Perang dunia organisasi kriminal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekas Luka
"Apa kamu pernah membunuh sebelumnya?",
"Kamu harus menceritakannya kepadaku dengan jujur supaya aku bisa menilai mu",
"Kamu tidak perlu takut kita sekarang sudah jauh dari tempat yang tidak ingin kamu datangi lagi itu",
Max tahu jika Moka sudah pernah melakukannya. Pengasuh itu mau tahu seperti apa detail kejadiannya. Dari mulut Moka sendiri.
"Kamu harus menceritakannya Moka",
"Kamu harus memaksakan untuk mengeluarkan rahasia mu itu",
"Buatlah memori yang menakutkan bagimu itu menjadi sebuah kenangan yang asing",
Moka untuk pertama kalinya mengakui sebuah perbuatan yang tidak disengaja ia lakukan kepada orang lain. Peristiwa yang selama ini masih membayangi setiap langkahnya.
Moka mulai bercerita.
Moka berusia awal belasan tahun. Baru beberapa minggu yang lalu Moka memilih untuk meninggalkan rumah yayasan anak yatim piatu tempatnya dibesarkan. Tapi Moka masih sering kembali ke tempat itu di waktu malam hari ketika ia mengalami kesusahan untuk mendapatkan makanan dengan hidup di jalan.
Lewat tengah malam Moka mengendap-endap masuk ke dalam dapur rumah yayasan anak yatim piatu. Pintu dapur itu memang selalu sengaja dibiarkan tidak terkunci.
Pada suatu tengah malam ketika Moka sudah kenyang memakan nasi sisa makan malam yang ada di meja dapur. Moka yang hendak pergi meninggalkan rumah yayasan anak yatim piatu berhenti ketika mendengar suara yang mencurigakan.
Suara itu berasal dari kamar mandi anak laki-laki. Karena penasaran Moka datang ke sana.
Rupanya sedang terjadi sebuah perundungan. Seorang anak kecil dipukuli oleh anak yang lebih dewasa.
Malang sekali anak kecil itu sudah tidak sadarkan diri. Tapi masih saja ditendang dan diinjak-injak oleh anak yang lebih besar itu.
Moka menghentikannya.
Kemudian terjadilah perkelahian antara Moka dengan anak laki-laki pelaku perundungan itu. Pertarungan yang seimbang.
Moka memenangkan duel. Moka mengalami luka yang cukup dalam di bagian kantung mata kirinya. Ternyata lawan Moka itu juga membawa sebuah cutter. Sayatan itu akan menjadi bekas luka yang kentara dikemudian hari.
Sementara itu Moka memberikan luka yang tidak akan pernah bisa disembuhkan kepada lawannya. Yaitu kematian.
Setelah peristiwa itu Moka tidak pernah datang kembali ke rumah yayasan anak yatim piatu. Jika Moka lapar ia lebih memilih untuk masuk ke dapur rumah yang lain meski harus menghadapi resiko tertangkap sebagai maling.
Itu lah pembunuhan pertama kali yang pernah dilakukan oleh Moka. Anak laki-laki yang masih berusia awal belasan tahun itu bisa pergi dengan bebas karena sidik jari yang ia tinggalkan belum memiliki identitas.
Dan tidak ada seorangpun saksi mata yang pernah tahu kalau Moka yang sudah lama tidak tinggal lagi di rumah yayasan anak yatim piatu beberapa kali kembali ke sana untuk mencuri makanan sisa di dapur.
Seperti itulah kejadian yang bisa digambarkan ulang oleh Moka kepada Max. Suatu hari dimana Moka membunuh untuk pertama kalinya. Sekaligus menyelamatkan nyawa seorang anak kecil.
Mendengarkan Moka mengisahkan ceritanya Max bisa mengambil kesimpulan kalau memang darah keturunan dari kambing hitam benar-benar tidak bisa diremehkan.
Moka yang baru berusia di awal belasan tahun sudah bisa masuk ke dalam pekarangan rumah yang dihuni oleh banyak orang. Tanpa diketahui oleh satu orang pun.
Pada malam itu juga Moka berhasil mengalahkan seorang anak yang seumuran dengannya dengan tangan kosong. Sedangkan musuh yang dihadapinya berbekal senjata tajam.
"Apakah kamu memakai cutter itu untuk membunuhnya Moka?",
"Tidak Max",