Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10- Fakta tentang Arkan
“Kita lagi ngejar siapa sih Reen, copet?” tanya Essa setengah mengeraskan suaranya agar dapat di dengar dengan jelas oleh Maureen.
“Belok kanan.” Ucap Maureen, dia tak menghiraukan pertanyaan dari Essa.
Mau tak mau Essa pun menuruti perintah Maureen, walau puluhan pertanyaan bercokol di otaknya.
“Lebih cepet bawa motor nya Sa!” lagi-lagi Maureen memberi perintah, dan begitu pun Essa dia langsung nurut gitu aja tanpa banyak protes.
“Belok Sa belok, ikuti mobil itu,” desaknya saat melihat mobil berwarna hitam masuk gerbang perumahan di depannya. Essa mengangguk setuju, terserahlah apa tujuan Maureen mengikuti mobil itu yang penting turuti saja apa maunya untuk sekarang ini.
“Berhenti disini Sa,” ucap Maureen sambil menepuk pundak Essa kala melihat mobil Arkan telah berhenti dan masuk ke salah satu halaman rumah yang posisinya tak jauh dari posisi mereka saat ini.
Maureen turun dari motor dan perlahan berjalan mendekati rumah itu.
“Kita sudah sampai sayang, Maura lelah tidak?” suara celotehan seorang wanita terdengar.
“Maura seneng jalan-jalannya?” lagi-lagi wanita itu berucap.
Maureen menghentikan langkahnya, dia tak berani mendekati pagar rumah itu, jujur dia tak siap jika rasa curiganya ternyata menjadi nyata.
“Mas Arkan, Ibu tanya kapan kita bisa berkunjung ke rumah?”
Essa tiba-tiba berjalan menghampiri pagar tersebut melewati Maureen sontak membuat dia terkejut, namun semua sudah terlanjur terjadi Maureen tak bisa menghentikannya.
“Permisi Mas, bisa minta waktunya sebentar,” ucapnya, namun tak dihiraukan Arkan, laki-laki itu sibuk menurunkan barang belanjaan dari bagasi mobilnya.
Sedang sang wanita sedang berdiri sambil menggendong anak. Melihat Arkan tak menyahut dan mengabaikan Essa, wanita itu pun berkata, “Mas mau nawarin barang ya, barang apa Mas?” tanyanya ramah.
“Nggak kok Mbak, saya cuma mau tanya, apa Mbak istrinya Mas Arkan?”
Wanita itu tertegun, sedang Arkan yang semula hanya diam kini menoleh menatap kearah Essa.
“Siapa kamu?”
“Mbak, bisa tolong jawab saja?” Essa mengabaikan pertanyaan dari Arkan.
“Saya tanya siapa kamu?” desaknya, diiringi tatapan menusuk.
Essa membalasnya dengan tatapan sinis.
“Iya Mas, saya istrinya Mas Arkan, kenapa emangnya?” sahut wanita itu dengan tatapan bingung.
Seketika lutut Maureen melemas dia berjongkok sambil menangis, dia tak menyangka ternyata Arkan adalah pria yang telah berkeluarga, bagaimana mungkin dia tidak tahu itu selama ini bahkan hubungannya dengan Arkan sudah berjalan satu tahun lebih tanpa ada rasa ragu sedikitpun.
“Diam Aisyah!” bentak Arkan, membuat wanita bernama Aisya itu sontak terdiam.
“Siapa kamu hah? Jawab!” desaknya.
Namun bukannya menjawab Essa justru melangkah mundur, sambil tersenyum sinis.
“Kau sudah mendapatkan jawabanmu, apa kau ingin tetap disini?” ucap Essa, membuat kening Arkan berkerut.
Dia membuka pagar dan berjalan keluar saat itulah dia melihat Maureen berdiri dengan mata memerah menatap tajam kearahnya.
“Reen?” ucapnya gelagapan, dia terkejut setengah mati saat melihat wanita yang telah satu tahun di pacarinya kini berdiri di depan rumahnya.
“Reen aku–,”
“Essa, ayo kita pulang!” ucap Maureen, sambil menyapu air matanya.
“Reen aku bisa jelasin ini,” Arkan berjalan mendekat, namun Essa seketika menghalangi pergerakannya.
“Lu udah gila ya, istri lu lagi dengerin semua ini, apa lu gak takut?” Essa menatap tak percaya, bisa-bisanya laki-laki ini tak peduli dengan perasaan istrinya sendiri.
“Reen, kita bicara di telepon nanti ya.” Ucapnya.
“Dasar gila, ayo kita pulang Reen.” Essa menarik tangan Maureen, sedang Maureen nurut-nurut saja karena dia juga tak ingin tinggal berlama-lama dengan laki-laki yang telah membuat hatinya terbakar.
Essa melajukan motornya dengan kecepatan sedang, dia terus mendengar isakan pelan dari Maureen, dia bahkan sengaja mengarahkan kaca spionnya untuk memastikan keadaannya. Essa menepikan motornya di pinggiran jalan yang cukup sepi.
Maureen pun turun tanpa harus di perintah. Dia jatuh terduduk di trotoar dan menangis sejadi-jadinya, sakit dan perih di ulu hatinya tak dapat dia tahankan, rasanya dia ingin mati saja.
Argghh...!!
“Kamu brengsek Arkan!” teriaknya diiringi isakan lirih.
Sedang Essa dia hanya berdiri diam tanpa kata, dia bingung harus mengatakan apa, dia tak punya pengalaman untuk menghibur orang yang patah hati.
“Reen, kamu tunggu sebentar aku beli air minum dulu.” Essa berlari ke warung yang cukup berjarak dari posisinya saat ini, setelah mendapat barang yang dia inginkan ia pun lekas kembali.
“Duduk disini Reen,” Essa membantu Maureen duduk di tempat duduk yang terbuat dari semen, kemudian memberikan sebotol air minum dan tisu ke pangkuan Maureen dan dia pun ikut duduk di sampingnya.
“G-gue gak nyangka Sa, k-kalau ternyata Arkan udah beristri,” hua...
“D-dia bilang d-dia mau nikahin gue, d-dia mau lamar gue,” ahhh... Maureen menenggelamkan wajah di telapak tangannya.
“Sakit hati gue Sa, sakit banget.” Ucapnya, dengan tubuh bergetar.
“Gue tahu hati lu sakit banget, tapi Reen menurut gue yang jauh lebih sakit itu hati istrinya si Arkan itu.”
Maureen tertegun, benar kata Essa disini yang jadi korban bukan hanya dirinya tapi wanita itu juga. Saat ini hatinya pasti lebih hancur di banding dirinya, wanita mana yang bisa terima jika suaminya selingkuh.
“Gue gak nyangka banget Sa, ternyata gue ketipu sama cowok yang udah gue anggap separuh hidup gue,” ujarnya.
“Itulah Reen, mungkin Tuhan menunjukkan ini semua sama Elu karena Elu udah terlalu mencintai Arkan lebih dari keluarga lu sendiri, elu bahkan sering ngelawan ucapan nyokap lu hanya karena dia.” tutur Essa.
“Iya lu bener Sa, thanks ya udah bantuin gue tadi,” ucapnya, akhirnya Maureen sudah bisa mengendalikan emosinya dan tangisnya pun terhenti.
“Sama-sama, hapus air mata lu kita pulang sekarang.”
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤