga sangat ketinggalan jauh dari skor yang diperoleh tim Arjuna. Itu berarti, Ryuga harus menerima kekalahan dan memenuhi perjanjiannya dengan Arjuna.
"Kamu ingat 'kan perjanjian kita?"
Ryuga tersenyum miring dan mengangkat satu alisnya ke atas.
"Ya, aku ingat."
"Sebagai seorang laki-laki gentleman, kamu tidak boleh mengingkari janji."
"Itu pasti."
Ryuga melenggang pergi, diikuti oleh semua tim nya. Mereka berjalan meninggalkan lapangan dengan perasaan tak karuan.
Baru kali ini mereka dikalahkan.
Sungguh sangat memalukan.
Mereka terpaksa mengakui kehebatan tim yang semula dipandang remeh dan bersiap menerima cacian.
"Pak Juna, ini handuknya." Yasmin mengulurkan handuk sambil memamerkan senyum yang teramat manis dan berharap Arjuna akan terpesona.
Ayu tidak tinggal diam. Ia sengaja menabrak tangan Yasmin, sehingga handuk yang ingin diberikan pada Arjuna terjatuh ke lantai.
"Ups, maaf. Handuknya jatuh. Jadi, nggak bisa dipakai."
Yasmin berdecak kesal. Ia berusaha menahan emosi untuk menjaga citra di depan sosok yang didamba.
Seutas senyum terbit menghiasi wajah Arjuna kala menyaksikan sikap Ayu yang menunjukkan rasa cemburu.
Bukan hanya menjatuhkan handuk, Ayu juga menghalangi para gadis yang ingin memberi selamat dan memeluk Arjuna.
"Pak Juna nggak boleh dipeluk. Bukan mahram!" ujarnya yang membuat Arjuna kembali menerbitkan senyum. Ia serasa ingin mengudarakan tawa karena geli melihat tingkah polah istrinya.
Arjuna semakin yakin jika Ayu dihinggapi oleh rasa cemburu, meski sikapnya masih terkesan acuh tak acuh.
Untuk menghindari para gadis yang masih ingin memberi selamat, Arjuna berpindah ke tempat yang sepi tanpa terlupa membawa Ayu untuk turut serta.
Mereka berjalan beriringan dan mencari tempat yang sekiranya aman untuk berbincang berdua.
"Ay, gimana permainan ku tadi?" Arjuna bertanya pada Ayu sambil menatap wajah Hawa yang kini berdiri tepat di hadapannya.
"Lumayan." Ayu menjawab singkat, tanpa membalas tatapan Arjuna dan sedikit menundukkan wajah.
"Kamu nggak ngasih ucapan selamat buat aku?"
Ayu sejenak terdiam. Bibirnya serasa berat mengucap kata selamat untuk Arjuna.
"Ay --"
"Selamat, udah berhasil ngalahin Ryu."
Arjuna mengembangkan senyum, lalu mengacak pelan rambut Ayu.
Ucapan Ayu yang teramat sederhana dan terdengar sedikit dipaksakan, mencipta binar di sepasang manik mata Arjuna.
"Makasih, Ay --" balasnya.
Ayu mengangguk samar, lantas mengeluarkan handuk kecil berwarna putih dari dalam tas dan memberikannya pada Arjuna.
Dengan senang hati Arjuna menerima handuk itu.
"Nggak sekalian di usapin keringet nya?" Arjuna sekedar menggoda.
"Nggak. Kamu bisa minta di usapin sama Bu Diana, Anggita, atau Yasmin."
"Beneran?"
Tak ada rangkaian kata yang terucap dari bibir Ayu. Namun hembusan napas kasar yang keluar dari indera penciuman-nya, mewakili jawaban yang ingin diberikan.
"Ya sudah, aku lap sendiri saja." Arjuna tertawa kecil, lalu menyeka keringat yang membingkai wajahnya dengan handuk pemberian Ayu.
"Jersey mu basah, buruan ganti baju. Pak Winata sama yang lainnya mungkin udah nunggu di ruang ganti."
"Siap, istriku. Aku tinggal dulu ya. Nanti kita ketemu di Jalan Teratai. Kita pulang bareng."
Ayu membalas ucapan Arjuna dengan mengangguk pelan.
Sebelum melangkah pergi, Arjuna melabuhkan kecupan di kening Ayu.
Tak ada penolakan dan Ayu hanya bergeming.
Arjuna lantas menyusul Winata yang sudah berada di ruang ganti bersama Dimas, Conal, dan Dirgantara. Meninggalkan Ayu yang masih berdiri di tempat yang sama sembari menatap punggungnya hingga menghilang dari pandangan mata.
"Doarrrr!!!" Nofiya, Machan, dan Ririn kompak membuat Ayu terkejut hingga terjingkat.
"Astaga. Usil banget kalian. Kalau jantungku copot gimana?"
"Pfttt, ya tinggal dipasang lagi, Nyet." Nofiya menimpali.
"Dari tadi kami cariin. Eh nggak taunya kamu mojok di sini." Ririn turut bersuara.
"Ho-oh." Machan menyahut--mengamini ucapan Ririn.
"Kamu mojok sama siapa, Nyet?"
"Kalian bisa lihat sendiri 'kan, aku di sini sendiri."
"Halah, tadi aku lihat ... kamu jalan sama Pak Juna. Jangan-jangan, kamu mojok sama crush-mu itu." Nofiya menyipitkan mata dan menatap Ayu penuh curiga.
"Ck, dah ah. Nggak usah kepo! Mendingan kita cari makan. Aku laper." Ayu beralibi.
Ucapan Ayu membuat Nofiya semakin curiga. Ia yakin, jika sahabatnya itu memiliki hubungan spesial dengan guru mereka, Arjuna Tsaqif. Dan Nofiya berkeinginan untuk mencari tahu.
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁
mandi berdua juga harusnya.
khilaf lagi ntar. Fix gak ke sekolah mereka hari ini
surga dunia..
aseeekk