NovelToon NovelToon
The Great General'S Obsession

The Great General'S Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Obsesi / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Sungoesdown

Wen Yuer dikirim sebagai alat barter politik, anak jenderal kekaisaran yang diserahkan untuk meredam amarah iblis perang. Tetapi Yuer bukan gadis biasa. Di balik sikap tenangnya, ia menyimpan luka, keberanian, harga diri, dan keteguhan yang perlahan menarik perhatian Qi Zeyan.

Tapi di balik dinginnya mata Zeyan, tersembunyi badai yang lambat laun tertarik pada kelembutan Yuer hingga berubah menjadi obsesi.

Ia memanggilnya ke kamarnya, memperlakukannya seolah miliknya, dan melindunginya dengan cara yang membuat Yuer bertanya-tanya. Ini cinta, atau hanya bentuk lain dari penguasaan?

Namun di balik dinding benteng yang dingin, musuh mengintai. Dan perlahan, Yuer menyadari bahwa ia bukan hanya kunci dalam hati seorang jenderal, tapi juga pion di medan perang kekuasaan.

Dia ingin lari. Tapi bagaimana jika yang ingin ia hindari adalah perasaannya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sungoesdown, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Batas Tembus Pandang

Langit sore mulai turun perlahan saat Qi Zeyan melangkah keluar dari kamar Wen Yuer. Udara di koridor utama terasa berat, bukan karena panas, melainkan karena keheningan yang seperti ditarik paksa. Dua penjaga berdiri di sisi pintu, tubuh mereka kaku seperti patung batu. Tak satu pun bersuara, tapi sorot mata mereka menunjukkan betapa mereka tidak ingin berada di situ.

Langkah Zeyan cepat dan berat. Bahunya menegang. Raut wajahnya menyiratkan bahwa apapun yang baru saja terjadi di kamar itu bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi, sebagaimana biasanya, tidak ada satu pun yang berani menanyakan.

Wen Yuer muncul sesaat kemudian, menyibak tirai pintu. "Qi Zeyan!" panggilnya lantang. "Kau tak bisa menahanku di kamar seperti ini!"

Zeyan berhenti. Ia tidak membalikkan badan sepenuhnya, hanya menoleh sedikit. Tatapannya seperti pisau, dingin dan tajam.

"Siapapun yang melanggar aturanku... akan dihukum. Termasuk kau, Wen Yuer."

"Kau beruntung aku tidak sampai memenggal kepalamu."

Ucapannya meluncur seperti cambuk yang meledak di udara, menyentak semua yang mendengarnya. Setelah itu, ia kembali berjalan, tak memberi ruang untuk perdebatan. Kedua penjaga bergerak refleks dan menutup pintu perlahan, meski sorot mata Yuer penuh kemarahan dan kehinaan.

Qi Zeyan memutuskan untuk memberinya hukuman kurungan di dalam ruangannya sendiri. Wen Yuer bisa menghabiskan waktu di dalam kamar seharian karena dia menyukai ketenangan, tapi bukan karena sengaja dikurung.

Dia harus mencari tahu tentang sosok itu lagi. Wen Yuer memijit kepalanya sendiri untuk meredakan stres.

...

Sore itu, saat sinar matahari mulai melembut, Mingyue masuk ke kamar Yuer setelah membuat keributan di depan kamar dengan dua penjaga.

"Yuer!"

Yuer mendekat dengan senyum di bibirnya, senang oleh kedatangan Mingyue.

"Aku tidak tau mau bilang apa, tapi kau benar-benar nekat, Wen Yuer."

Wen Yuer menekuk bibirnya dan menunduk dalam. "Kurasa aku memang kehilangan kewarasan."

Mingyue memukul pelan punggung tangan. "Jangan seperti itu. Aku tidak mau tau apa alasanmu karena kalau kau mau cerita kau pasti sudah cerita, jadi aku tidak akan memaksamu, tapi... Aku akan bicara dengan kakakku."

Yuer menatap Mingyue dan merasa bersalah. Sebagai seseorang yang sudah dianggap teman olehnya, Yuer tahu Mingyue tidak akan mengatakannya pada Qi Zeyan. Tapi, memberitahu Han Lin saja sekarang dia menyesal.

Maaf Mingyue, aku akan cerita tapi tidak sekarang.

"Kau tidak perlu melakukannya, aku memang pantas mendapatkan ini."

Lagi pula memasuki tempat pribadi yang jelas-jelas dilarang itu benar-benar tidak sopan. Tapi Wen Yuer bahkan sudah memikirkan untuk memasuki tempat itu lagi.

Benar, dia mungkin memang tidak sopan.

"Dia bisa mengganti hukumanmu dengan menyapu halaman selama satu putaran bulan atau menyusun berkas lama di ruangan arsip. Tentu jika kau berpikir itu lebih baik dibanding terkurung di kamarmu."

Wen Yuer menyengir. "Kurasa aku lebih baik dikurung di kamar."

...

Menjelang sore, Yuer merasa sesak di kamar. Ia memanggil pelayan.

"Bolehkah aku mandi?"

Pelayan menunduk ragu. "Nona, permintaan untuk membawa bak mandi harus mendapat izin dari Tuan Qi."

Yuer menghela napas panjang. "Kalau begitu, sebaskom air hangat saja. Dan kain bersih."

Beberapa waktu kemudian, air hangat datang dalam baskom besar. Yuer duduk di tikar, membuka lapisan luarnya, dan mulai menyeka tubuhnya perlahan. Rambutnya dibiarkan tergerai, jatuh seperti air hitam ke punggung. Cahaya keemasan sore menembus kisi jendela, memandikan ruangan dalam semburat kehangatan.

Hening.

Sampai tiba-tiba terdengar bunyi pintu terbuka.

Klek.

Pintu terbuka.

Qi Zeyan masuk. Dan ia berhenti. Matanya membelalak ketika mendapati Yuer hanya dibalut kain tipis yang basah dan menempel pada tubuhnya. Tubuh Zeyan menegang. Sebelum penjaga sempat melihat, ia menutup pintu itu keras-keras dengan telapak tangannya.

Yuer menoleh pelan. Tapi tidak berteriak. Tidak melompat panik.

Ia tetap duduk, menyeka lengannya dengan kain.

"Begitu santainya kau... sepertinya terbiasa memamerkan tubuhmu di depan pria," ucap Zeyan dingin.

Yuer menatapnya datar. "Aku hanya bersikap tenang... karena aku yakin kau tidak akan tertarik menyentuhku. Bukankah kau punya banyak wanita di luar sana?"

Zeyan mengeraskan rahangnya. "Apa menurutmu aku tidak cukup tampan untuk membuatmu gugup?"

Yuer tersenyum tipis. "Tampan bukan segalanya."

"Bagaimanapun kau tetap wanita," katanya dingin.

Yuer menatapnya dengan tenang. "Apa kau bisa menyentuh wanita yang tidak kau sukai?"

"Pikiran pria lebih liar dari yang bisa kau bayangkan, Wen Yuer."

Yuer mengangkat wajahnya untuk menatap Zeyan. "Kau termasuk? Dan karena itu kau punya banyak wanita?"

Zeyan menegang. "Cukup!" bentaknya rendah. "Kau terlalu suka menyimpulkan."

"Aku hanya mengulang kata-katamu sendiri. Katamu, kalau kau menginginkan seseorang di ranjangmu, kau tak butuh cara kotor. Itu berarti, wanita-wanita yang ingin kau sentuh akan datang sendiri. Dan Mingyue bilang, banyak yang menyukaimu."

Zeyan terdiam. Matanya mengamati wajah Yuer. Ada yang bergolak di balik sorot tajam itu. Amarah. Rasa tertarik. Dan sesuatu yang lebih gelap, mungkin takut kehilangan kendali.

Perlahan Zeyan mendekat dengan gerakan halus. Sejenak hanya ada suara detak air dari baskom di meja dan helaan napas mereka yang tak sinkron.

Yuer menoleh pelan, waspada, tenang tetapi tidak mundur. Ia seperti menantangnya.

Zeyan mengambil alih kain di tangan Yuer lalu mencelupkannya ke air hangat, memeras perlahan lalu bergerak makin mendekat.

Yuer bergeming, tapi matanya menajam. "Apa yang kau—"

Zeyan berlutut di belakangnya. Suaranya rendah dan nyaris terdengar seperti desahan yang ditahan.

"Diamlah. Kau sudah cukup menyulut amarahku hari ini."

Satu tangan menyingkirkan rambut panjang Yuer ke satu sisi. Yang lain menyeka perlahan kulit lehernya, hangat dan pelan, nyaris terlalu lembut untuk seorang pria yang dikenal kejam.

Yuer nyaris tersentak, tapi menahan diri. Ia menatap ke depan, membiarkan keheningan melingkupi mereka.

"Kau bertanya apakah aku bisa menyentuh wanita yang tidak ku sukai, Wen Yuer, apakah aku pernah bilang begitu?" Suaranya rendah namun terdengar lembut seperti bisikan.

Wen Yuer menahan nafasnya sejenak sebelum kerutan di dahinya muncul, ia menoleh kecil.

"Bilang apa?"

Zeyan tak menjawab kebingungan Yuer. Tangan dinginnya berpindah ke bahu Yuer, lalu menuruni punggung atasnya, masih dengan kain hangat, dengan gerakan terlatih namun perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih pribadi.

"Tubuh ini terlalu rapuh untuk wanita sekeras mulutmu," gumamnya tajam.

Yuer diam kemudian menjawab dengan jeda panjang. "Dan kau terlalu kasar untuk sentuhan yang lembut ini."

Zeyan berhenti sejenak. Jari-jarinya diam di pundak Yuer, seperti mencoba mengerti apa yang membuatnya begitu terusik oleh ucapannya.

"Kau lebih suka aku memenggal kepalamu, ya?"

Wen Yuer memutar kedua bola matanya kemudian menghela napas panjang sebelum meraih rambut panjangnya ke depan dan menunjukkan punggungnya pada Qi Zeyan.

"Kalau begitu tolong ya, aku tidak bisa menjangkau ke belakang dengan baik."

Sepertinya Wen Yuer tidak takut mati seperti yang dia pikirkan. Dan yang lebih mengherankan adalah, Qi Zeyan melakukannya. Mengusap lembut bagian punggung yang tak bisa Yuer jangkau.

Namun, sebuah bisikan hangat dan ujung bibir Qi Zeyan yang menyentuh ujung daun telinganya membuat Wen Yuer ingin mati saja hari itu.

"Kalau kau ingin disentuh olehku, katakan saja, Wen Yuer."

1
lunaa
lucu!!
lunaa
he indirectly confessing to herr 😆🙈
lunaa
gak expect tebakan yang kupikir salah itu benar 😭
lunaa
yuerr lucu bangett
lunaa
damn zeyan, yuer juga terdiam dengarnya
Arix Zhufa
baca nya maraton kak
Arix Zhufa
semangat thor
Arix Zhufa
ehemmmm
lunaa
itu termasuk dirimu zeyan, jangann nyakitin yuerr
Arix Zhufa
mulai bucin nich
Arix Zhufa
cerita nya menarik
Arix Zhufa
Alur nya pelan tapi mudah dimengerti
susunan kata nya bagus
Sungoesdown: Makasih kak udah mampir🥰
total 1 replies
Arix Zhufa
mantab
Arix Zhufa
Thor aku mampir...semoga tidak hiatus. Cerita nya awal nya udah seru
Sungoesdown: Huhuuu aku usahain update setiap hari kak🥺
total 1 replies
lunaa
liat ibunya jinhwa, pasti yuer kangen sama ibunya 😓
lunaa
then say sorry to herr 😓
lunaa
suka banget chapter inii ✨🤍 semangat ya authorr 💪🏻
Sungoesdown: Makasih yaa🥰
total 1 replies
lunaa
yuer kamu mau emangnyaa 😭🤣
lunaa
dia mulai... jatuh cinta 🙈
lunaa
menunggu balasan cinta yuer? wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!