NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 - Aku Tidak Akan Meninggalkanmu

Tidak mungkin Aiden menghilang selama seminggu dan tak memberi kabar jika semuanya berjalan baik. Tidak mungkin dia pulang dengan suasana hati seburuk itu kalau pengobatannya berhasil.

“Saat pengobatannya belum selesai, dokternya dibunuh. Semua catatan dan obat dibakar. Mata Tuan Aiden... tetap tak bisa disembuhkan,” ucap Harris penuh penyesalan, kedua tangannya mengepal menahan emosi.

Aiden bukan sekadar majikan bagi Harris. Mereka tumbuh bersama. Aiden adalah saudara baginya. Itulah sebabnya ia tak bisa menerima kenyataan ini.

Anya terpaku.

Seseorang membunuh dokter Aiden? Seseorang memang sengaja menghancurkan harapan Aiden untuk bisa melihat kembali?

Tangannya gemetar memegang dokumen cerai yang kini kusut. Siapa yang tega melakukan ini pada Aiden?

“Dia tidak bisa sembuh? Tidak akan pernah bisa melihat lagi?” suara Anya bergetar.

“Dokter lain mungkin bisa membantu, tapi pengobatan baru akan butuh waktu lama. Tuan Aiden masih harus mencari jalan lain,” jawab Harris pelan, berusaha menenangkan.

Wajah Anya mulai memerah, air mata menggenang di pelupuk matanya.

“Tuan Aiden ingin melindungi nyonya. Karena itu ia ingin bercerai,” ucap Harris lirih.

“Melindungi aku?” Anya terkejut.

“Orang yang membunuh dokter itu, pasti juga mengincar Tuan. Siapa pun yang dekat dengannya juga terancam. Karena itulah Tuan Aiden ingin menjauhkan Madame. Ia takut Anda menjadi sasaran berikutnya…”

Anya terdiam, menunduk dalam lamunan. Ia menggenggam dadanya yang terasa sesak.

Aiden… ingin melindunginya?

Di saat Aiden sendiri tengah hancur karena kehilangan harapan, ia masih memikirkan Anya. Ia menempatkan keselamatan Anya di atas penderitaannya sendiri.

Air mata Anya akhirnya jatuh. Ia merasa begitu kecil di hadapan cinta yang sebesar itu.

Ia tidak pernah bisa berbuat banyak untuk Aiden. Tapi Aiden selalu memberikan segalanya untuknya. Bahkan kini, pria itu rela melepasnya demi melindunginya.

Tangannya mencengkram surat cerai lebih erat. Harris memperhatikan gerakan itu dengan tenang.

“Tuan Aiden sudah memberikan kebebasan pada nyonya… Tapi, apakah nyonya benar-benar ingin meninggalkannya?”

"Tuan rela memberikan kebebasan untukmu. Apakah kamu akan meninggalkannya?" tanya Harris sambil menatap Anya lurus-lurus, seolah mencari jawaban dari dalam mata wanita itu.

Anya membalas tatapan Harris, lalu terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaannya. Akankah dia benar-benar pergi demi kebebasan yang dulu ia inginkan?

Namun, tak satu pun kata keluar dari bibirnya. Ia langsung bangkit dari duduknya dan berjalan cepat menuju kamarnya, meninggalkan Harris sendirian di ruang tamu.

Begitu sampai di lantai atas, pintu kamarnya terlihat terbuka lebar. Langkahnya semakin cepat, namun tiba-tiba terhenti di ambang pintu. Kakinya seperti terpaku ke lantai. Ia tidak tahu harus berkata apa. Apa yang bisa ia lakukan sekarang?

Dari tempatnya berdiri, ia melihat Aiden sedang duduk di pinggir ranjang, memandang ke luar jendela. Rambutnya masih basah sehabis mandi, menetes dan membasahi piyama yang ia kenakan. Punggungnya terlihat lemas dan lesu, membuat sosok Aiden yang biasanya begitu menakutkan terlihat rapuh.

Perasaan bersalah menyelinap dalam hati Anya. Ia bisa merasakan betapa berat beban yang dipikul Aiden akibat ketidakmampuannya melihat dunia.

"Apa Harris sudah memberitahumu?" Aiden bertanya tanpa menoleh. Meski matanya terpejam, ia tahu Anya berdiri di ambang pintu. Ia juga merasakan keraguan Anya saat langkahnya terhenti.

Saat ia membuka mata, pandangannya kabur. Tapi samar-samar, ia bisa melihat sosok Anya mendekatinya. Wajahnya tidak terlihat jelas, tapi bayangannya sudah cukup.

Tanpa berkata apa pun, Anya masuk ke kamar mandi, mengambil handuk bersih, lalu menghampiri Aiden untuk mengeringkan rambutnya.

Saat berdiri di hadapan Aiden, Anya menyadari bahwa kancing piyama Aiden terpasang salah. Ia menggigit bibirnya, menahan tangis yang hampir pecah. Pria di hadapannya, yang selalu kuat dan teguh di depan orang lain, ternyata juga punya sisi rapuh yang tidak pernah ia perlihatkan.

Ia menggantungkan handuk di bahunya, lalu hendak membantu Aiden membenahi kancing bajunya.

"Aku bisa sendiri. Ini hal kecil," ucap Aiden sembari menahan tangan Anya. Ia kemudian membenahi sendiri kancing bajunya dengan pelan. Kecerobohan kecil seperti itu membuatnya merasa kehilangan harga diri.

Anya tahu, Aiden adalah tipe pria yang tidak suka bergantung pada orang lain. Tapi ia tetap diam, dan mulai mengeringkan rambut Aiden dengan lembut.

"Setidaknya biarkan aku melakukan sesuatu untukmu... meskipun hanya hal kecil," ucap Anya dengan suara pelan.

Suasana di kamar menjadi sunyi. Hanya terdengar suara lembut gesekan handuk di rambut Aiden.

"Kenapa kamu belum tanda tangani surat cerainya? Aku sudah memberimu kebebasan," Aiden memecah keheningan.

"Itu bukan kebebasan yang aku inginkan. Justru bersamamu, aku merasa bebas. Kamu tidak pernah melarangku melakukan apa pun... dan bagiku, itu adalah kebebasan yang sebenarnya," jawab Anya, masih mengeringkan rambut Aiden.

Ia menatap mata cokelat Aiden yang indah itu. Tuhan begitu kejam, pikirnya memberi sepasang mata seindah itu tapi membuatnya tidak bisa melihat apa pun.

Tanpa sadar, air matanya menetes dan jatuh di tangan Aiden.

"Kenapa kamu menangis?" tanya Aiden lembut. Ia menggenggam tangan Anya, menghentikan gerakan tangannya. Namun Anya tetap diam. Ia takut jika membuka mulut, tangisnya akan meledak.

Aiden menarik napas dalam-dalam, lalu memeluk Anya dan mendudukkannya di pangkuannya. Tangannya membelai lembut punggung wanita itu, menenangkan tangisnya.

"Tinggalkan aku... maka kamu akan bebas seperti sebelumnya," kata Aiden dengan suara parau, menahan emosi.

"Aku tidak akan meninggalkanmu..." sahut Anya lirih sambil menahan isak.

"Aku hanya memberimu satu kesempatan. Setelah ini, kamu tidak bisa pergi lagi dariku..." ucap Aiden. Tapi saat ia mengatakan itu, pelukannya justru semakin erat, seolah tak rela melepaskannya.

"Hmm... Aku tidak akan pergi," bisik Anya pelan.

Ia tahu betapa sulitnya berjuang sendirian. Dengan penglihatan sempurna pun, hidup tidak mudah. Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya jadi Aiden. Pria itu butuh seseorang di sisinya. Dan Anya bersedia menjadi orang itu meski tanpa cinta.

Aiden telah membantunya begitu banyak. Ini adalah satu-satunya cara Anya membalas kebaikannya: dengan tetap berada di sampingnya.

"Mungkin kita tidak menikah karena cinta. Tapi pasti ada alasan kenapa kita dipertemukan..." ujar Anya sambil menyandarkan kepala di bahu Aiden.

Aiden tak menjawab. Tapi diamnya dianggap Anya sebagai persetujuan.

Mereka kembali diam. Tapi keheningan kali ini terasa menenangkan. Tangis yang tadi pecah perlahan mereda. Anya merasa mengantuk, matanya mulai berat. Ia tidak bisa bergerak karena Aiden masih memeluknya erat.

Akhirnya, Anya memejamkan mata dan tertidur di pelukan Aiden.

Aiden mendengar napas Anya yang mulai teratur. Ia tahu wanita itu telah tertidur. Ia menundukkan kepala dan mengecup puncak kepala Anya dengan lembut.

“Siapa bilang aku tidak mencintaimu…” bisiknya pelan, terlalu pelan untuk bisa didengar Anya yang sudah terlelap.

Malam itu, mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain. Tidak ada lagi jarak, tidak ada lagi kebingungan. Hanya dua hati yang mulai menyadari satu hal:

Mereka saling membutuhkan.

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!