Istri Culun Badboy Tengil

"Culunn!!"

"Iyaaa?!"

Mendengar teriakan suaminya, sontak Kia langsung berlari masuk ke dalam kamar pria itu. Saat sampai, ia terdiam melihat Elang yang hanya memakai handuk sepinggang membuat perut kotak-kotak terpampang jelas. Kia buru-buru mengalihkan pandangannya, matanya kembali membulat sempurna melihat pakaian di lemari yang sudah bertebaran di lantai.

"Lo lihat!" Elang menunjuk sebuah keranjang pakaian kotor yang ada di pojokan.

Kia mengernyitkan keningnya melihat beberapa pakaian dalam yang ada di sana. Lalu kembali menatap Elang dengan bingung, pria itu terlihat sangat kesal.

"Kenapa lo pilih kasih sama mereka! Lo gak cuci sempak gue!  Terus sekarang gue pake apa?!"

Elang sedari tadi mengobrak-abrik isi lemari, mencari sempaknya. Yang ternyata istrinya tidak mencucinya, hingga sudah numpuk di keranjang pakaian kotor. Dan sekarang dia sudah tidak punya stock lagi, ia lupa tidak membawanya di rumah papanya. Jadi tidak punya begitu banyak.

Kenapa tidak beli? Entahlah kalau soal pakaian dalam pasti bakal lupa terus untuk di beli. Giliran style baru terus, tapi daleman gak ganti-ganti. Wkwk, apakah ada yang sama seperti Elang?

"Aku gak enak cucinya, kenapa gak kamu cuci aja sendiri?" sahut Kia pelan.

"Gue punya istri, ngapain harus nyuci sendiri?"

"Tapi kan cuman daleman, yang lainnya aku yang cuci."

"Lo jadi manusia tuh harus adil! Gak boleh pilih kasih !" Elang semakin di buat kesal dengan Kia yang kekeh tidak ingin mencucinya.

Kia hanya terdiam beberapa saat. Membuat Elang semakin di buat kesal.

"Buruan cuci sekarang!! Gak pake sempak gak enak tau gak!! Gombal gambel!!" teriaknya yang membuat Kia melotot.

Elang mengambil keranjang pakaian kotor yang sudah penuh dengan sempaknya. Lalu menaruhnya di hadapan gadis itu. Kia hanya menatap dengan tatapan sedikit jijik.

"Gak usah sok jijik gitu deh! Gue lihatin isinya bakal demen lo!"

"Kenapa masih diem?! Beneran mau lihat?!" tanya Elang melihat Kia yang masih diam sesekali melirik keranjang.

"Yak! Iya iya aku cuci," sentak Kia kaget melihat tangan Elang yang sudah memegang handuknya ber ancang-ancang untuk membuka.

Elang tersenyum smirk saat gadis itu sudah memegang keranjang kotornya, berniat untuk di cuci. Ia masih dalam posisinya, memegangi handuk berniat untuk di buka. Namun, tiba ....

Pluk!

Sesuatu jatuh tepat di rambutnya. Elang memutar bola matanya ke atas untuk memastikan apa yang jatuh.

"HUWAA CICAKK!"

Bruk!

Mata Kia membola sempurna dan refleks menjatuhkan keranjang yang di pegangnya. Gimana gak kaget, Elang tanpa sadar melepaskan handuknya dan berlari ke atas kasur dengan jingkrak-jingkrak mencoba mengusir cicak di rambutnya. Kia menelan ludahnya kasar, melihat belalai besar milik suaminya yang bergelantungan.

"YAKKK CULUNN! TUTUP MATA LO!!" teriak Elang yang tersadar langsung menutup miliknya dengan tangan.

Kia langsung membalikkan badannya dan menutup matanya. Elang dengan cepat mengambil handuknya dan menutup miliknya kembali. Sial, dirinya benar-benar malu. Elang merutuki dirinya sendiri, pipinya sudah memerah. Namun, mencoba menetralkan wajahnya biasa saja.

"Malah diem, buruan cuci! Sekalian cuci otak lo juga yang udah ngerekam si Jolang!"

Kia menoleh sambil mengernyit, Jolang? Siapa? Pikirnya.

"Joni Elang! Yang gagah perkasa dan berkualitas!" ucap Elang dengan lantang melihat wajah bingung gadis itu.

'Cowo edan!'

...***...

"Mana buruan?! Lama lo!"

Elang sedari tadi terus ngomel-ngomel pada Kia karena lama mencuci sempaknya. Bahkan Kia sudah memutar pengering beberapa kali agar sempaknya benar-benar kering karena harus di pakai sekarang.

Hari ini adalah hari libur, Elang ingin bermalas-malasan. Ia rebahan di sofa sambil memainkan ponselnya. Bahkan dari tadi pria itu masih nyaman dengan handuk di pinggangnya. Ya, sampai sekarang Elang belum memakai baju.

"Kenapa gak pake baju dulu sih?" Kia meletakkan buah-buahan yang sudah di potong, Elang yang memintanya tadi.

"Males, pen nya telanjang. Tapi nanti lo malah keenakan lihat pemandangan indah!" sahutnya dengan santai.

Kia tak menanggapi, ia memilih kembali ke belakang saat suara mesin sudah tak terdengar lagi. Sedangkan Elang masih asik melihat grup chat bersama temannya.

...Black Demon Squad☠️...

Juanda

@Elang sore jadi ke panti?

^^^Elang^^^

^^^kan udah gue bilang, jadi! gue udah hubungin Umi Jamilah. kalian persiapin semuanya.^^^

^^^nanti siang gue ke sana^^^

^^^Elang^^^

^^^kalau ada yang gak bisa hadir, kasih tau gue^^^

All anggota

Siap bos!

Bima

@Juanda bayar uang kas anjing! masa kalah sama adek kelas!

Nathan

demo aja Bim, datengin rumahnya! kalau gak bayar bakar aja rumahnya!

Bima

@Nathan ah lo juga sama aja! lo gak bayar dah sebulan!

Aldo

haha kek gue dong paling rajin bayar uang kas😎

Bima

pokonya gak mau tau, hari ini harus dah lunas! @Juanda gak usah nyimak lo! gak bayar gue tebas burung lo!

Aldo

mampus! ngeri ah!

Juanda

@Elang gue gak bisa ikut, lagi sakit

Nathan

alesan! mustahil seorang Juan sakit!

Juanda

+4 foto lainnya

^^^Elang^^^

^^^gue ke rumah lo sekarang!^^^

Nathan

gue ikut!

Aldo

*2in

Bima

*3in

Raka

yang lain tetap di markas, persiapin buat acara sore!

All anggota

Siap kak

Melihat Juan yang mengirim foto wajah memar, tangan terluka, lengan dan kaki yang lebam-lebam. Tentu Elang sangat khawatir, Juan di kenal paling ceria. Namun, jika sedang ada masalah pria itu selalu diam dan susah mengungkapkan. Pantas yang biasanya rusuh di grup, tiba-tiba cuek. Elang pikir pasti ada sesuatu yang terjadi, dan benar saja dia terluka.

Elang bergegas bersiap-siap dan langsung meluncur menuju rumah Juanda. Tak membutuhkan waktu lama, ia telah sampai. Dan tepat juga yang lainnya sampai secara bersamaan.

Di ruang tamu, rumah yang tak begitu besar. Suasana sangat mencekam, Juan hanya diam menunduk melihat tatapan Elang dan yang lainnya seperti kecewa. Tatapan marah karena terluka parah seperti ini, Juan hanya diam saja tanpa memberitahu mereka dari awal?

"Yaelah lo pada tegang amat! Gue gapapa, tuh lihat sehat gini juga! Lebay lo pada!" ucap Juan sambil tertawa hambar, mencoba memecahkan keheningan.

"Lo terluka gini masih bisa ketawa?!"

"Lo anggap kita apa, hah?! Lo terluka parah, tapi malah diem aja?!"

"Gue gini-gini juga sayang sama lo, An!"

Juan terdiam mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Nathan, partner gelutnya. Hal itu membuatnya speechless.

"Dia mukulin lo lagi?!" sontak Juan langsung menoleh, menatap wajah Elang yang datar.

"Lo tinggal di rumah gue aja!" timpal Bima.

"Gak perlu, gue gapapa," tolak Juan sambil tersenyum tipis.

"Lo udah di sakitin berkali-kali, kenapa masih bertahan di rumah neraka ini?! Bodoh lo!" sahut Aldo kesal.

"Karena gue tetap sayang sama dia!"

Suasana kembali hening, mereka benar-benar tak tahu lagi dengan pikiran Juan yang selalu kekeh. Dan tiba-tiba Nathan langsung berhambur memeluknya yang di ikuti oleh yang lainnya.

"Lo kuat banget sih, An. Lo selalu ceria dan berusaha hibur kita. Padahal sebenernya lo sendiri rapuh. Lo gak mau kelihatan lemah di depan kita. Bodoh!" ucap Nathan sambil memeluk tubuhnya dengan erat.

"Ahk pelan-pelan! Sakit bego!"