NovelToon NovelToon
Trial Of Marriage

Trial Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.

Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.

Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seon Ho Concern

Hari-hari berlalu, namun ketenangan yang diharapkan Jae Hyun tak kunjung datang. Youn Jung terus berusaha menghubunginya_puluhan panggilan tak terjawab dan pesan yang tak ia balas sudah menumpuk di ponselnya.  

Sebagai seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya, bukan berarti Jae Hyun tak peduli. Hanya saja, ia tak ingin terus terjebak dalam hubungan yang seharusnya sudah selesai. Sekarang, ada hal yang jauh lebih penting baginya_Riin. Ia tak mau apa pun yang berhubungan dengan masa lalunya mengganggu pernikahannya, meskipun pernikahan itu masih mereka rahasiakan dari dunia luar.  

Namun, rencana Jae Hyun untuk menjauh dari Youn Jung nampaknya tak akan berjalan semudah yang ia kira.  

Siang itu, saat ia sedang fokus mengerjakan laporan keuangan perusahaan, ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Awalnya, ia ingin mengabaikannya, mengira itu hanyalah panggilan spam atau urusan bisnis yang bisa ditangani orang lain. Tetapi, entah kenapa, perasaan tidak enak menyelusup ke dadanya.  

Dengan sedikit ragu, ia akhirnya mengangkat telepon itu.  

"Halo," sapanya singkat.  

"Jae Hyun-ssi!" terdengar suara seorang wanita di seberang, terdengar panik dan terengah-engah. "Ini aku, Yuri, teman Youn Jung."  

Dahi Jae Hyun mengernyit. Ia masih mengingat Yuri_salah satu teman dekat Youn Jung sejak dulu. Apa yang diinginkan wanita ini?  

"Ada perlu apa?" tanyanya, nadanya tetap tenang dan profesional, meskipun ada ketidaknyamanan yang mengusik hatinya.  

Dari seberang, Yuri terisak. "Tolong… kami butuh bantuanmu. Youn Jung_dia… dia mencoba bunuh diri!"  

Dunia Jae Hyun seakan berhenti berputar. "Apa?!" Ia mendadak bangkit dari kursi kerjanya. 

"Aku tidak bisa menjelaskan semuanya di telepon," lanjut Yuri cepat. "Dia sudah dilarikan ke rumah sakit. Kumohon, datanglah."  

Jae Hyun tak berpikir dua kali. "Aku akan segera ke sana!" Tanpa menutup laptopnya atau membawa jasnya, Jae Hyun bergegas keluar dari ruangannya. Langkahnya cepat dan terburu-buru. 

"Sajangnim!" Ah Ri berusaha memanggilnya, namun Jae Hyun tak menggubris.  

Riin, yang kebetulan baru saja kembali dari pantry dengan segelas kopi di tangannya, menatap sosok suaminya yang berjalan tergesa-gesa menuju lift. Jantungnya berdegup tak nyaman. Ia melihat ekspresi Jae Hyun_tegang, gusar, seolah ada sesuatu yang sangat mendesak.  

***  

Di rumah sakit, Jae Hyun hampir berlari saat memasuki koridor menuju ruang gawat darurat. Di sana, Yuri sudah menunggunya dengan wajah pucat dan mata sembab.  

"Di mana dia?" tanya Jae Hyun cepat.

Yuri menunjuk ke arah pintu ruang operasi. "Dia sedang dioperasi. Dokter bilang luka di pergelangan tangannya cukup dalam."  

Jae Hyun mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredam emosinya. Ini lebih buruk dari yang ia bayangkan.  

"Apa yang terjadi?" tanyanya lebih tenang, meskipun suaranya tetap terdengar tajam.  

Yuri menggigit bibir bawahnya. "Tadi malam aku menemaninya… dia bilang dia merasa sangat frustasi. Kami minum bersama, dan aku pikir setelah tidur, dia akan merasa lebih baik. Tapi pagi ini, aku menemukannya sudah tak sadarkan diri di lantai dengan darah di mana-mana."  

Jae Hyun mengepalkan tangan. "Bagaimana dengan Jung Won?" tanyanya.

Yuri menggeleng. "Youn Jung bilang, mereka sudah lama berpisah. Bahkan terakhir kali mereka bertemu, mereka bertengkar hebat."  

Jae Hyun menghembuskan napas berat. Matanya kembali menatap pintu ruang operasi.  

Di saat pikirannya masih berusaha menyusun langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya, ponselnya kembali bergetar di saku celana.  

Nama yang muncul di layar membuatnya semakin merasa bersalah_Riin.  

Jae Hyun melangkah menjauh dari Yuri sebelum menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan itu. "Halo..." suaranya terdengar lelah.  

"Jae Hyun~a, apa terjadi sesuatu?" suara Riin terdengar cemas. "Aku melihatmu pergi dengan sangat tergesa-gesa tadi."  

Jae Hyun memejamkan mata sesaat. Ia tidak ingin berbohong. Tapi, ia juga tahu bahwa kejujuran kali ini akan menyakiti hati Riin.  

"Aku ada di rumah sakit," akhirnya ia berkata. "Youn Jung—"  

Namun sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, suara Yuri terdengar dari belakang.  

"Jae Hyun-ssi, operasinya sudah selesai."  

Tanpa berpikir panjang, Jae Hyun berkata cepat ke telepon, "Riin~a, maaf. Akan aku jelaskan nanti di rumah."  

"Tapi_"  

Jae Hyun menekan tombol untuk mengakhiri panggilan sebelum Riin sempat menyelesaikan kalimatnya.  

Di seberang sana, Riin memandangi layar ponselnya dengan perasaan yang sulit dijelaskan.  

Ia tahu, ia mempercayai Jae Hyun. Tapi tetap saja, ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Sesuatu yang terasa perih, meskipun ia tak tahu apakah itu rasa cemburu, takut, atau sekadar perasaan tidak nyaman.  

*** 

Riin menatap layar ponselnya yang kini sudah gelap, tanda panggilan tadi benar-benar sudah berakhir. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan yang tiba-tiba mengganjal di dadanya.

Rumah sakit.

Youn Jung.

Dan Jae Hyun langsung pergi ke sana tanpa sedikit pun memberinya penjelasan yang pasti.

Dada Riin terasa sesak, tapi ia mencoba mengabaikan perasaan itu. Bisa saja ini hanya kebetulan. Bisa saja Jae Hyun hanya merasa bertanggung jawab karena hubungan masa lalu mereka. Bisa saja…

Riin menarik napas panjang, ia mencoba menenangkan diri. Tapi tetap saja, pertanyaan demi pertanyaan terus muncul di kepalanya.

Riin tidak bisa berkonsentrasi. Sejak panggilan telepon itu, ia hanya duduk diam di kursinya, menatap layar komputer tanpa benar-benar membaca naskah yang seharusnya ia selesaikan hari ini.

Riin bersandar di kursinya dan menghela napas pelan. Tangannya bergerak otomatis ke pinggang, memijat pelan area yang terasa nyeri sejak tadi pagi. Sudah beberapa hari ini ia sering merasa pegal tanpa alasan yang jelas, terutama di bagian pinggang dan bahunya.

Ia melirik jam di sudut layar komputernya. Masih lama sebelum jam pulang kerja. Riin beralih ke perutnya yang terasa kram. Ia mengusapnya perlahan, berharap sedikit tekanan bisa mengurangi rasa tidak nyaman yang mengganggunya sejak siang tadi.

“Riin-ssi?”

Sebuah suara membuatnya tersentak. Ia mendongak dan mendapati Seon Ho berdiri di samping mejanya, alisnya berkerut khawatir.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya lembut. Matanya dengan cepat menangkap gerakan tangan Riin yang masih berada di perutnya.

Riin berusaha tersenyum. “Aku baik-baik saja. Hanya sedikit kram.”

Seon Ho tidak langsung menjawab. Ia menarik kursi kosong di samping Riin dan duduk, menatapnya dengan penuh perhatian.

“Kau tidak melewatkan makan siang, kan?” tanyanya. “Atau kau terlalu banyak bekerja sampai tidak sadar tubuhmu butuh istirahat?”

Riin tertawa kecil, meskipun sedikit dipaksakan. “Aku baik-baik saja.”

Seon Ho menghela napas. "Kau yakin?"

Riin menangguk mantap.

“Jangan bohong,” katanya sambil tersenyum tipis. “Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri.”

Riin menggigit bibirnya. Ia tahu perasaan Seon Ho tidak sepenuhnya seperti kakak kepada adik. Meskipun pria itu sekarang hanya berusaha menjaga jarak, masih ada sisa perasaan yang pernah ada di sana.

“Sejak tadi aku terus memperhatikanmu,” Seon Ho melanjutkan, menatapnya dengan lebih serius. "Kau mengusap pinggangmu dan perutmu beberapa kali. Kau juga terlihat sangat lelah karena beberapa kali memijat bagimu. Dan lihat sekarang, wajahmu juga pucat. Apa Sajangnim tahu kau sering merasa seperti ini beberapa hari belakangan?”

Pertanyaan itu membuat jantung Riin sedikit berdebar. Ia berusaha tetap tenang, tapi Seon Ho terlalu peka untuk tidak menyadari perubahan kecil di wajahnya.

“Aku tidak memberitahunya,” jawab Riin akhirnya.

Seon Ho mendesah pelan, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. “Dia pasti akan marah jika tahu kau merahasiakan ini.” katanya seolah pria itu lebih mengenal Jae Hyun dibandingkan Riin sendiri. "Ambillah cuti beberapa hari, istirahat yang cukup. Aku bisa menangani pekerjaanmu sementara waktu."

Riin mencoba tersenyum, tapi ia yakin ekspresinya pasti terlihat aneh. "Tidak perlu. Kurasa aku akan baik-baik saja setelah minum obat pereda nyeri."

Seon Ho mengernyit, lalu menatap wajah wanita di hadapannya seolah menimbang kalimat apa yang akan ia katakan selanjutnya. "Tunggu disini, aku akan membeli obat pereda nyeri untukmu."

"Seon Ho-ssi, kau tidak perlu repot-repot. Aku bisa membelinya sendiri nanti." Tolak Riin halus.

"Tidak repot." Seon Ho tersenyum kecil menampilkan lesung pipi yang begitu menawan di kedua pipinya. "Lagipula," ia melanjutkan, namun tatapannya tak lepas dari wajah Riin, "kau bisa mengandalkan aku saat suamimu tidak ada. Aku, tidak akan pernah mengabaikanmu, Rindira-sii."

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!