NovelToon NovelToon
Ibu Susu Untuk Anak Mafia Dingin

Ibu Susu Untuk Anak Mafia Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Mafia / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Bayinya tak selamat, suaminya berkhianat, dan ia bahkan diusir serta dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertuanya.

Namun, takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi ibu susu untuk bayi seorang Mafia berhati dingin. Di sana, ia bertemu Zandereo, bos Mafia beristri, yang mulai tertarik kepadanya.

Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas rasa sakitnya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?

Ikuti kisahnya...
update tiap hari...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 #Mayat Dalam Koper

Mentari pagi menyambut dengan hangat, menembus tirai jendela kamar dan membangunkan Sahira. Wanita cantik itu pun beranjak duduk.

“Ugh… gara-gara banyak mikir, kepalaku jadi berat sebelah,” desis Sahira memegang kepala bagian belakang. Merasa sudah baikan, Sahira mengambil handuk, masuk ke kamar mandi.

Setelah membasuh muka, Sahira mematung di depan tempat tidurnya, terkejut tak melihat baby Zaena.

Handuk itu dilempar begitu saja, lalu Sahira bergegas keluar mencari anaknya. Ia menuju ke kamar baby Zee.

Brak!

Pintu terbuka cukup kencang, membuat Mauren yang sedang mengurus cucunya, ia menoleh cepat ke arah Sahira yang panik.

“Sahira? Kau sudah…”

“Nyonya, anak saya… anak saya…” Sahira ingin mengatakan anaknya hilang, tapi yang dicari tiba-tiba menyahut di belakang Mauren.

Sahira pun menengok ke tempat tidur, dan ia segera mengambil baby Zaena yang diurus oleh Mauren juga.

“Nyonya, saya pikir anak saya tadi hilang. Rupanya ada di sini,” kata Sahira merasa lega.

Mauren tersenyum tapi ia masih khawatir melihat wajah Sahira yang pucat.

“Sahira, mulai sekarang jangan terlalu memaksakan dirimu,” ucap Mauren duduk di sebelah cucunya.

“Maksudnya, Nyonya?” tanya Sahira tak paham.

“Apa kerjaan saya kurang? Apa gaji saya akan dikurangi juga?” tanyanya lagi.

Mauren menggeleng. “Justru kau sudah bekerja dengan baik, Sahira. Tapi kau sudah terlalu memaksakan diri sampai demam lebih dari seminggu.”

“Demam lebih dari seminggu?” Sahira syok lalu melihat pantulan dirinya di cermin lemari Baby Zee. Wajahnya yang masih pucat terlihat jelas kondisinya belum stabil. Kemudian ia melihat kalender yang sudah berganti bulan.

“Maafkan saya, Nyonya. Saya sudah gagal melaksanakan tugas saya. Tolong beri saya kesempatan bekerja di sini lagi.” Ia menunduk, takut dipecat.

“Sudah, sudah, kau tidak salah, Sahira. Kau juga tidak perlu ketakutan begitu, kau masih bisa kerja di sini,” jelas Mauren berdiri, lalu ia mendudukkan Sahira di samping dua bayi di sana.

“Mulai sekarang kau tidur di kamar ini jadi kau tidak perlu bolak balik datang ke sini.” Mauren merasa penyebab Sahira demam sebenarnya karena itu. Namun sesungguhnya perbuatan Balchia lah yang membuat Sahira sakit. 

“Tapi saya hanya orang asing di rumah ini, Nyonya.” Sahira berdiri tapi Mauren menekan bahunya lagi.

“Kau bukan orang asing, kau pengasuh cucu saya, Sahira. Sekarang kau istirahat dulu di sini, nanti ada pembantu yang akan datang membawa barangmu, obat, dan makanan.”

“Kalau ada apa-apa, telfon saya saja. Di sini, sudah ada nomor saya.”

Mauren menaruh ponsel Sahira ke telapak tangannya. Lalu, tersenyum sebelum ia pergi.

“Kalau aku tidur di sini, apa Nyonya Balchia tidak akan marah lagi?” pikir Sahira gelisah. 

“Tapi kira-kira siapa yang merawatku saat sakit?” gumam Sahira mencoba mengingatnya tapi hal itu membuat kepalanya pusing.

Sahira berdiri di ambang pintu, mata coklat madunya mencari-cari wanita sombong itu. Ia juga bingung melihat rumah besar itu sepi.

“Kemana dia?” 

“Ya sudah deh, lebih baik aku rebahan sebentar dulu.” Sahira kembali membaringkan dirinya di sebelah dua bayi menggemaskan itu yang asik minum susu formula buatan Mauren.

“Maaf ya, Bunda belum bisa menyuusui kalian. Bunda takut sakitnya Bunda tertular ke kalian. Kalian tidak boleh sampai sakit seperti Bunda, ya,” ucap Sahira, menutup matanya sejenak, hingga datanglah pembantu membawakan obat, barang dan sepiring sarapan untuknya.

“Aku jadi merepotkanmu, tapi terima kasih,” kata Sahira tersenyum. Pembantu itu dengan senang membalas senyum Sahira.

“Oh ya, tunggu!” Sahira segera menghentikan pembantu itu sebelum dia pergi.

“Ya?”

“Kau tahu siapa yang merawatku kemarin?” tanya Sahira ingin tahu. Apakah itu Mauren? Atau ada Dokter khusus yang merawatnya?

Dengan ragu, pembantu itu berkata, “Tuan Muda yang merawat Mbak. Tuan Muda juga yang menjaga Mbak sepanjang malam.”

“Zander? Dia sendiri yang menjagaku?” batin Sahira tak habis pikir.

“Apa Nyonya Chia marah-marah kemarin?” tanya Sahira lagi.

“Bukan cuma marah saja, tapi Nyonya Muda lebih dari marah. Karena itu, sekarang Nyonya Chia lagi keluar bersama Tuan Muda dan Tuan Besar agar Nyonya Chia bisa tenang,” jawab pembantu itu.

“Mbak harus cepat sembuh ya, kasihan Tuan kecil sangat merindukan Mbak. Kemarin Tuan kecil rewel terus, untung saja Tuan Muda bisa menghiburnya. Tuan Muda sekarang sudah mulai menerima putranya. Saya senang sekali melihatnya. Eh… saya jadi keasikan cerita.”

“Kalau begitu, saya balik ke dapur dulu, Mbak. Nanti saya datang lagi ambil piringnya.”

Setelah bicara panjang lebar, pembantu itu meninggalkan kamar baby Zee. 

“Baguslah… ayah Tuan kecil sudah membuka hatinya,” ucap Sahira melihat baby Zee yang juga menatapnya dan jari mungilnya mencoba menggapai hidung mancung Sahira, namun tak sampai. Bayi kecil itu seolah ingin mengatakan sesuatu pada Sahira. Sementara baby Zaena tiba-tiba saja sudah mendengkur di sebelahnya. Sahira beranjak duduk, ia harus menghabiskan sarapan dan obatnya. Setelah itu, mendadak ada pesan masuk ke ponselnya. 

Ia pikir dari Mauren, tapi dari nomor pria yang berusaha ia hindari. Sebuah pesan berisi satu pertanya dari Zander yang penasaran.

“Bagaimana keadaanmu, sudah sembuh?”

Tapi Sahira mengabaikan pesan itu, hanya dibaca saja. Walau begitu, Zander merasa lega karena wanitanya sudah baik-baik saja.

Beberapa jam kemudian, Sahira keluar dari kamar, meninggalkan dua bayi yang sedang tidur siang. Rumah besar itu masih sepi sebab Zander, Balchia, dan Tuan Raymond masih belum pulang. Sementara Daren, ia berada di kantornya sebagai pimpinan perusahaan miliknya sendiri. Sedangkan Mauren, ternyata ketiduran di depan televisi.

Tiba-tiba, perhatian Sahira tertuju pada berita tentang pembunuhan pada seorang wanita. Mayatnya ditemukan membusuk di dalam koper. Dikubur dengan tidak layak.

“Kasihan sekali, siapa pelakunya?” Sahira penasaran pelakunya, kemudian ia terkesiap, syok mendengar nama korban yang ternyata istri kedua suaminya. Foto korban pun persis wajah Julian.

“Julian dibunuh? Kalau begitu, bagaimana aku bisa yakin anakku masih hidup?” Sahira jatuh terduduk di sofa, memegang dadanya yang sesak.

“Anakku… bagaimana nasib anakku di tangan Julian?” Sahira menjambak rambutnya.

“Mbak, tenanglah, apa yang terjadi?” tanya pembantu mengusap pundak Sahira yang bergetar dan mulai menangis.

“Anakku… anakku…”

“Anak mbak kenapa?”

“Anakku… aku harus mencari anakku!” 

“Tapi anak mbak ada di kamar Tuan kecil.”

Sahira menggeleng. “Anakku yang satu, anak kembarku satunya yang hilang.”

“Anak kembar? Anakmu kembar, Sahira?” tanya Mauren tiba-tiba sudah bangun di sofa.

“Ya, Nyonya. Anak saya kembar, tapi satunya dibawa pergi sama selingkuhan suamiku. Dia orangnya.” Sahira menunjuk siaran berita di televisi yang memperlihatkan foto Julian.

“Ya ampun… kenapa kau baru mengatakannya pada kami, Sahira? Sekarang kau tenang dulu. Biar saya coba bicara sama Papanya Zander. Siapa tahu bisa menyelidiki dan menemukan anakmu.”

Sahira mengusap matanya, tapi air matanya tak dapat terbendung lagi. Ia senang, terharu, bersukur, Mauren bersedia membantunya. Majikannya itu sungguh baik hati.

“Pantas saja dari awal kau kelihatan banyak pikiran, ternyata masalahmu cukup berat. Jika aku diposisimu, aku sudah gila,” batin Mauren menghubungi suaminya, Tuan Daren untuk segera pulang karena masalah ini tidak cukup disampaikan melalui telepon saja.

1
Yus Nita
jangan mau sahira, mungkin ini hanya jebakan yg di buat Rames dan klrga ny
Yus Nita
siksa dulu, hancur kan karier ny, baru camak kan ke penjara. 😀😀😀😀😀
Yus Nita
dlm mimi sono, zander mencintsi mu peremouan iblis
Yus Nita
syukuriinnn...
percays sama jalang, yg akhir hiduo ny tragis, itu karma. ngejahati sahira, tapi di jahati teman sendiri. 😀😀😀
Yus Nita
gimanadiamau punya asi, jku melahir kan saja tdkpernah. ada masa ny diluman rubah itu akan kena axab ny
Uswatun Kasanah
Lanjut Thor 💪💪🙏🙏🩷🩷🩷
༎ຶP I S C E S༎ຶ: siap kk, update tiap hri 😇 ikuti terus... ya 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!