Kita tidak tahu, kapan hujan itu akan datang? Entah, tiba-tiba atau dengan pertanda langit yang gelap disertai suara petir yang menggelegar. Begitu juga dengan rasa cinta, yang hadir tanpa bisa di tebak.
"Dulu, aku membenci hujan karena sudah merenggut seseorang yang aku sayangi. Namun, ketika hujan mempertemukan aku denganmu. Seketika aku selalu merindukan kehadirannya, seperti aku merindukanmu. "
~ *Aishakar Rafka Bagaskara* ~
"Aku sangat menyukai hujan. Terlebih, saat hujan mempertemukan aku dengan dirimu. Aku tak ingin hujan itu berhenti."
~ *Gabriella Anastasya*~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma ismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perintah
Sudah hampir seminggu Bagaskara tak sadarkan diri. Hari yang masih dipenuhi dengan kecemasan dan kesedihan.
Mereka memilih tak melanjutkan pencarian pelaku penyerangan markasnya untuk saat ini, dan akan melanjutkannya ketika laki-laki itu sudah sembuh.
Seminggu ini pun mereka sibuk menyelidiki kasus kecelakaan Bagaskara. Sebab, mereka merasa janggal saat melihat kondisi motor laki-laki itu yang tidak ada lecet sedikitpun. Hanya tangki oli yang bocor. Sebelum kejadian, motornya sedang baik-baik saja karena memang baru di service. Dan saat pencarian kasus penyerangan markas pun motornya masih baik-baik saja. Itulah yang membuat mereka merasa janggal dengan kejadian ini.
Terutama Arjuna, dia sangat tau kalau kejadian ini bukan hanya sekedar kebetulan. Apalagi saat dia melihat perilaku Bagaskara yang akhir-akhir ini tak seperti biasanya.
Hari itu markas dipenuhi oleh anggota Lavegas. Mereka sudah mendapatkan bukti kuat kalau Bagaskara bukan murni kecelakaan.
Shankara memperlihatkan laptopnya yang berisi rekaman cctv saat kejadian tersebut. "Kalau kita lihat dari rekaman ini, kaya ada yang janggal gak sih?" Ucapnya.
Agha langsung mengambil alih laptop itu dari tangan Shankara. "Sini-sini, lihat deh Bagas gak biasanya naik motor kaya gini." Ucapnya dengan wajah curiga.
Agha langsung menoleh ke arah Arjuna lalu berkata. "Jun maneh yang paling dekat sama Bagas. Apa lo gak tau masalah dia sekarang? dia gak pernah sampai segini nya kalau ada masalah keluarga." Jelasnya.
Arjuna terdiam. Dia tak tau harus menjawab apa, karena hanya dia yang tau masalah itu. "Aing teu tau." Jawabnya dengan wajah datar.
Mahesa menghampiri mereka lalu memegang pundak Arjuna. "Gak usah bohong Jun. Jujur aja maneh" ledeknya.
Dikta langsung beranjak dari sofa lalu mendorong pundak laki-laki itu. "Ganggu maneh! Pergi aja anj**g!" Bentaknya.
Mahesa tertawa remeh saat dirinya terdorong, lalu berkata. "Santai dong!" Ledek Mahesa sambil tertawa dan pergi meninggalkan markas tersebut.
"T** maneh!" Umpat Dikta.
Arjuna memegang dua pundak Dikta. "Udah-udah gak usah diladeni" Ucapnya berusaha memberi pengertian kepada temannya itu.
Sejak pertengkarannya dengan Mahesa minggu lalu, hubungan mereka sudah tidak baik-baik saja. Anak-anak di markas pun ikut kesal dengan sikap Mahesa yang seperti itu, makanya tidak ada yang mengajaknya ngobrol. Sudah dilarang datang ke markas, namun dirinya tetap datang ke markas itu dengan alasan dia masih anggota Lavegas.
Saat suasana markas sedang memanas karena perilaku Mahesa tadi, tiba-tiba Sagara menyeletuk. "Aing curiga deh ada sesuatu yang buat dia panik makanya gelagatnya jadi kaya kitu." Celetuknya.
Mereka semua menoleh. "Jadi maksud maneh dia kena serangan panik?" Tanya Dikta.
Sagara mengangguk. "Mungkin" Jawabnya.
Arjuna duduk ke sebelah Dikta. "Kenapa kita gak cek lagi motornya? siapa tau bukan cuma tangki olinya yang bocor" Ucapnya memberi saran.
Seisi markas mengangguk. "Aing setuju!" Jawab Shankara.
Saat ini motor Bagaskara berada di markas, sengaja mereka meletakkannya di markas agar mudah saat mereka ingin mengeceknya seperti sekarang.
Agha mengecek motor itu dibagian kabel rem belakang. Dan betul saja dugaannya, kabel rem roda belakangnya sudah terputus.
Dia mengangkat kabel rem itu agar seisi markas bisa melihatnya. "Nih, kabel rem roda belakangnya putus!" Ucap Agha.
Arjuna langsung berlari menghampiri Agha. "Sia**n!" Umpatnya sambil mengambil kabel itu dari tangan Agha.
"Ini udah fiks Bagas gak murni kecelakaan! kita harus bertindak lebih!" Tegas Arjuna ke seisi markas.
...----------------...
(Arjuna POV)
UNKNOWN
^^^Mau lo apa sama temen gue!^^^
^^^ kurang cukup lo bikin mentalnya hancur?^^^
Itu salah dia karna dia gak
denger perintah gue!
^^^Lo gak akan bisa perintah dia.^^^
^^^INGAT! gue gak bakal tinggal diam!^^^
Coba aja kalo bisa.
...----------------...
"Ah, anj**g!" Decak Arjuna sambil melempar ponselnya ke atas meja.
Dikta melihatnya heran. "Kenapa sih, Jun?" Tanyanya.
"Gak" Jawabnya dengan ketus.
"Besok kita harus udah ambil tindakan" Celetuk Arjuna lagi.
Sagara yang sibuk memakan kacang itu menjawab. "Kita mulai dari mana?" Tanyanya.
"Aing ngerasa emang akhir-akhir ini tingkah laku Bagas aneh, dan gua yakin pasti ada sesuatu" Jelas Arjuna.
"Menurut aing dia lagi ngerasa terancam, makanya dia suka tiba-tiba cabut. Dan motornya itu udah disabotase sebelum dia cabut dari markas dan kejadian kecelakaan itu. Dia bawa motor dengan keadaan panik dan gak bisa mengendalikan dirinya sendiri." Jelas Arjuna lagi.
Shankara mengangguk. "Jadi dia punya panik attack? Tanyanya.
"Ya! cuma emang udah gak separah dulu, jadi kalian gak ada yang tau" Jawab Arjuna.
Agha memasang muka heran. Wajahnya mendekat kearah Arjuna. "Kayaknya maneh sembunyi in sesuatu dari kita" Ucapnya curiga.
Arjuna terdiam kaku, dia terkejut ketika temannya sudah mulai curiga dengan tingkah lakunya. "Enggak, Gha. Aing emang teu tau apa-apa tapi aing mah yakin kalo kejadian itu karna ulah sabotase" Ucapnya dengan ragu.
"Eh, udah udah! balik ke topik awal kita harus mulai rencana ini dari mana?" Tanya Dikta.
tangannya bergerak mencegah. "Tunggu-tunggu! kayanya gue faham nih, jadi ada orang yang mau hancurkan Lavegas tapi lewat orang dalam. Gue curiga sama Mahesa, akhir-akhir ini tingkah laku dia kaya t*i soalnya" Jelas Dikta.
"Nah! bisa juga ada orang yang gak terima kalau Bagas jadi ketua Lavegas" Timpal Sagara.
"Oke aing udah tau harus mulai dari mana" Celetuk Agha.
Arjuna berdiri dan berjalan ke arah papan tulis kosong. "Perhatian semuanya!"
Semua anggota serentak melihat ke arah laki-laki yang berdiri disebelah papan tulis itu.
Arjuna mulai menggambar rencana yang harus dijalani sambil menjelaskan. "Jadi pertama Dikta dan Sagara mulai besok maneh berdua harus mulai perhatiin gerak geriknya si Mahesa. Kalau dia pergi ikutin, tapi jangan sampai ketahuan! kalau semisal ada hal penting rekam!" Perintah Arjuna.
"Kedua Shankara, Agha dan aing bakal selidiki ke Surabaya untuk pergi ke markas Antonio" Jelas Arjuna.
Anggota Lavegas sudah tau kalau Bagaskara sering nongkrong bersama seorang ketua geng motor yang bernama Antonio di surabaya, namun mereka tidak tau masalah yang dialami oleh temannya dan seseorang itu.
"Dan yang terakhir sisa anggota harus jaga markas agar tetap aman dan pastikan gak ada penyusup satupun!" Tegas Arjuna.
Seisi markas mengiyakan perintah yang diberi oleh laki-laki itu. Dan beberapa dari mereka kembali ke kegiatan mereka masing-masing.
Shankara dan Agha sedikit heran karena mereka harus pergi ke Surabaya untuk menemui seseorang itu.
"Jun, kita ngapain ke surabaya? emang masalah ini ada hubungan nya sama kecelakaan si Bagas?" Tanya Shankara penasaran.
Agha ikut bertanya. "Iya, Jun. Atau dia penyebab kecelakaan ini?" Tanyanya.
"Udah. Ikutin perintah gue aja, nanti juga lo pada tau" Jawab Arjuna.
"Oke siap-siap" Jawab mereka berdua serentak.
...****************...
Siapakah Antonio yang disebut Arjuna?
Ada apa di Surabaya?
Nantikan bab selanjutnya 🥰.
Note :
Aing : aku.
Maneh : kamu.
Teu : tidak/tak.