NovelToon NovelToon
Beauty To Crystal

Beauty To Crystal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.

Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.

Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Video Call yang Membuatku Menangis

Malam itu, notifikasi dari grup “Masa SMA Paling Chaos 🌀” muncul lagi di layar ponsel Achazia.

Kaivan:

“Aku ada ide. Kita udah lama gak ketemu, tapi video call, yuk? Chaos virtual nih.”

Brianna:

“Setuju banget. Zia, El, kalian free gak malam ini?”

Achazia segera mengetik.

Achazia:

“Aku free! Elvareon, kamu gimana?”

Butuh beberapa menit sebelum Elvareon membalas.

Elvareon:

“Aku baru selesai shift IGD. Capek banget, tapi aku mau. Kalian jangan protes ya kalo muka aku kusut.”

Hati Achazia menghangat. Mereka pun membuat janji, pukul 10 malam, video call.

Ketika panggilan tersambung, wajah-wajah familiar itu muncul di layar. Brianna dengan rambut acaknya, Kaivan dengan hoodie lusuhnya, dan Elvareon… dengan wajah lelah dan mata sembab.

“EL!!!” teriak Brianna dan Kaivan bersamaan.

“Woy, jangan teriak, headphone ku pecah,” kata Elvareon dengan senyum lelahnya.

Achazia hanya menatap. Pandangannya terkunci di wajah Elvareon. Seketika, rasa rindu yang selama ini dipendam membuncah.

“El, kamu kurusan,” ujar Achazia, suaranya pelan.

Elvareon tertawa kecil. “Efek jaga IGD, Zia. Tapi aku masih kuat, kok.”

Percakapan mereka awalnya penuh tawa. Kaivan menceritakan insiden konyol saat praktikum, Brianna menunjukkan lip balm yang meleleh di tasnya, dan Achazia bercerita tentang dosen yang memujinya karena hasil riasan wajah model.

Tapi ketika percakapan mulai hening, Elvareon menunduk pelan. “Aku kangen kalian,” ucapnya lirih.

Tak ada yang membalas seketika. Hening itu menyayat hati.

“Aku juga kangen kamu, El,” suara Achazia pecah. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. “Kenapa rasanya kayak… kamu jauh banget? Aku benci ini.”

“El…” Brianna ikut terisak. “Kita tuh, di sini, El. Tapi kamu terlalu keras sama dirimu sendiri.”

Elvareon tersenyum kaku. “Kalau aku gak keras, aku gak akan bertahan di sini.”

Kaivan, yang biasanya santai, kini menunduk.

Suasana call berubah sendu. Achazia menyeka air matanya, lalu berkata, “El, janji ya. Suatu hari nanti, kita bakal duduk bareng lagi. Bukan lewat layar, tapi beneran. Gak peduli kapan, aku bakal nunggu.”

Elvareon mengangguk. “Aku janji, Zia. Aku janji.”

Pada saat VC berlangsung, mamanya Achazia menelpon putrinya karena ingin menjemputnya besok dari asramanya dan pulang ke rumah. Tentu saja karena libur kuliah.

Mamanya menelponnya tapi yang terlihat hanya 'Achazia sedang berada dipanggilan lain'. Itu membuat hati mamanya sedih. Putrinya sedang bertelepon dengan siapa. Wajar saja jika mamanya khawatir.

Brianna memutar kamera ponselnya, memperlihatkan asrama mereka di Crystal Valley University. “Lihat ini, kamar kita sempit banget! Tapi enak, kan, Van?”

Kaivan mengangguk. “Minimal, aku gak tidur di ruang laboratorium.”

Mereka tertawa bersama.

Suasana mengalir hangat. Mereka saling bercerita tentang kehidupan kampus yang berbeda-beda.

“Aku belajar bikin alis yang simetris seharian tadi,” ujar Achazia, memamerkan kertas penuh coretan pensil alis.

Kaivan langsung tertawa keras. “Kalau aku belajar nyampur obat sampai laporannya pusing sendiri!”

Brianna menyikut Kaivan. “Dia sampai hampir bikin reagen meledak, Zia. Untung cepat ketahuan.”

Elvareon mendengarkan, tersenyum simpul. “Aku tadi ikut shift di IGD. Capek sih, tapi... seru. Aku bantu rawat pasien patah tulang.”

“Waah!” kata Achazia, matanya berbinar. “Kamu keren banget, El.”

Elvareon hanya mengangkat bahu, tapi pipinya terlihat memerah di kamera. “Masih belajar kok.”

Obrolan mereka terus berlanjut, semakin akrab, semakin dalam. Tak terasa, waktu sudah lewat tengah malam. Mereka saling meledek, bercanda, sampai akhirnya hening sesaat.

“Aku rindu masa SMA,” gumam Achazia pelan, hampir seperti bisikan.

“Aku juga,” sahut Brianna cepat. “Dulu meski kita cuma berempat, tapi setiap hari selalu heboh. Sekarang… bahkan mau ketemu kalian aja cuma lewat layar.”

Kaivan berusaha mencairkan suasana. “Tenang, nanti pas wisuda kita bikin ribut satu kampus.”

“Tapi wisuda kita beda-beda, Van” Achazia mengingatkan, suaranya lirih.

Tiba-tiba, layar ponsel Achazia berkedip. Ada panggilan masuk. Mama.

“Eh, bentar…” gumam Achazia, melihat nama itu. Tapi panggilan video masih berlangsung, dan ia ragu memutuskan.

Brianna melihat ekspresinya. “Siapa, Zia? Mama kamu?”

Achazia mengangguk. “Iya… mungkin mau jemput aku besok.”

“Jawab aja, Zia,” ujar Elvareon lembut.

“Tapi… aku gak mau keluar dulu dari panggilan ini,” jawab Achazia cepat.

Panggilan dari Mama berhenti, tapi tak lama muncul lagi notifikasi panggilan kedua. Achazia menggigit bibirnya, menekan tombol ignore. “Nanti aku jelasin ke Mama…”

“Ziaaa…” Brianna menatapnya dengan tatapan khawatir.

“Biarin dulu… Malam ini aku mau sama kalian,” ucap Achazia, suaranya bergetar.

Detik berikutnya, matanya berkaca-kaca. Kaivan dan Brianna langsung panik.

“Eh eh, jangan nangis!” seru Kaivan.

“Elvareon, tolong bilang sesuatu, dia mau nangis tuh,” sambung Brianna.

Elvareon menatap layar, lalu berkata, “Achazia… meski kita di kota yang beda, rasanya gak pernah ada yang berubah. Aku masih anak sepeda tua, Kaivan masih si ceroboh, Brianna tetap cerewet, dan kamu… tetap Achazia yang selalu bikin kita kagum.”

Air mata Achazia jatuh. Tapi ia tertawa juga.

“Gak adil, kalian kok gak nangis juga,” ujarnya sambil tersenyum di balik air matanya.

“Aku udah hampir nangis sih, cuman Kaivan ganggu terus,” ujar Brianna sebal.

“Eh, aku tuh menghibur, bukan ganggu!” bela Kaivan.

Obrolan kembali riuh. Tapi ada satu rasa di hati mereka yang tak bisa disembunyikan. Rasa rindu yang terjaga, rasa hangat yang seolah berkata: “Kita memang jauh, tapi hati kita masih saling terhubung.”

Tak lama kemudian, notifikasi chat dari Mama masuk ke HP Achazia.

Mama:

“Mama besok mau jemput kamu, Za. Besok kamu sudah libur, ingat?”

Achazia menutup ponselnya, lalu menatap ke layar laptop, berbisik pelan, “Malam ini, aku nggak mau kehilangan kalian.”

“Achazia…” panggil Elvareon, suaranya menenangkan. “Kita nggak kemana-mana. Nanti, saat semua mimpi kita tercapai, kita akan kembali duduk di tempat yang sama. Bukan di video call, tapi berhadapan langsung.”

Achazia mengangguk. Pipinya masih basah, tapi hatinya terasa penuh.

Malam itu, mereka berempat mengakhiri panggilan dengan senyum. Mungkin bukan kebersamaan fisik, tapi video call malam itu… adalah pengikat hati yang tak kalah kuat.

Dan Achazia tahu, apapun yang terjadi besok, apapun yang akan dikatakan Mamanya… dia tak akan pernah menyesal punya mereka di sisinya.

Malam itu, video call ditutup dengan hati yang berat, namun lebih lega. Mereka sudah terlalu lama memendam, dan malam itu, mereka menangis bersama.

Malangnya nasib Elvareon tidak bisa pulang walaupun libur. Dia juga merindukan orang tuanya. Mereka bertelepon hanya sesekali. Dari pada membuang hari libur, Elvareon memilih untuk magang di rumah sakit yang tidak jauh dari kampusnya.

Disisi lain, Brianna dan Kaivan. Mereka pulang bersama naik bus. Membawa koper dan beberapa barang lainnya. Sebenarnya hati mereka sedih karena keadaan Elvareon. Tapi apa boleh buat demi impian mereka harus bisa.

1
Nana Colen
ceritanya ringan tapi asiiik 🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!