Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Memaafkan
Santi sedang sarapan. Hari sudah beranjak siang dan semalam dia tidur lebih lama dari biasanya. Amanda meneleponnya malam sebelumnya, begitu pula Aleya.
"Bagaimana perasaan Ibu hari ini?" Tanya Desi sambil menyajikan kopi.
"Aku tidak akan berbohong padamu. Aku merasakan kekosongan yang luar biasa dalam hatiku. Aku tidak menyadari bahwa hidupku selama ini hanya berputar di sekeliling Mas Dani sampai pagi ini dan saat aky menyadari bahwa aku tidak perlu bangun lebih pagi. Aku tidak perlu memilih jas atau menyiapkan sarapan. Aku tidak perlu pergi ke tempat laundry untuk mebawa jas miliknya. Aku tidak perlu lagi mengurus seseorang!" Ucap Santi.
"Tentu saja, Ibu tetap harus menjaga diri Ibu sendiri, itu juga penting. Teman-teman Ibu menelepon sejak kemarin. Akan lebih baik jika Ibu bisa pergi bersama mereka," saran Desi.
"Tidak, bagaimana aku akan menjelaskan apa yang terjadi pada mereka? Mereka ada di sini saat pesta waktu itu dan menyaksikan pertunjukan kami sebagai suami isti yang penuh cinta." Kata Santi dengan getir.
"Mungkin Ibu tidak perlu menjelaskan apa pun. Saya sebenarnya tidak berencana untuk memberitahu Ibu, tapi..."
"Katakan padaku, Desi. Kau selalu menjadi bagian dari keluarga ini, kau tahu kau bisa menceritakan apa saja padaku." Ucap Santi.
"Baiklah, saya rasa Ibu berhak tahu. Hari ini, saya pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari dan bertemu dengan Surti. Dia bekerja di rumah Pak Merdana, dan dia bilang bahwa saat sarapan, istri Pak Merdana membicarakan tentang dia yang melihat Pak Dani yang sangat mesra dengan seorang gadis muda tadi malam."
"Dani berani melakukan seperti itu di tempat umum. Aku benar-benar tidak mengenali pria itu. Dani yang dulu kunikahi sangat berbeda." Kata Santi, suaranya dipenuhi kepahitan.
"Pak Dani kehilangan akal sehatnya karena barang muda, maafkan saya karena mengatakannya Bu, tapi itu benar. Jangan khawatir, hidup akan menghukum Pak Dani atas pengkhianatan seperti itu, dan Pak Dani akan menyesali perlakuannya pada Ibu. Begitu rasa penasarannya akan gadis itu memudar, saya yakin Pak Dani akan kembali tanpa Ibu meneleponnya," kata Desi sambil mencuci piring.
"Dia tidak akan kembali ke sini! Aku tidak akan pernah memaafkannya atas apa yang telah dilakukannya." Jawab Santi, terkejut mendengar suaranya sendiri. "Aku bisa mengerti andai saja dia memberi tahuku tentang perasaannya tentang pernikahan kami. Jika dia jujur dan pergi untuk sementara waktu, aku bisa memaafkannya, karena sejujurnya, aku masih mencintai suamiku. Namun, aku tidak akan pernah memaafkannya karena memiliki wanita lain, terutama seseorang yang seusia dengan putri-putri kami. Aku tidak akan pernah memaafkannya atas kebohongannya selama berbulan-bulan, atas penghinaan dan ejekan yang telah dia berikan kepadaku. Aku tidak akan pernah memaafkannya. Dengan cara apa pun, aku akan belajar untuk hidup sendiri," ungkapnya.
"Benar sekali, Bu. Anda wanita yang kuat," kata Desi.
Santi menyerahkan cangkir bekas minumannya kepada Desi lalu pergi ke kamarnya. Dia sudah bertekad untuk melanjutkan hidupnya dan akan segera menemui teman-temannya.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Halo." Ucap Santi.
"Apakah ini Nyonya Santi Prasetya?"
"Ya, ini aku. Apa yang kau inginkan?" Tanya Santi.
"Saya Robby Anggara dan saya akan menangani perceraian Anda." Ucap pria itu.
"Oh. Apa yang Anda butuhkan?" Tanya Santi sinis.
"Saya tahu jika Pak Dani sudah memberikan sebuah dokumen kepada Anda. Saya ingin tahu apakah Anda sudah membacanya atau apakah Anda berkonsultasi dengan pengacara Anda," katanya.
Santi melihat ke arah meja di sudut ruangan, map itu masih di sana, belum dibuka.
"Jujur saja, saya belum sempat membacanya, apalagi mencari pengacara. Lagipula, saya tidak merasa tidak ada gunanya menyewa pengacara. Dani ingin bercerai, dan saya tidak ingin menjadi beban dalam hidupnya." Ucap Santi.
Robby Anggara terkejut mendengar tanggapan Santi. Wanita lain jika berada di posisi Santi pasti akan marah, atau berusaha mengganggu mantan suaminya.
"Jadi, katakan saja apa isi dokumen itu, dan saya akan menandatanganinya," lanjut Santi.
"Tentu saja, kalau tidak terlalu merepotkan, saya ingin kita bertemu, dan saya akan menjelaskannya kepada Anda secara pribadi." Ucap Robby.
"Tentu saja, kapan pun Anda mau." Ucap Santi setuju.
"Jika Anda berkenan, saya akan menunggu Anda di kantor saya besok." Ucap Robby.
"Baiklah, beritahu saja saya waktu dan tempatnya." Jawab Santi.
"Pukul 10 pagi, kantor saya ada di gedung yang sama dengan Pak Dani, lantai sepuluh," kata Robby.
"Baiklah, sampai jumpa besok. Semoga hari Anda menyenangkan," jawab Santi, sebelum mengakhiri panggilan telepon.
Santi menatap map itu sejenak, lalu mengambil ponselnya dan menelepon temannya, Julia.
"Aku tidak percaya, tapi dia sudah gila. Santi, aku turut prihatin atas apa yang kau rasakan. Aku ingin bertemu denganmu hari ini," kata Julia.
"Kau tahu di mana aku tinggal, datanglah untuk makan malam. Akan menyenangkan jika ada teman." Jawab Santi.
"Tentu saja, aku akan menemuimu malam ini. Aku akan membawakan banyak camilan dan softdrink untuk menemanimu." Ucap Julia.
Santi tak dapat menahan tawa. Dia telah mengenal Julia selama tiga puluh tahun.
"Aku akan menunggumu," kata Santi, bersyukur karena pikirannya sedikit teralihkan.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)