NovelToon NovelToon
Malam Petaka Berakhir Di Pelaminan

Malam Petaka Berakhir Di Pelaminan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tidak ada tanggal sial di kalender tetapi yang namanya ujian pasti akan dialami oleh setiap manusia.

Begitupun juga dengan yang dialami oleh Rara,gadis berusia 21 tahun itu harus menerima kenyataan dihari dimana kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan di malam itu pula kesucian dan kehormatannya harus terenggut paksa oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Kehidupan Rara dalam sehari berubah 180 derajat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 3. Hancur Sehancur-hancurnya

Tubuhnya remuk redam, setelah pria yang tidak dikenalnya melakukan tindakan yang tidak terpuji kepada dirinya.

Pria itu melakukannya sampai beberapa kali dalam keadaan mabuk tak tahu diri karena pengaruh alkohol. Pria itu seperti kese*tanan terus melakukan aksi tidak terpuji dan tak berakhlaknya kepada tubuh perempuan muda yang dianggap adalah kekasihnya sendiri.

Rara berulang kali meminta tolong dan memohon belas kasih pria yang ada di atas tubuhnya, tapi permohonannya, ucapannya, tangisannya, ratapannya tak dihiraukan oleh pria yang melakukan aksinya tanpa peduli dengan gadis yang ada di bawah kunjungannya.

“Ya Allah, maafkanlah diriku ini yang sudah kotor dan tak suci lagi,” ratapnya yang menyesali kesalahannya.

Azzahrah bangkit dari posisi baringnya, ia bangun sambil memunguti pakaiannya yang berserakan di atas jok mobil. Dia tak sudi dan jijik melihat wajah pria itu dan berharap kelak tidak bakalan bertemu kembali.

“Ya Allah, kelak jangan pertemukan aku dengan pria bejat ini lagi. Aku nggak bisa jamin diriku akan diam begitu saja mengingat penderitaan yang aku alami malam ini,” cicitnya Rara.

Rara tak segan-segan menampar sampai dua kali wajahnya pria yang tertidur entah sudah pingsan karena kelelahan memompa tubuhnya diatas tubuhnya Rara yang memang semok seksi putih mulus tanpa cacat sedikitpun meski tidak melakukan treatment perawatan mahal untuk tubuhnya.

Rara berharap suatu hari nanti, kelak Pria yang tidak dikenalnya ini, pria yang merenggut paksa kesucian yang dijaganya selama 20 tahun terakhir tidak muncul lagi di dalam kehidupannya untuk selama-lamanya.

“Astaghfirullah aladzim,” Rara terus beristighfar agar Allah SWT senantiasa memaafkan dan mengampuni segala dosa dan khilafnya.

Tangannya tremor, tubuhnya gemetaran ketika mengancingkan satu persatu kancing kemeja yang dipakainya.

Tak henti-hentinya air matanya menetes membasahi pipinya. Dia tidak pernah menduga, jika akan berada di dalam situasi yang seperti ini.

“Ya Allah, kenapa takdir dan garis tanganku seperti ini! Apa salah dan dosaku ya Rabb!?”

Sore harinya, dia mendapati kekasih pujaan hatinya berselingkuh dengan wanita yang sangat dikenalnya yang tidak lain adalah teman satu kampung sekaligus teman kosnya.

“Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin pulang menemui bapak dan ibu dalam keadaan seperti ini,” Rara terus meratapi nasib malangnya.

Rara terduduk di atas aspal yang basah karena air hujan. Tidak cukupkah baginya merasakan kepahitan hidup, pria yang begitu amat dicintainya sepenuh hati malah bermain serong dengan perempuan lain yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri.

Dewangga Aditya Nugraha, pria yang katanya sangat mencintainya dengan setulus hati dan berniat akan melamarnya setelah acara wisuda nanti. Pria yang katanya serius dan setia tau-taunya seorang pengkhianat.

Guyuran air hujan membasahi tubuhnya. Dinginnya air hujan tidak mampu meredam segala emosi yang berkecamuk di dalam hatinya.

Air matanya seolah enggang untuk berhenti membasahi pipinya, air mata itu terus saja lolos hingga bercampur dengan air hujan malam itu sehingga tak sanggup untuk membedakan antara air hujan dengan air matanya.

Langkahnya gontai menapaki setiap ruas jalan yang dilaluinya. Tubuhnya diseret agar bisa berjalan lebih cepat, mesti kondisi fisik dan mentalnya dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.

“Apa lagi yang aku harapkan dari tubuhku ini yang terlanjur kotor? Nggak ada lagi pria yang rela dan mau menikah dengan gadis yang tidak perawan lagi,” ratapnya.

Petir, halilintar menyambar, angin berhembus dengan kencang hingga mampu menumbangkan beberapa pohon yang berdiri kokoh di sepanjang jalan yang dilaluinya. Tetapi, hal demikian tak membuat Rara menyurutkan niatnya untuk pulang ke rumahnya.

“Arghh!! Tidak!” Teriaknya lantang dan histeris sembari memukul genangan air yang mengalir di sampingnya.

Malam yang begitu sepi, cuaca ekstrim yang melanda kabupaten tempat dia dilahirkan menjadi saksi bisu ketidakadilan dunia padanya.

“Belum hilang di kepalaku rasa sakit dan kecewanya diriku memergoki dan melihat langsung dengan mata kepala sendiri, pria yang begitu aku cintai dengan setulus hati jiwa ragaku berselingkuh dengan temanku sendiri. Sekarang diriku yang malang tanpa kesalahan apapun kepada pria itu begitu kejam dan teganya menyiksaku,”

Rara tidak berdaya dengan nasib buruk yang terjadi padanya.”Apa salah dan dosaku argh!!??”

Hal yang tidak pernah terbayangkan dibenaknya dialaminya saat ini. Perempuan mana yang akan tertawa terbahak-bahak mendapat cobaan seperti yang dialaminya.

“Ya Allah, aku pasrahkan hidupku kepadaMu. Aku tak sanggup hidup lagi tapi kalau aku mengakhiri hidupku bapak ibu pasti akan semakin sedih kehilanganku. Ya Allah, aku bingung harus bagaimana lagi? Aku benar-benar tidak sanggup,” rutuknya Rara seraya memukul pelan dadanya yang terasa hancur lebur berkeping-keping.

Entah kenapa malam itu satupun kendaraan tidak melewati jalan tersebut, andaikan ada mungkin Rara bisa tertolong. Seolah bumi tidak ingin menolongnya.

Rara mengangkat telapak tangannya ke atas hingga air hujan tertampung di tangannya, “Ya Allah, akan bagaimana jadinya diriku ini? Aku tidak tahu harus berbuat apa menghadapi kedua orang tuaku jika bapak ibu melihatku kayak gini!?

Berselang beberapa menit kemudian, Rara mengusap wajahnya dengan kasar, tubuhnya semakin menggigil kedinginan.

“Semoga bapak dengan ibu tidak bertanya, kalaupun bertanya aku pasrah saja,”

Dia belum puas meratapi nasibnya tetapi kedua orang tuanya pasti menunggu kepulangannya. Ia berjalan tertatih, meskipun sakit, terasa ngilu, perih dibagian daerah sensitifnya, tetapi dia berusaha untuk berjalan ke arah motornya yang terparkir di depan sebuah emperan toko sembako.

Pria yang memperkaosnya, tertidur lelap di dalam mobilnya. Tanpa menghiraukan dan peduli terhadap nasibnya Rara.

Setelah dirasa kondisinya cukup stabil dan membaik, dia memberanikan diri mengendarai roda duanya menuju ke arah rumahnya.

Mulutnya komat-kamit terus melafalkan asma dan keagungan Tuhan Yang Maha Kuasa agar dirinya bisa lebih tenang dan sabar.

Hanya dalam waktu beberapa menit perjalanannya menuju ke kampung halamannya yang terasa lebih cepat dari awal perjalanannya hari.

Rara memandangi bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya, air matanya kembali tumpah ruah membasmi wajahnya yang nampak pucat pasi karena kedinginan. Giginya bergemelatuk menahan rasa dingin yang semakin menusuk ke dalam tulang-tulangnya.

Dia membuka pagar besi bercat biru itu, perlahan-lahan dia mendorong pagar itu dan memasukan motornya berhati-hati karena tidak berniat mengusik dan membangunkan orang di rumahnya dan juga beberapa tetangga yang bersebelahan langsung dengan rumahnya.

Rara menyeka air matanya terlebih dahulu dan berusaha untuk menetralkan suaranya yang semakin serak karena tak henti-hentinya menangis sebelum mengetuk pintu rumahnya.

Tepat pergantian hari, dia baru sampai di depan rumahnya. Perjalanan yang seharusnya ditempuhnya dalam waktu kurang lebih enam jam molor menjadi hampir sepuluh jam waktu tempuh karena terlalu banyak drama yang dilaluinya di sepanjang jalan kepulangannya.

“Bismillahirrahmanirrahim, bapak, ibu,” ucapnya dengan suara parau sambil mengetuk pintu rumahnya.

Bu Hartati yang mendengar pintu rumahnya diketok setelah melaksanakan shalat tahajud buru-buru berjalan ke arah depan tanpa melepas terlebih dahulu mukenah yang dipakainya.

“Itu pasti Rara yang sudah sampai,” tebaknya karena sangat mengenal suara putri sulungnya.

Bu Hartati membuka pintu berdaun dua itu dan terlihatlah sosok anak yang sangat disayanginya berdiri menatap nanar dirinya.

Rara langsung berhamburan memeluk tubuh ibunya, wanita yang selalu menyayanginya dan mengasihinya tanpa pamrih. Wanita yang siang malam melangitkan doa-doa terbaik untuk kebaikan ketiga anak-anaknya.

“Ibu,” cicitnya Rara yang berusaha untuk menahan air matanya yang dadanya tiba-tiba terasa sesak.

Perasaan Bu Hartati langsung tidak enak, tiba-tiba hatinya berkata ada sesuatu yang tidak beres dengan putrinya saat ini.

“Ibu sangat merindukanmu Nak, ayo Kita ke dalam. Kamu harus cepat ganti baju, kamu basah kuyup begini harus cepat-cepat bilas tubuhmu pakai air hangat,” ucapnya Bu Hartati yang masih berusaha untuk tidak berfikir aneh-aneh terlebih dahulu.

Rara mematuhi apa yang dikatakan oleh ibunya karena tubuhnya butuh dibersihkan terlebih dahulu sebelum berbicara jujur mengenai apa yang terjadi kepadanya.

Bu Hartati tidak ingin langsung mengajak anaknya berbicara apapun karena ia ingin anaknya membersihkan tubuhnya dan beristirahat sejenak kemudian mengajak anaknya berbincang-bincang.

Rara berjalan ke arah dalam kamarnya tanpa berbicara sepatah katapun lagi. Yang namanya perasaan ibu yang sangat menyayangi anaknya pasti mendapatkan feeling dan bisa merasakan ada yang tidak beres.

Bu Hartati memperhatikan dengan lamat-lamat putri sulungnya, tiba-tiba air matanya lolos seketika itu juga ketika sudut netra hitamnya melihat ada beberapa tanda cupang di lehernya Rara dan kondisinya Rara yang berantakan tidak seperti biasanya setiap kepulangannya.

Bu Hartati mengatupkan mulutnya rapat-rapat agar suara isakan tangisannya tidak terdengar oleh siapapun. Tubuhnya jatuh lunglai terduduk di atas sofa yang sedikit usang yang ada di ruang tengah rumahnya penghubung kamar putrinya.

“Ya Allah, jangan biarkan menjadi kenyataan apa yang ada di dalam pikiranku. Saya tidak sanggup membayangkannya,” gumamnya Bu Hartati.

Rara kembali menangis tersedu-sedu di dalam kamar mandi. Ia kebingungan harus bagaimana menjelaskan kepada ibunya mengenai apa yang dialaminya.

“Kuatkan hambaMu ini ya Allah, mungkin aku terlalu banyak dosa dan khilaf serta memiliki kekurangan sehingga Allah SWT menegurku dengan cara seperti ini,” cicitnya kemudian gegas memakai piyama tidurnya.

Rara tidak memperhatikan kondisi tubuhnya yang terdapat banyak tanda kissmark karena fokus memikirkan cara menyampaikannya kepada ibunya mengenai kejadian pria yang rudapaksa dirinya.

Bu Hartati menyeka air matanya kemudian berjalan ke arah dalam kamar sang putri tercinta.

“Insha Allah semuanya akan baik-baik saja,”

Rara menolehkan kepalanya ke arah kedatangan ibunya ketika pintu berderit. Ia kembali berjalan cepat dan langsung bersujud di hadapan ibunya.

“Ibu maafin Rara Bu, aku tidak…,” ucapannya tertahan di pangkal tenggorokannya karena sangat sulit mengatakan apa yang terjadi sebenarnya.

Lidahnya keluh karena kesulitan berbicara hanya air mata yang mewakili betapa hancur hatinya.

Air matanya kembali menetes deras membasahi wajahnya seperti tetesan air hujan yang masih membasahi atap rumahnya hingga detik ini.

Bu Hartati memegangi pundak putrinya yang terus tertunduk terisak dalam tangisnya, “Sayang, berbicaralah. Ibu tidak akan pernah memarahi anaknya ibu karena ibu sangat mengetahui semua sifat dan karakter anak-anak yang ibu lahirkan,” pintanya Bu Hartati dengan penuh kasih sayang.

“Ibu, Rara diperkaos Bu,” lirihnya Rara.

Akhirnya Rara bisa mengucapkan kata yang sangat keramat itu baginya yang paling menyakitkan hati dan jiwanya. Kata-kata yang selalu tertahan di dalam bibirnya, kata-kata yang amat sangat sulit diucapkannya.

Bagaikan godam besar yang menghantam jantungnya, Bu Hartati sampai shock mendengarnya. Tubuhnya Bu Hartati gemetaran menahan emosi yang membuncah di dadanya.

Tubuhnya mematung seketika itu juga, Air matanya songtak menetes membasahi pipinya.

“Astaghfirullah aladzim Nak, sungguh malang nasibmu putriku,” Bu Hartati memeluk erat tubuh anaknya.

“Maafin Rara Bu, tubuh Rara sudah kotor dan tidak suci lagi. Maafkan Rara yang tidak bisa menjaga diri,” ngaku Rara.

Bu Hartati memeluk anaknya untuk memberikan kekuatan moril kepada Rara melalui pelukan.

“Kamu yang sabar dan tabahkan hatimu Nak, kita berdoa semoga kedepannya baik-baik saja. Ibu minta kepadamu masalah ini jangan sampai bapakmu mengetahuinya cukup ibu saja yang tau,” pinta Bu Hartati.

“Siapa yang melakukannya padamu!?” Tanyanya orang yang baru muncul di dalam kamarnya Rara.

Bu Hartati dan Rara terkejut setengah hidup melihat kedatangan suaminya. Awalnya berencana untuk merahasiakan dan menyembunyikan kebenaran tentang keadaan Rara yang tidak perawan lagi tapi malah bapaknya bangun dan mendengar langsung ucapan kedua ibu dan anak itu.

Matanya Pak Rizal terlihat memerah berkilat api kemarahan yang seketika menguasai tubuh, hati dan akal sehatnya. Pria yang selama ini dikenal bijaksana dan ramah.

1
sunshine wings
😯😯😯😯😯
sunshine wings
jangan sesali apa yg sudah ditakdirkan untukmu Rara.. Setiap orang itu sudah ditakdirkan dengan porsi masing².. kita cuman dapat redho dan ikhlaskan.. Siapa kita untuk melawan takdir Allah ya kan .
sunshine wings
🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️😍😍😍😍😍
sunshine wings
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Sabar ya Rara.. ikhlaskan.. kalaupun kamu tau kisah sebenarnya maafkanlah suamimu ya karna dia juga sudah berusaha mencarimu.
sunshine wings
Insha Allah Aamiin.. 💪💪💪💪💪🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
plong rasanya tp blom selesei.. masih ada Rara dengan traumanya.. 😔😔😔😔😔
sunshine wings
🥺🥺🥺🥺🥺
sunshine wings
nah.. nah.. nah..
sunshine wings
🤭🤭🤭🤭🤭
sunshine wings
iyaakan sebagai idola pada yg muda ♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
Aamiin yra 🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
tunggu dan lihat 💪💪💪💪💪
sunshine wings
pasti Allah kabulkan 🤲🤲🤲🤲🤲
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
kayak udah merasa d mulut.. 😋😋😋😋😋
Eva Karmita
dan sayangnya memang Bara yg ngadon 😅😅
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂🤭
total 1 replies
sunshine wings
jangan pernah bosan melihat komen²ku ya author karna storynya seruuu amat!!!
semangat authir 💪💪💪💪💪♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: malah komentarnya kakak' penyemangat aku untuk terus update 🥰🥰🥰🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
👍👍👍👍👍
peringatan yang cukup bagus author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!