Jangan lupa mampir ditempat ini...!
Menceritakkan seorang cewek ceria dan kocak masuk ketubuh sahabat jauh setelah pergi dan jarang bertemu.
bagaimana kisahnya, dan mampukah dia menerima jadi diri barunya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon THAN PUR2507, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Setelah kepergian Shella dari kamar ini Jihan terdiam sejenak dan berpikir. Sebenarnya darimana Shella bisa mendapatkan kunci kamar ini.
Bukannya Leon tidak pernah meletakkan kunci itu didepan pintu. Lalu bagaimana Shella bisa mendapatkannya dan dengan mudah masuk kekamar ini.
Apa jangan-jangan Shella memiliki kunci cadangan dari kamar ini, sebelumnya pun Shella juga pernah dikurung disini lebih dulu.
Itu wajar saja jika Shella tahu kunci kamar ini!.
Dengan kesal Jihan memukul meja disebelahnya dengan keras. Meninggalkan bekas merah dijari-jemarinya, akan tetapi diabaikan oleh Jihan karena sudah terlanjur emosi.
Bisa-bisanya dirinya ditipu oleh Shella dengan mudahnya.
"Apa bener dia punya kunci cadangan kamar ini, atau bisa jadi dia ambil kunci itu dari Leon, entahlah pusing kepala gue."ujar Jihan sambil mengusap rambutnya acak
"Kemana juga cowok nyebelin itu sekarang, gue laper mana nasi kari pesanan gue."teriak Jihan dengan frustasi menjadi stres dengan kejadian yang terjadi pagi ini dan juga kesal pada Leon
Dua jam berlalu, kamar Jihan seketika terbuka lebar oleh Leon. Kemudian Leon berjalan mendekati meja untuk meletakkan makanan diatas meja, ia juga melirik kearah Jihan yang sedang tertidur dikursi.
Akan tetapi pada saat ia ingin berbalik untuk kembali, niat dihatinya tiba-tiba muncul. Leon melangkahkan kakinya mendekati Jihan yang sedang tertidur.
Menatapnya yang terlelap tidur dengan tatapan sulit untuk dipahami. Sebenarnya apakah ia terlalu menekan Jihan seperti ini, bahkan hingga mengurungnya dikamar selama ini.
Dengan sangat hati-hati Leon mengangkat tubuh Jihan untuk memindahkannya ditempat tidur. Tetapi baru setengah jalan, Jihan menjadi terbangun dari tidurnya.
"Lo, kenapa gendong gue!."ucap Jihan terkejut melihat Leon sedang mengendongnya
"Buat pindahin kamu ketempat tidur, memangnya kenapa?."toleh Leon sambil mengangkat matanya menunjuk tempat tidur didepan mereka
"Gue bisa pindah sendiri, jadi turunin gue."tolak Jihan dengan tegas mulai memberontak
"Terlanjur...sudah nurut aja!."ujar Leon mengelengkan kepalanya menolak
"Gue nggak mau. Turunin gue sekarang atau gue pukul lo."ancam Jihan menatap mata Leon dengan tajam
"Berani mengancam sekarang hah!."Lirik Leon tersenyum sinis ikut memandangi wajah Jihan dan tak marah
Kedua mata Jihan bergerak saat Leon bicara dan membalas tatapannya. Namun Jihan masih tetap pada kemauannya kalau ia tidak ingin digendongan oleh pria ini.
"Gue nggak ngancam, cuma lo yang susah dibilangin."ujar Jihan menjadi canggung seketika memalingkan muka ngambek
Mendengar suara canggung dari Jihan itu, sekilas mengingatkan Leon pada momen indahnya dulu. Jika dipikir-pikir ia merindukan sikap manja Shella dulu ketika mereka bersama.
"Kenapa lo diam, lepasin gue sekarang."toleh Jihan lalu kembali menatap Leon yang terlihat melamun entah sedang memikirkan apa
Leon mengedipkan matanya sekali, lalu mengelengkan kepalanya pelan melupakan apa yang saat ini terlintas dibenaknya. Lalu menatap Jihan dengan tatapan datar.
"Baiklah!."ujar Leon mengangguk pelan lalu menurunkan Jihan dengan hati-hati
Setelah dua kaki Jihan menginjak lantai dan turun dari gendongan Leon, Jihan berjalan pergi menuju meja.
Meninggalkan Leon yang masih berdiri ditempat sesekali meliriknya. Jihan sudah menantikan nasi karinya yang super duper lezat ini.
"Jihan mulai sejak kapan kamu suka nasi kari, aku baru tahu kalau kamu suka makanan ini?."ucap Leon memutar tubuhnya kebelakang dan memperhatikan Jihan yang sibuk membuka makanan diatas meja
"Makanan ini adalah favorit gue ditempat kerja, bikin gue nagih."ujar Jihan tanpa sadar ia dengan asal bicara mengatakan pekerjaannya sebagai kasir diresto Dion
Leon terdiam beberapa saat ketika mendengar penjelasan Jihan, menatapnya dengan tatapan keheranan.
Kenapa Jihan menyebutkan tempat kerja, bukankah Jihan tidak pernah kerja sebelumnya.
"Apa maksudmu bekerja disana, kamu bahkan tidak pernah kerja apapun selama ini?."ujar Leon semakin dibuat heran dan tak mengerti
Disaat Jihan membuka satu kotak, tatapannya seketika terangkat dengan tajam. Menatap Leon dengan ekspresi keheranan, tetapi terlihat acuh.
"Mending lo pergi gue mau makan, dan lo nggak perlu tahu banyak soal gue lagi. Sana urus diri lo sendiri!."ujar Jihan mengusir Leon untuk pergi dari kamar ini
Karena ia ingin memberikan satu makan ini untuk nenek yang pasti sudah menunggu disana.
Leon mengerakkan bola matanya dengan wajah bingung, tetapi pada saat ia masih ingin tetap disini lebih lama lagi. Sesuatu terlintas dibenaknya, dan ia pun memutuskan pergi tanpa bicara lagi.
Kepergian Leon membuat Jihan tersenyum lega, sebelum ia memanggil nenek keluar Jihan bergegas mengunci pintu lagi dari dalam.
Kemudian segera memanggil nenek dikamar mandi untuk makan. Namun ketika ia memanggilnya, nenek tidak kunjung keluar dari sana.
Dengan rasa cemas dipikirkannya, Jihan lalu membuka pintu yang ada disamping kamar mandi. Ketika pintu terbuka lebar, Jihan seketika terkejut saat melihat nenek terbaring pingsan disini.
Jihan lantas mencoba membangunkan nenek, dan terus memanggilnya.
"Nenek bangun nek.., Nek!."panik Jihan sambil menepuk pelan wajah nenek supaya sadar namun usahanya nihil
"Gimana caranya supaya nenek bisa sadar, ini memang kecerobohan gue karena nolak sarapan itu. Dan bikin nenek pingsan begini, maafin Jihan nek."ujar Jihan sambil menangis merasa bersalah
Tetapi sekarang ia tidak harus menangis saat ini, Jihan mengusap air matanya dengan kasar lalu pergi terburu-buru untuk mencari minyak angin.
Dengan kilat Jihan mencari apa yang harus ia butuhkan, dan akhirnya ia berhasil menemukannya.
Jihan mulai meletakkan minyak angin tepat didekat hidup nenek, setelah beberapa menit dilakukan. Nenek dengan perlahan-lahan mulai membuka matanya lagi.
"Syukurlah nenek sadar, Jihan takut banget nenek kenapa-kenapa."ujar Jihan tersenyum lega melihat nenek telah sadarkan diri
"Nenek tidak apa-apa nak, maaf kalau nenek bikin kamu cemas."ucap nenek dengan nada lemas mengusap telapak tangan Jihan lembut
"Sepatutnya Jihan yang harus minta maaf sama nenek, sudah bikin nenek pingsan karena tidak makan."ujar Jihan dengan sedih dan menyesali perbuatannya ini
Nenek menatap Jihan dengan tatapan tenang, lalu mengusap kepala Jihan dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu, nenek mengerti nak."
"Lebih baik nenek segera makan, aku sudah meminta pada cucu nenek. Apakah nenek pernah coba makan nasi kari."ujar Jihan sambil beranjak dari duduknya dan membantu nenek untuk keluar kamar mandi
"Nasi kari, apakah itu enak nak?."tanya nenek sambil berjalan dan penasaran dengan makanan itu
"Tentu saja, aku jamin nenek pasti menyukainya nanti."seru Jihan dengan senang
Kemudian mereka berdua pun makan bersama dengan sangat lahan. Begitu juga nenek yang teramat menikmati makanan ini yang menurutnya enak dan lezat.
*****
Suara langkah kaki sekilas menyadarkan Shella yang sedang duduk disofa seorang diri. Dengan suasana gelisah Shella berusaha tenang ketika bertemu dengan Leon.
Meskipun ini sudah biasa baginya selagi ia ada ditubuh lamanya, tetapi ada rasa gelisah dihatinya.
Ketika berhadapan dengan Leon yang dulu pernah menyakitinya jika melakukan apa yang tak disukai oleh Leon.
Pada saat pintu terbuka, Shella menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap langsung wajah Leon dengan berani.
"Shella apakah kamu sudah merasa lebih baik."ucap Leon membuka topik pembicaraan setelah ia duduk disofa tepat disebelah Shella
Shella melirik wajah Leon sekilas saja, kemudian menganggukkan kepalanya sambil tangannya meremas ujung pakaiannya erat.
"Aku sudah baik-baik saja!."jawab Shella dengan nada rendah menyembunyikan kegelisahannya dari Leon