Luna Aurora Abraham rela meninggalkan nama belakang dan keluarganya demi menikah dengan lelaki yang dicintainya yaitu Bima Pratama. Seorang pria dari kalangan biasa yang dianggap Luna sebagai dewa penyelamat saat dirinya hampir saja diperkosa preman.
Dianggap gila oleh suami dan Ibu mertuanya setelah mengalami keguguran. Dengan tega, Bima memasukkannya ke Rumah Sakit jiwa setelah menguasai seluruh harta kekayaan yang dimilikinya.
Tidak cukup sampai di situ, Bima juga membayar orang-orang di RSJ untuk memberikan obat pelumpuh syaraf. Luna harus hidup dengan para orang gila yang tidak jarang sengaja ingin membunuhnya.
Hingga suatu hari, Bima datang berkunjung dengan menggandeng wanita hamil yang ternyata adalah kekasih barunya.
"Aku akan menikah dengan Maya karena dia sedang mengandung anakku."
Bagaimana kelanjutan kisah Luna setelah Tuhan memberinya kesempatan kedua kembali pada waktu satu hari sebelum acara pernikahan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuka Topeng Soraya
Sore ini, setelah mengantar kekasihnya kembali ke apartemen. Ervan langsung berangkat ke Bandara, karena jadwal tiket pesawatnya satu jam lagi. Tapi saat di perjalanan mobilnya dicegat oleh sebuah mobil hitam. Membuat Ervan mau tidak mau turun dari mobilnya, ingin melihat siapa yang sudah berani mencari masalah dengannya di negara orang.
Baru menginjakkan kaki keluar dari pintu, seseorang sudah membekap mulutnya dengan kain yang sudah diberi obat bius. Ervan belum sempat melihat pelakunya, dia sudah pingsan.
"Bagus, terima kasih banyak Mr. Thomson. Anak buah Anda bekerja dengan baik. Sekarang tolong bawa Kakak ke sebuah gedung kosong yang sudah saya persiapkan untuknya."
"Ikat tubuhnya di kursi, dan tutup mulutnya juga. Kemudian nyalakan layar TV besar yang menampilkan gambar dan suara dengan jelas. Jangan lupa di kasih makan setiap hari." Ucap Luna tegas.
"Berapa lama kita akan menyekap Tuan Ervan?" Tanya Mr. Thomson.
"Dua minggu saya rasa sudah cukup, jangan lupa ponselnya diambil."
Luna akan membuka mata dan telinga Kakaknya dengan cara ekstrim. Dia mengambil jalan ini, karena terlalu sulit memberi tahu dengan cara yang wajar. Kakaknya yang belum pernah jatuh cinta, harus merasakan patah hati cinta pertama karena memilih ular sebagai kekasihnya.
Setelah beberapa saat pingsan, akhirnya Ervan terbangun dengan posisi terikat.
Ervan kesulitan melepas talinya, dan tidak bisa berteriak. Dalam hati pria itu mengutuk siapa pun yang telah berani mengurung dirinya.
"Ouuhhh... Mirzaahhh... Aahhh... Lebiihhh... Dalammhhhh... Lagiihhh..." Suara desahan terdengar menggema di telinga Ervan ditambah video yang membuat kedua bola mata Ervan seolah ingin keluar dari tempatnya melihat pergulatan panas kekasihnya.
"Kamu tidak pernah tidur dengan Ervan kan? Awas saja jika lembah milikmu disentuh pria lain."
"Tenang saja, selama 2 tahun menjalin kasih Ervan belum pernah menyentuhku. Bahkan ketika aku ajak berciuman dia tidak pernah mau. Alasannya menjaga kehormatanku hingga sah menjadi suami istri. Sungguh pria yang membosankan untuk dijadikan kekasih."
"Siapa suruh kamu main-main, sudah ada aku yang selalu memberi kepuasan dan kenikmatan padamu."
"Mirza, please jangan dibahas lagi. Kamu tahu benar alasanku mendekati dia. Aku harus membalas dendam rasa sakit hati kakakku yang sudah ditolak mentah-mentah oleh adeknya yang sok kecantikan itu."
"Itu kan salah kakakmu sendiri."
"Benar, Kak Brian salah karena terlalu gegabah mengambil keputusan hari itu. Dia melamar Luna di tempat umum tanpa adanya persiapan."
"Ouuhhh... Mirza keluarkan tanganmu dari lubang milikku. Aku masih lelah."
"Lelah tapi mendesah, bagaimana nikmat bukan? Lalu apakah setelah kamu berhasil menikah juga akan melakukan tugasmu sebagai seorang istri hah?"
"Tentu saja, sampai aku bisa hamil anaknya. Kemudian aku akan mengambil semua harta miliknya dengan dalih untuk masa depan anaknya."
"Ckkk... Kamu bersedia mengandung anak pria lain. Tapi saat denganku, kamu menggunakan alat kontrasepsi. Kamu terlalu tinggi hati Soraya, kamu pikir aku akan terus bersabar mengikuti permainanmu yang murahan itu."
"Ayolah Mirza, kamu tahu benar saat itu aku sedang mengejar puncak karir modelku. Tidak mungkin aku tiba-tiba hamil, sedangkan kontrakku menjadi model dengan tubuh sexy baru saja aku tanda tangani. Sekarang saja jika kamu ingin, antar aku ke dokter untuk mengambil alat di rahimku. Aku bersedia hamil anakmu Mirza."
"Pernikahanku dengan Ervan tinggal menghitung hari. Dan setelah itu aku tinggal mengaku jika bayiku adalah benih miliknya. Dengan begitu, hidup kita bertiga akan terjamin nantinya."
"Baiklah, satu ronde lagi setelah itu akan aku antar kamu ke Dokter. Tapi kamu yakin Ervan tidak akan curiga jika kamu hamil sebelum dia sentuh."
"Kamu tenang saja, serahkan semua padaku. Ervan itu sudah bucin akut, jangankan tentang kehamilan. Aku saja sudah sering memanipulasi keadaan supaya Ervan perlahan membenci adeknya. Dengan begitu, satu persatu orang yang peduli pada Luna akan menjauh. Dan saat itu, kakakku akan maju sebagai pelipur lara. Aku yakin, Luna akan terjerat."
"Sekarang hubungi kakakmu, aku ingin bicara serius padanya." Ucap Mirza.
"Baiklah, tunggu sebentar." Jawab Soraya.
Tut
Tut
Tut
"Ahh... Sorayaahhh... Kamuuhhh... Mengangguuhhh... Adaahhh... Apaahhh...Haahhh..."
"Selesaikan dulu, setelah itu suruh pergi semua jalang kakak. Aku dan Mirza ingin bicara serius."
"Jangannhhh... Matikannhhh... Iniihhh... Tanggungghhh..." Ucap Brian masih menggali lobang buaya.
"Sudah, kalian berdua keluarlah dulu. Setelah pemotretan jangan pulang dulu. Aku akan lanjutkan permainan ini." Pesan Brian pada dua wanita sexy model majalah dewasa miliknya.
"Ada apa katakan? Tanya Brian.
"Mirza yang ingin bicara, bukan aku." Ucap Soraya sedikit mendesah.
"Kalian bersama, memangnya kemana Ervan? Soraya jangan sampai kamu ketahuan."
"Tenang saja, Ervan sedang pergi ke Indonesia mungkin seminggu sampai tiga minggu baru kembali. Aku di sini ingin mengatakan jika aku akan menghamili adekmu, stop menerima tawaran job untuk Soraya. Aku ingin benihku yang tumbuh sebelum Ervan menyentuhnya. Dan kita akan gunakan bayi dalam rahim Soraya untuk mendapatkan harta kekayaannya."
"Terserah, asal kalian bermain dengan hati-hati. Dan kamu Soraya ingat misimu, buat Ervan dan Papanya membenci Luna. Setelah itu aku akan datang lagi sebagai pahlawan untuknya. Aku yakin Luna akan takluk denganku saat itu. Buat Luna tidak menerima sepeser pun harta warisan, karena semua itu harus menjadi milik bayimu."
Satu hari, dua hari bahkan sudah hampir seminggu Ervan terus disuguhi pemandangan yang menyayat hati. Ervan menangis tergugu tanpa suara, hatinya terlalu sakit karena cinta pertamanya harus berakhir dengan pengkhianatan. Ingatan deni ingatan selama 2 tahun terakhir kembali menghantam jantungnya. Benar, karena permintaan Soraya dia mengabaikan Luna adek kandungnya sendiri.
Padahal tujuannya datang ke Swiss adalah untuk menemani Luna. Tapi justru dia yang pergi menjauhinya. Tidak ada waktu barang sejam bersama adeknya tanpa adanya Soraya. Seolah kekasihnya itu, sengaja membuat jarak untuknya dan Luna. Sungguh Ervan merasa sangat bersalah. Dirinya sama saja dengan Atlas yang mengabaikan Luna demi orang lain.
Saat Ervan sedang menangis, pintu ruangan terbuka. Terlihat adeknya melangkah masuk dengan wajah datar dan terkesan dingin beku tak tersentuh.
"Apa sekarang mata Kakak sudah terbuka? Telinga Kakak sudah bisa mendengarkan aku berbicara. Maaf, aku melakukan semuanya untuk membuat Kakak sadar. Jika wanita yang ingin Kakak jadikan istri adalah ular."
"Sekarang Kakak sudah tahu, terserah keputusan yang akan Kakak ambil. Jika masih ingin menikahinya, tanpa Soraya minta aku yang akan menjauhi Kakak. Anggap saja, Kak Ervan tidak punya adek seperti aku. Hubungan kita akan asing. Aku pastikan, Kakak tidak akan bisa melihatku lagi meskipun hanya dalam mimpi." Ucap sarkas Luna.
Air mata Ervan semakin deras mengalir, dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Luna menunduk, melepaskan semua ikatan di tubuh kakaknya dan mengambil penutup mulut Ervan. Setelah itu, Luna memberikan ponselnya pada Ervan.
"Maaf, aku sudah lancang menggunakan ponsel Kakak. Selama 7 hari aku yang memberi kabar pada kekasihmu dengan pesan singkat." Ucap Luna.
"Wanita itu terlalu posesif seolah dia benar-benar mencintai. Sungguh lakon yang epik." Ucapnya.
Luna melempar ponsel Ervan pas di pangkuan pria berumur 32 tahun itu. Sebuah angka yang cukup matang untuk menikah, sayang pikiran Ervan tidak sematang umurnya.
"Dek, maafkan Kakak." Ervan tersungkur setelah meraih kedua kaki Luna.
"Kakak tidak bersalah, hanya bodoh. Sekarang apa yang ingin Kak Ervan lakukan, aku tidak peduli. Sekalipun Kakak tetap menikahi barang bekas." Ucap Luna semakin sarkas. Tidak peduli dengan tangisan Kakaknya, Luna pergi meninggalkan gedung itu. Hati Luna sudah terlanjur beku, sangat sulit baginya berempati tapi bukan berarti Luna tidak simpati.
Layar TV masih menampilkan adegan panas antara Soraya dengan Mirza. Layaknya binatang yang mau kawin, mereka bermain tidak ada habisnya.
"Bagaimana jika video ini tersebar di jagat hiburan, bukankah nama kamu akan semakin terkenal Soraya? Setelah itu kamu harus berterima kasih padaku." Ervan tersenyum miring.
"Dek, tunggu Kakak." Teriaknya kemudian.
yg jadi atlas matanya biru/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Suka awal yg menarik
jangan jangan cuma Rekasi sebentar dah mau masuk sarang letoy lagi wkwkwkkw
itu adik ma KK kandung kan Thor
keren bisa dalam itu curhat nya