Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
•
Karina memejamkan matanya lebih kuat. Ia mulai merasa pusing dan napasnya terasa berat, rasanya seakan Steve sudah mencuri setiap napas yang ada di paru-parunya. Karina tidak tahu berapa detik, atau mungkin menit, sudah berlalu sejak mereka berciuman. Semua yang awalnya dimulai dengan pelan dan lembut, entah bagaimana berubah menjadi jauh lebih agresif. Tangan Steve yang tadinya menahan kedua pergelangan tangan Karina di permukaan pintu kini sudah bertautan dengan tangannya.
Dari sisi lain pintu kamar, Karina berhasil menangkap dua suara cekikikan tertahan dari ibu mereka, dan Karina bersorak penuh kemenangan di dalam hati.
Akting mereka berhasil!
Karina menggenggam pelan tangan Steve, mencoba memberi tahu pria itu bahwa idenya ini berhasil, dan Karina dapat merasakan Steve mengangguk pelan mengerti. Ternyata kecurigaan mereka terbukti, ibu mereka benar-benar sedang berusaha menguping. Dan sekarang pasti keduanya sedang merasa sangat senang, dan semua itu berkat akting yang sempurna dari anak-anak mereka ini.
Karina sangat sibuk dengan pikirannya ketika tiba-tiba ia merasakan hisapan pada bibir bawahnya. Seketika Karina mengeluarkan suara desahan pelan, sangat pelan ia yakin ibu mereka tidak akan bisa mendengarnya. Rasa terkejutnya berubah menjadi kekesalan ketika ia bisa merasakan Steve yang tersenyum di bibirnya. Rasanya Karina ingin menonjok dada pria ini, namun tidak banyak yang bisa ia lakukan dengan posisi Steve yang masih menggenggam erat kedua tangannya. Sialan.
Karina kembali mendengar suara bisik-bisik, kali ini disertai dengan suara-suara ribut di pintu. Sepertinya ibu mereka benar-benar sedang menempelkan telinga di pintu untuk menguping. Karina heran bagaimana bisa ibu mereka berpikir bahwa Karina dan Steve tidak akan tahu kalau ada yang sedang berdiri di balik pintu ini dengan semua suara grasak-grusuk yang ditimbulkan. Dan juga, bercumbu sambil memiliki ‘penonton’ yang berjarak hanya satu pintu kayu mahoni darinya bukanlah sesuatu yang Karina pikir akan terjadi dalam hidupnya. Jujur saja semua ini terasa agak memalukan, namun untuk saat ini ia tidak memiliki banyak pilihan. Dirinya hanya bisa berimprovisasi dan beradaptasi untuk mengatasi masalahnya ini.
Sekali lagi Karina menggenggam tangan Steve, mencoba memberi isyarat bahwa mereka harus segera melakukan ‘pertunjukan’ yang lebih meyakinkan agar kedua ibu mereka puas dan segera menghentikan aksi menguping mereka.
Dan seperti biasanya, Steve dengan cepat dapat menangkap sinyal dari Karina dengan baik.
Namun, Karina harus kembali terkejut ketika ia merasakan Steve yang menggigit bibir bawahnya dengan agak kasar, membuat ia seketika membuka mulutnya dan mengeluarkan suara desah kesakitan yang kini cukup kuat. Dan saat itu juga, ia kembali mendengar suara cekikian tertahan dari balik pintu. Good, ibu mereka mendengarnya.
Karina baru saja akan menutup mulutnya ketika tiba-tiba lidah Steve merayap melewati bibirnya yang terbuka, dan seketika pikiran Karina langsung kosong. Matanya melebar dan napasnya tercekat di tenggorokan. Dirinya sudah beberapa kali berciuman dengan Steve, tentu saja disaat-saat yang memang mengharusnya mereka berciuman. Namun Steve tidak pernah melakukannya sejauh ini. Karina tidak tahu kalau Steve sangat jago beciuman. Apakah ada sesuatu yang tidak bisa pria ini lakukan?
Situasi ini membuat Karina berpikir, apakah semua ini benar-benar diperlukan hanya untuk meyakini ibu mereka bahwa mereka sedang menikmati malam dengan baik? Penghargaan apa yang akan mereka dapatnya dari semua ini? Hal ini mengingatkan Karina pada satu hal. Dirinya dan Steve memilik sifat keras kepala dan kompetitif yang mirip. Baik Steve maupun Karina diam-diam selalu melihat segala hal sebagai kompetisi yang dapat menentukan siapa yang lebih baik dalam segala hal yang mereka lakukan. Ini mungkin terdengar kekanak-kanakan, namun dengan betapa sempurnya Steve, Karina tidak bisa menahan dirinya untuk menemukan sedikit saja ketidaksempurnaan pada diri Steve.
Jadi, dalam enam bulan terakhir, mereka selalu mencoba untuk mengalahkan satu sama lain dalam berbagai hal, dan kebanyakan adalah hal-hal kecil yang tidak terlalu perlu, seperti siapa yang dapat mengemudi dengan baik, siapa yang bisa memasak lebih baik, siapa yang lebih jago membuat kopi, atau siapa yang bisa mendapatkan lebih banyak pujian dari dewan direksi di kantor.
Oleh karena itu, apa yang sedang terjadi saat ini membuat Karina berpikir apakah ini semua hanya alasan bagi mereka untuk melihat siapa yang lebih jago dalam berciuman? Entah kenapa Karina merasa sedikit sedih dan kesal akan pemikirannya ini. Jika semua ini hanya kompetisi, Karina sama sekali tidak merasa bangga karena sepertinya dirinyalah yang akan kalah malam ini.
Lutut Karina melemas ketika lidah Steve akhirnya bertemu dengan miliknya. Ia mendesah pelan, dan kali ini dirinya tidak yakin apakah reaksinya ini hanya sebuah akting atau tidak. Steve refleks melepas genggamannya pada tangan Karina dan memegang pinggangnya saat dia merasakan Karina yang sedikit kehilangan keseimbangan, namun bibirnya sama sekali tidak meninggalkan bibir Karina.
Karina merasakan sensasi air liur yang mengalir di dagunya, dan ia memukul dada Steve pelan tanda menyerah. Baru saat itulah Steve melepaskan ciumannya. Dahi mereka bersentuhan dengan napas yang tersenggal-senggal. Karina merasa dirinya sangat pusing karena kekurangan oksigen.
Mereka diam dalam posisi itu untuk beberapa detik sebelum Steve mendorong dagu Karina ke atas dengan tangannya, membuat Karina mendongakkan kepalanya. Satu tangannya mencengkeram pinggang Karina pelan, dan tangan yang tadinya berada di dagu Karina kini bergerak menuju ikatan gaun di leher Karina dan menggesernya perlahan. Detik berikutnya, Steve mendaratkan bibirnya di lehernya, menggigit dan menghisap pelan di sana.
Karina mendesis pelan, matanya secara otomatis terpejam dan tangannya naik ke pundak Steve, mencengkeramnya kuat. Ia tidak lagi memperhatikan suara-suara berisik dari balik pintu, karena pikirannya benar-benar terasa kosong dan ia merasa dirinya seperti melayang-layang.
Saat itulah bendera putihnya benar-benar dikibarkan. Ia sadar ini adalah kompetisi yang tidak bisa ia menangkan.
•
•
aku mampir nih thor... semangat ya!
😭