Fania seorang gadis cantik yang berasal dari desa, ia seorang anak art yang bekerja di sebuah rumah mewah.
Rumah yang terdapat tidak jauh dari tempat tinggalnya, menjadi misteri oleh penghuni desa, karena rumah tersebut sudah tidak dihuni oleh pemilik rumah.
suatu ketika Fania mendengar suara aneh dari balik kamar, kamar yang terbilang aneh itu membuat Fania penasaran.
Saat melihat itu Fania merasa.... mau tau kelanjutan ceritanya, jangan lupa baca terus novel ini ya semoga kalian suka dengan karyaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. dua pusaka
Edward dengan hati-hati melangkah supaya ular tersebut tidak bangun, Edward memang seorang iblis tapi aura iblisnya seakan-akan tahu bahwa ular tersebut menyadari kehadiran Edward.
Mata ular itu terbuka lebar, Edward dengan cepat menghindar saat buntut ular itu hampir mengenainya. Edward memutuskan pergi untuk mencari jalan, ular berkepala tiga itu mengikuti Edward sampai mereka menemukan tempat untuk bertarung.
Edward terus mengarahkan pedang itu ke ular tersebut, saat ular itu mengeluarkan sihir lidah yang menjulur itu terasa sangat panas dan menjijikan. Edward dengan cepat menyerang balik, saat mata ular itu terkena serbuk yang diberikan oleh si kakek.
Akhirnya ia bisa berlari cepat untuk mengarahkan ujung pedangnya, ke salah satu batu yang terdapat di tengah-tengah kepala ular. Tubuhnya terpental saat pedang tersebut sudah tertancap di tengah-tengah kepala, ular itu merasa kesakitan saat tubuhnya sudah dilukai oleh Edward.
Ular berkepala tiga hancur dan musnah akibat kekuatan Edward, pedang salju dan batu kristal itu ia dapatkan. Edward merasa senang tujuannya tidak sia-sia, setelah memasuki pedang dan baru kristal itu tiba-tiba saja datang seorang wanita yang ingin merampas barang yang dia dapatkan.
Wanita itu tertutup jubah hitam dengan wajah memakai topeng hitam beraura jahat, "Serahkan pedang salju dan batu kristal itu."
"Tidak akan. Saya tidak akan menyerahkan dua benda ini ke kamu." ucapnya dengan tegas, tanpa persiapan apapun wanita itu langsung menyerang Edward saat Edward mulai menguasai gerakan dari wanita ini.
"Kenapa gerakan wanita ini sama persis dengan wanita yang bertopeng yang menyerang kastil." batin Edward saat melihat serangan yang terus bertubi-tubi diberikan oleh wanita asing ini.
Srak!!!
Ujung pedang itu berhasil mengenai penutup wajah wanita itu, Edward yang penasaran segera melangkah untuk melihat dengan jelas wajah dari balik topeng. Sebelum berhasil wanita itu sudah melarikan diri, membuat Edward kesal melihat kepergian wanita tersebut.
"Ahhh..." mendengar rintihan dari anak buahnya membuat lelaki bertopeng itu berbalik, ia melihat ada sebuah goresan pedang yang sangat dalam.
"Maafkan saya tuan! Saya gagal mengambil dua benda ditangan Edward." ucapnya yang menunduk sambil menyentuh luka dibagian dada kiri.
"Argh!!" lelaki itu menyerang orang suruhannya membuat iblis tersebut terjatuh dan hancur.
"Ratih. Keluar kamu." teriak Syabru yang dipenuhi dengan amarah, wanita itu seketika muncul saat tuannya memintanya datang.
"Iya tuan." ucapnya dengan hormat.
"Cari pria yang membawa pedang dan batu kristal. Bawa dua benda itu di hadapan saya." titah Syabru kepada Ratih.
"Baik, tuan." wanita itu menghilang saat Syabru memberikan perintah, ternyata Edward menjalani misi menjelma sebagai manusia biasa.
Dari awal dia sudah tahu bahwa anggota suku Syabru akan mengambil dua benda yang kini berada di tangannya. Untung Jaz dengan si kakek menyetujui rencananya, jadi anggota suku Syabru tidak mengetahui bahwa dirinya yang menyamar sebagai manusia.
Tidak sia-sia juga selama ini dia mempelajari ilmu mengubah diri, dia pikir saat Syabru menyerangnya di kastil semua kekuatannya menghilang seperti orang tuanya. Tapi ternyata tidak, dalam keadaan seperti itu ratu Balqis memberikan sebuah kalung.
Sampai kapanpun kalung itu tidak bisa menyerang dirinya, karena ratu dan raja Snowden memang memberikan kalung itu untuk berjaga-jaga supaya kalau terjadi sesuatu kalung itu bisa berguna.
Edward tersenyum melihat kalung pemberian kedua orang tuanya, dan juga benda pusaka yang dia dapatkan. Jaz dan si kakek melihat benda yang selama ini di pendam dalam tempat menyeramkan, ternyata Edward berhasil membawanya.
Jaz sibuk mengobati luka dibagian tubuh Edward, sedangkan si kakek terus mengamati benda tersebut.
"Bukannya benda ini bisa dijadikan benda sakti atau kekuatan sakti."
"Benar kek. Kekuatan dari batu kristal sudah masuk ke dalam tubuhku, sedangkan kekuatan pedang salju sepertinya belum terlihat." kata Edward yang memutuskan menghampiri si kakek.
"Apa kamu mau mencobanya?" kakek itu menatap Edward, membuat lelaki itu bingung dengan apa yang dikatakan kakek.
...•••...
Kakek tua itu mengajari beberapa trik ilmu bela diri untuk mengetahui kekuatan apa saja yang ada di dalam benda. Trik tersebut mulai dikuasai oleh Edward, sampai akhirnya pedang tersebut akhirnya menyerap tubuhnya seperti batu kristal yang masuk dengan sendirinya.
"Gimana apa dua benda itu sudah menyerap ke tubuhmu?" tanya kakek saat melihat Edward sudah keluar dari tempat latihan.
"Sudah kakek. Rasanya sangat mudah, walau banyak trik yang harus saya kuasai terlebih dahulu."
Kakek itu menepuk pundak Edward, "Baiklah, kamu bisa balik ke kastil. Sudah lebih dari seminggu kamu meninggalkan kastil, saya khawatir anggota suku Syabru akan mencari mu."
"Kakek tenang ajh, kastil tidak seperti dulu lagi kek. Tempat itu hanya seperti kastil peninggalan zaman dulu, saya yakin Syabru tidak menyadari bahwa kastil itu masih hidup begitu juga dengan saya." timpal Edward.
Akhirnya perjalanan selama lebih dari satu minggu terselesaikan, Edward memilih untuk kembali ke kastil. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Fania, wanita yang menjadi tujuannya untuk kembali ke dunia iblis.
Fania merasa akhir akhir ini dia seperti merindukan seseorang, dia juga merasa bahwa hidupnya ada yang berbeda dari sebelumnya. Entah apa yang terjadi padanya, tapi sudah lama sekali dia tidak melihat keberadaan Edward.
"Sudah lebih dari seminggu pria itu tidak muncul. Apa dia baik baik saja?" batin Fania, Fania dengan cepat menggeleng saat mengetahui bahwa dirinya mengkhawatirkan seseorang.
Fania yang sibuk melamun di teras luar, merasa bahwa dia tidak sadar bahwa sosok Ratih berada di belakang Fania. Wanita itu terus mengamati Fania sampai wanita itu berubah wujud menjadi manusia.
"Fania." Fania tersentak saat mendengar nama panggilannya dengan lembut, sudah lama sekali suara ini tidak terdengar di telinganya.
Wanita itu kini duduk di samping Fania, "Ibu."
Wanita itu tersenyum, Fania dengan cepat memeluk tubuh Ratih dengan penuh kerinduan. Sudah lama sekali ibunya tidak pulang ke rumah, dan baru kali ini dia melihat sosok ibunya lagi.
"Ibu dari mana aja, udah lama ibu gak pulang ke rumah." kata Fania yang melonggarkan pelukan dengan menatap wajah Ratih dengan penuh kerinduan.
Ratih menyentuh rambut Fania dengan lembut, "Maafkan ibu Fania. Selama ini ibu ninggalin kamu sendirian di rumah, karena ibu harus melakukan tugas penting."
Fania mengerutkan kening, "Tugas penting apa, Bu?"
Ratih tersenyum, "Ibu tidak bisa memberitahunya Fania. Mungkin kalau ibu sudah siap ibu akan memberitahu kamu."
Sedangkan Edward sudah berada di halaman rumah Fania, saat Edward ingin melangkah untuk datang menghampiri Fania. Tiba tiba saja wanita itu datang, sosok wanita yang mengaku sebagai ibunya Fania.
Mungkin Fania merasa bahwa wanita itu adalah ibunya Ratih, tapi nyatanya dia bukan ibu kandung Fania yang asli. Melainkan iblis jahat yanh membantu Syabru selama ini, wanita itu mengubah wujudnya menjadi Ratih.
Sedangkan Ratih yang asli berada di tempat persembunyian Syabru, entah dimana tempat itu yang pasti Edward dan juga Resta sedang mencarinya.
Edward terus memantau Fania dari jauh, sampai wanita itu pergi setelah berpamitan dengan Fania. Edward yang awalnya ingin datang menemui Fania, dia memilih mengejar Ratih.
Dia melihat bahwa wanita itu masuk ke dalam sebuah tempat dimana tempat itu seperti tidak asing. Ratih masuk ke dalam, Edward pikir dia tidak bisa masuk ke dalam ternyata dia berhasil masuk tanpa ketahuan.
"Kenapa dia tidak curiga bahwa aku masuk dan mengikutinya." batin Edward, "Apa mungkin ini efek dari kekuatan sihir batu kristal dan pedang salju."
Edward segera mengikuti Ratih sampai wanita itu masuk ke dalam ruangan, saat wanita itu membuka sebuah pintu yang sangat besar dan kuat.
Ratih mengeluarkan sihir, saat itu juga Edward dibuat kaget saat mengetahui bahwa sosok orang tuanya dan penghuni kastil di simpan di tempat ini. Yang lebih parahnya Ratih ibu Fania berada di tempat yang sama.
"Apa mungkin wanita ini bukan Ratih yang asli melainkan dia memakai tubuh Ratih untuk mengubah dirinya." batin Edward melihat bagaimana wanita mengubah wujud yang asli.
"Apa Fania menyadarinya selama ini."