Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Azalea
"Dom, kau jemput Liana nanti di bandara," kata Kakek, suaranya tegas memerintahkan cucunya.
Dominic menolak mentah-mentah. "Aku sibuk, Kek. Suruh saja supir yang ke sana."
Tatapan tajam Kakek menusuknya. "Apa yang membuatmu sibuk? Sibuk karena pekerjaan haram mu itu lagi!" Suaranya bergetar, dipenuhi amarah dan kekecewaan.
Dominic berbalik, hendak pergi.
"Dominic!" Kakek membentak, suaranya tak membiarkan penolakan.
Dominic menarik napas dalam-dalam. Kali ini, ia tahu ia tak bisa menolak keinginan Kakek.
"Baiklah, Kek. Terserah Kakek saja," ujarnya pasrah, nada suaranya menunjukkan keengganan yang tertekan.
Kakek memegang dadanya, rasa sakit menusuk akibat ulah cucunya yang keras kepala dan tak mau diatur. Amarah dan kekecewaan bercampur menjadi satu, menimbulkan tekanan pada jantungnya.
**
Dominic pun pergi ke bandara, berniat menjemput Liana meskipun terpaksa. Ia menjalankan perintah Kakek, namun dengan perasaan jengkel.
Sesampainya di bandara, ia turun dari mobil, menunggu Liana di ruang tunggu dengan wajah dingin dan kesal. Dalam pikirannya, Kakek telah membuang-buang waktu berharganya hanya untuk seorang wanita. Bagi Dominic, setiap detik adalah uang. Keengganan dan rasa tidak suka jelas terpancar dari raut wajahnya.
"Tuan bisa pulang saja kalau tidak mau menunggu. Saya bisa menunggu Nona Liana sendiri, Tuan," ucap Axel, memahami betul sikap dingin majikannya.
Dominic hanya berdeham, "Hm," sebagai jawaban singkat, lalu berbalik ingin pergi meninggalkan Axel di ruang tunggu bandara.
"Tuan Dominic," suara Liana tiba-tiba terdengar, menarik perhatian Dominic.
Dominic menghela napas, dengan terpaksa ia menoleh ke belakang.
Deg!
Jantung Dominic berdebar kencang, hampir melompat keluar dari dadanya saat ia melihat sosok Liana. Wanita
Meskipun Kakeknya sudah berulang kali menyebut nama Liana, ini pertama kalinya Dominic benar-benar melihatnya secara langsung.
"Hai, Anda Tuan Dominic, kan?" sapa Liana, tersenyum manis.
Tanpa berkedip, Dominic terus menatap wanita itu. Tatapan matanya terpaku, tak bisa lepas. Karena ternyata, wanita yang berdiri di depannya adalah wanita dalam foto yang selama ini ia simpan. Wanita yang telah lama mengisi mimpi dan pikirannya, wanita yang sudah ia cari selama lebih dari 6 tahun. Dan wanita yang sudah ia cintai selama 10 tahun lamanya.
"Maaf, karena membuat Tuan menunggu," lanjut Liana, suaranya riang, tampak senang karena Dominic mau datang menjemputnya. padahal dari informasi yang didapat tentang pria itu, kalau Dominic adalah pria yang tidak pernah dekat dengan mana pun wanita.
Liana menyimpulkan bahwa mendekati Dominic mungkin akan sulit. Ia memang sudah lama menyimpan rasa diam-diam pada Dominic, tetapi belum pernah benar-benar bertemu dengannya.
Meskipun sebagian gosip mengatakan Dominic menyukai sesama jenis, Liana tidak mempermasalahkannya. Perasaannya yang sudah lama terpendam membuatnya mengabaikan semua kabar buruk yang belum tentu benar.
"Azalea?" gumam Dominic dengan tatapan mata menyimpan penyesalan mendalam, menyebut nama wanita dalam foto itu. Wanita yang sudah lama ingin ia temui, yang seakan ditelan bumi dan menghilang tanpa jejak.
"Azalea? Maaf, nama saya Lia—" Ucapan Liana terputus saat Dominic tiba-tiba memeluknya erat. Kejutan itu membuat Liana tersentak, jantungnya berdebar kencang. Namun, di balik keterkejutannya, sebuah rasa senang yang tak terkira memenuhi hatinya.
Baru pertama kali bertemu, Dominic sudah menunjukkan rasa sayang dan penerimaan yang begitu besar.
"A-ada apa?" tanya Liana, bingung dengan tindakan tiba-tiba Dominic.
"Tuan, mungkin saja mereka cuma mirip. Bukankah Tuan lihat sendiri, cara berpakaian mereka sangat jauh berbeda? Tuan tahu sendiri bukan, Nona Azalea tidak pernah membuka hijabnya," bisik Axel, mengingatkan tuannya dengan lembut.
Dominic masih menatap Liana, tak mampu berkata-kata. Bayangan Azalea gadis dari masa lalunya, yang sangat mirip dengan Liana, menghantui pikirannya. Kesalahan besar yang pernah ia lakukan terhadap wanita itu terus menghantuinya, menciptakan rasa bersalah yang tak pernah benar-benar sirna.
Kesalahan yang hingga kini masih membuatnya terombang-ambing dalam rasa bersalah yang mencekik. Sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan, sesuatu yang terkubur dalam-dalam di lubuk hatinya, kini muncul kembali, diperjelas oleh kemiripan Liana dengan wanita itu. Ia terdiam, kata-kata seakan tercekat di tenggorokannya, hanya mampu menatap Liana dengan tatapan yang sarat akan penyesalan dan kerinduan yang tak terungkapkan.
Brugh!
"Hey!" pekik Liana kaget.
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘