NovelToon NovelToon
AKHIRNYA MENYESAL

AKHIRNYA MENYESAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pihak Ketiga / Pelakor / Balas Dendam
Popularitas:17.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.

Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.

Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.

Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu

mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HILANG

Malam itu juga setelah Sean pergi, Livia langsung membuat surat pengunduran diri. Setelah itu dia memanggil Elis dan mereka mengobrol di ruang tengah.

"Ibu kenapa mual lagi, atau mau saya pijitin?"

Livia menggeleng. "Enggak Bi, ada yang ingin saya sampaikan pada Bi Elis. Duduklah!" Livia menunjuk salah satu kursi yang ada di hadapannya.

Elis menurut meski ada sedikit firasat tidak enak.

"Apa yang ingin ibu sampaikan pada saya? Tapi tolong, jangan pecat saya. Meskipun saya bisa kembali bekerja pada tuan Sean, tapi entah kenapa saya sudah merasa cocok dengan ibu."

Benar, Elis memang sudah merasa cocok bekerja dengan Livia meski belum genap sebulan bekerja. Tapi di balik itu juga, Sean sudah mewanti-wanti untuk terus mendampingi Livia. Sean merasa percaya pada wanita 37 tahun itu, makanya dia memberitahukan semua tentang Livia, karena Elis memang orang yang baik dan bisa dipercaya.

"Bi Elis tahu kan, mantan suami saya Alex, dia tak mengetahui kalau saya sedang mengandung benihnya?"

Elis mengangguk.

"Jika saya terus di sini dan masih bekerja dengan pak Sean, bukan tidak mungkin suatu hari kami pasti akan bertemu. Dan dia akan tahu..."

Livia tak melanjutkan ucapannya. Elis pun sudah tahu semuanya.

"Maaf Bu. Bukannya saya lancang atau ingin ikut campur. Bukankah jika pak Alex tahu kalau ibu sedang hamil, beliau akan berpikir dua kali untuk bercerai dari ibu. Karena kan pak Alex sudah lama menginginkan anak?"

Livia mendesah pelan, seperti ingin menghempaskan rasa lelah lahir dan batin.

"Saya sudah kecewa sama dia bi. Juga keluarganya.

Mereka sudah menganggap saya Mandul dan Alex lebih memilih anak kecil yang sudah merebut hatinya, daripada memperbaiki rumahtangga kami."

Elis terdiam. Dia menatap iba majikannya.

"Selain itu, kejadian semalam, sungguh membuat saya tidak nyaman. Hidup saya sudah banyak masalah. Saya lelah, saya tak ingin terlibat dengan masalah orang lain. Dengan drama yang diciptakan oleh Mbak Natalia. Saya hanya ingin hidup tenang, Bi.""

Livia menarik dan menghembuskan napas sejenak.

"Untuk itu, saya sudah memutuskan akan pergi jauh melangkah pergi.

"Saya janji Bu, tak akan bicara apapun pada pak Sean.

Saya akan tetap ikut Bu Livia."

Livia menatap Elis, mencari kebenarang di wajah wanita itu. Dan dia hanya melihat kesungguhan di sana.

Akhirnya Livia pun menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu kita siap-siap sekarang juga. Saya akan kasih tahu bibi lagi jika waktunya sudah tiba. Pokoknya semuanya harus sudah rapi malam ini."

"Baik Bu"

Jauh di luar pulau Jawa, tepatnya di pulau Bali, seorang wanita cantik tengah mengantri di ruang tunggu sebuah rumah sakit bersalin. Perutnya terlihat membuncit.

Sayang, tak seperti ibu hamil lainnya yang periksa kehamilan dengan ditemani para suami mereka, dia hanya ditemani seorang wanita yang usianya terlihat jauh di atas dirinya.

"Nyonya Livia Arnethya..."

Suster memanggil dengan nada formal. Livia berdiri perlahan, memegangi pinggangnya yang terasa pegal. Elis sigap membantu, memapahnya masuk ke ruang pemeriksaan.

Di dalam ruangan, dokter kandungan menyapa ramah,

"Selamat sore Bu, tidak diantar suaminya?"

"Tidak ada, dok." Jawab Livia singkat.

Dokter mengangguk, lalu langsung memulai pemeriksaan. Proses berjalan lancar. Livia berbaring tenang, meski raut wajahnya terlihat sedikit tegang, memperhatikan layar USG sambil sesekali mencuri pandang ke arah dokter.

Tak butuh waktu lama. Pemeriksaan selesai, dan mereka kembali duduk di bangku tunggu sambil menunggu hasil cetakan USG.

"Anaknya sehat, Bu. Jenis kelaminnya sudah bisa terlihat juga. Mau dikasih tahu?" tanya dokter tadi, muncul sambil membawa hasil cetakan.

Livia mengangguk pelan.

"Laki-laki," ujar dokter sambil tersenyum.

Livia menatap foto USG yang sudah dicetak dengan mata berkaca-kaca. Ada perasaan haru dan pilu bercampur di dalam dadanya. Dia merasa lega, tapi tetap ada kekhawatiran yang biasa dirasakan para ibu hamil yang sebentar lagi akan melahirkan.

Setelah keluar dari ruangan dokter, Elis memegang tangannya.

"Anak ibu pasti tumbuh jadi anak yang hebat. Seperti ibunya."

Livia menoleh.

"Aku hanya berharap anakku tumbuh sehat dan kuat, untuk bisa menghadapi dunia yang keras. Tapi aku akan pastikan dia tak akan kekurangan kasih sayang." Elis menga.ngguk sambil tersenyum bangga pada majikannya ini. Livia begitu tegar, jarang mengeluh dan selalu mengatasi rasa ngidamnya dengan baik.

Beberapa langkah sebelum keluar dari rumah sakit, Livia mendadak berhenti.

"Bi Elis... kalau nanti terjadi apa-apa saat aku melahirkan...

"Sssttt, ibu tidak boleh bicara begitu. Sejauh ini ibu, wanita yang hebat. Saya yakin ibu bisa. Dan saya akan selalu berada di sisi Bu Livia. Jangan pikirkan apa-apa!"

Livia tersenyum haru. Sejauh ini Elis memang selalu menjadi penguat di saat ditinya sedang down ataupun khawatir.

"Terimakasih ya bi, selalu sabar menghadapi aku yang kadang cengeng, suka marah-marah nggak jelas dan khawatir berlebihan."

"Tidak apa-apa Bu. Orang hamil memang seperti itu. Kata orang...swing, swing apaaa gitu?"

Elis mengetuk-ngetuk pelipis dengan ibu jarinya.

Livia tersenyum, "mood swing."

"Nah itu, hehehe..."Elis terkekeh.

Keduanya sudah tiba di parkiran dan Livia membuka

Pintu mobil, lalu duduk di balik kemudi. Sementara Elis duduk di sampingnya. Perlahan Livia melajukan mobilnya.

Sementara Livia masih berjuang dengan kehamilannya, Alex masih sibuk dengan anak kecil kesayangannya. Semakin hari mereka semakin lengket.

Panggilan Om Papa yang disematkan Keysha pada Alex, kini sudah berubah menjadi 'Papa' saja.

Sementara hubungannya dengan Ishana pun semakin membaik. Kelembutan dan perhatian Ishana lambat laun membuat Alex kembali nyaman berada di sisi wanita itu, setelah beberapa bulan lalu Alex masih sulit move on dari Livia.

Tapi hubungan mereka tentu saja masih punya tantangan besar dari Wulan dan Aurelie.

Kalau dulu Aurel mendukung hubungan Ishana dan Alex untuk memisahkan Alex dati Livia, kini dia menentang bahkan memusuhi Ishana karena kasus Syaira. Padahal sekarang anak itu sudah bisa kembali berjalan normal. Aurelie bahkan sudah memindahkan sekolah putrinya ke TK lain.

Sementara Wulan sangat menentang, karena baginya Ishana tak beda jauh dari Livia. Terpenting, dia sudah memiliki calon sendiri untuk putranya, yang dirasa cocok dan selevel dengan keluarga mereka. Gadis itu bernama Anneke, putri dari teman sosialitanya Wulan.

Seperti sore itu, Wulan, Aurelie dan Anneke, sedang berbincang tentang bisnis, di kafe milik Anneke dan sedang menunggu Alex yang sudah mereka undang untuk datang.

"Memangnya Alex sudah berapa lama cerai dari istrinya?" Tanya Anneke yang sebenarnya mengenal Alex dari dulu. Tapi perkenalan mereka tidak begitu akrab karena Anneke melanjutkan kuliahnya di Le Cordon Bleu Paris. Dan lama menetap di Paris membuka kafe. Kini dia kembali ke Indonesia, juga membuka usaha kafecdan berencana buka cabang juga.

"Sekitar 3 bulan." Jawab Wulan. "Tapi Alex sampai sekarang masih jomblo, loh."

Anneke hanya tersenyum. Dia paham, ada bau-bau perjodohan yang ingin dilakukan Wulan. Tapi jujur, Anneke merasa kurang suka sama 'ibu mertua' macam Wulan. Apalagi saat dia menjelek-jelekkan Livia. Meskipun dia sendiri tidak mengenal Livia, tetap saja tidak enak mendengarnya.

Tak berapa lama, Alex datang.

"Ini dia yang kita tunggu," seru Wulan dengan wajah sumringah.

Alex berjalan masuk ke dalam kafe sambil menyapu ruangan dengan pandangan. Tatapannya berhenti saat melihat ketiga wanita itu duduk di pojok ruangan.

"Maaf, macet," ujar Alex singkat saat tiba di meja mereka.

"Gapapa, yang penting kamu datang," balas Wulan sambil tersenyum lebar.

Anneke berdiri dan menyambut dengan sopan. "Hai, Alex. Lama nggak ketemu."

Alex menjabat tangannya sekilas. "Iya, sudah lama juga ya."

Aurelie hanya melirik tanpa banyak komentar. Sejak kejadian Syaira, hubungannya dengan Alex agak

renggang.

Wulan cepat mengambil alih suasana. "Tadi kita

ngobrolin bisnis dan rencana buka cabang kafe Anneke.

Kamu tahu kan, Anneke ini lulusan Le Cordon Bleu.

Kuenya enak-enak."

Alex hanya mengangguk. "Iya, aku pernah coba waktu launching pertama."

"Kalau kamu dan Anneke kerja sama, pasti keren,"

timpal Wulan.

Anneke menahan napas. Dia tahu arah pembicaraan Wulan sudah tidak murni soal bisnis. Tapi dia tetap berusaha netral. "Kalau ada kesempatan, why not."

Alex melirik jam tangannya.

"Kalau mau ngomongin tentang bisnis, rasanya saat ini kurang tepat. Sekarang aku nggak bisa lama. Keysha udah nunggu di rumahnya. Aku tadi janji akan nemuin dia."

"Ya ampun, kamu masih ngurusin anak itu?" celetuk Wulan dengan wajah kesal.

Alex menatap ibunya datar. "Ma... jangan mulai lagi."

"Daripada ngurusin anak orang, mendingan kamu nikah lagi dan punya anak sendiri. Mumpung kamu ini masih muda!" semprot Wulan, tak malu-malu lagi meski di depan Anneke.

Alex diam tak menimpali.

"Kalau gitu, kita ngobrol lain waktu aja ya, Alex," kata Anneke, mencoba menutup pertemuan dengan sopan.

"Tidak bisa! Kalau kamu tetap seperti ini, Mama akan bertindak! Kalau perlu, Mama akan datangi wanita itu!"

ancam Wulan.

Alex melirik pada Anneke, merasa tidak enak dengan ucapan ibunya yang tak tahu tempat. Anneke yang juga kebetulan melihatnya, hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Oke Anneke, thanks for the coffee," ujar Alex menahan malu.

"Sama-sama. Sampai jumpa."

Alex pun pergi dan tak menghiraukan ancaman ibunya.

"Aku nggak terima, Sean! AKU GAK TERIMA!!!" teriak Natalia melengking. Tangisnya pecah bersamaan dengan itu.

"Maaf, Nat. Aku tak bisa lagi melanjutkan hubungan kita," jawab Sean pelan.

"Kenapa? Apa salahku?"

Sean diam sejenak. Kalau dia berterus terang, Natalia pasti akan tambah histeris.

"Kita sudah tidak cocok. Jadi lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Daripada hanya akan saling menyakiti."

"Itu pasti karena Livia, kan? Tante, Sean memutuskan aku karena dia tergoda oleh si janda gatel itu. Namanya Livia," sambar Natalia, lalu menoleh pada Siska, maminya Sean.

Saat ini, secara gentle, Sean membawa kedua orangtuanya untuk menemui Natalia, juga keluarganya. Tujuannya, seperti di awal tadi, untuk membatalkan pertunangan mereka.

"Tolong jangan bawa-bawa Livia. Dia tak ada hubungannya dengan ini. Bahkan sekarang dia pergi entah ke mana," jawab Sean menahan geram.

Tiba-tiba ayahnya Natalia menggebrak meja. Semua terlonjak dan menatap ke arahnya. Dan sejenak suasana menjadi hening, sampai laki-laki emosional itu berkata lagi.

"Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kami, Sean. Kamu juga sudah menyakiti perasaan putri kami." Katanya dengan suara lantang dan sarat kemarahan."Saya tidak terima penghinaan ini. Sekarang pergi kalian semua!"

Itulah akhir dari hasil pertemuan Sean dengan Natalia dan keluarganya.

Tapi yang mengusik pikirannya justru bukan itu, tapi kepergia Livia yang tak tahu dimana rim anya. Dia sudah mencarinya ke pelosok Jakarta. Tapi Livia hilang tanpa jejak.membuatnya merasa frustrasi.

1
kaylla salsabella
itu si dedek lebih bagus klu di panggil axel
Ayudya
ayolah buat nathali jerah dan ga nganggu keluarga kecil mu lagi
Mundri Astuti
ga bisa dibiarin ni mah Sean ...kudu dibikin kapok
Ayudya
nat niat iri dan akan menghancurkan mu
Dila Dilabeladila
sukurin dan lo akan lebih menyesal pafa saat tau klu itu anak lo.behhhhhhhh
Hasri Ani: sabar saaaay sabaaar🤣🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
maem tu sesal lex🤣🤣🤣🤣🤣
Hasri Ani: 🤣🤣penyesalan emang sllu belakng say.. klw di awal itu pendaftaran nmnya🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
lah siapa lagi tu yg teriak teriak kayak tarzan
Ejan Din
punya niat jd pelakor
Ayudya
seru dan menarik
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
dih lu yg mandul
kalea rizuky
hahahaah mampus lu lek istri lu g ada rahim
kalea rizuky
woy Sean putusin dlu lampir serakah jg lu mau dketin Livia kok masih punya pcr mana mau livia
kalea rizuky
dih siapa loe lek ngatur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!