Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pekerjaan Tambahan
Tok. Tok. Tok.
Samantha menoleh ke arah pintu. Ia mengernyit heran melihat Rendy, salah seorang karyawan dari departemen finance datang ke studio gambarnya.
"Selamat pagi, bu Samantha. Maaf, boleh saya masuk dan minta waktunya sebentar?" ucap pemuda itu hormat.
"Ya, silahkan masuk, pak Ren," sahut Samantha masih keheranan. Ia beranjak meninggalkan dua arsitek pemula yang sedang ia training di meja gambar mereka masing-masing.
"Ada keperluan apa, pak Ren?" Samantha menghampiri Rendy.
"Saya ingin minta tanda tangan bu Samantha." Rendy menyodorkan berkas yang ia bawa.
"Tanda tangan?" Samantha menatap Rendy yang lebih muda dari dirinya, lalu melihat sekilas berkas yang sedang disodorkan pemuda itu. "Pak Rendy sepertinya sedang bercanda," tawanya pelan.
"Sama sekali tidak, Bu. Ini atas perintah pak Kiano langsung. Khusus hari ini, semua pengeluaran wajib mendapat tanda tangan ibu Samantha karena Pak Roberto, juga semua manager lainnya sedang rapat, entah kapan mereka akan selesai," jelas Rendy.
"Tidak bisa seperti itu, Pak Ren," Raut Samantha berubah serius.
"Finance sedang tidak baik-baik saja, bukan? Bagaimana mungkin pak Kiano memberi perintah tidak masuk akal seperti itu? Saya ini seorang arsitek, tidak ada sangkut pautnya dengan departemen finance. Bisa tambah runyam situasinya kalau tanda tangan saya ada di situ," ucap samantha menunjuk berkas yang masih disodorkan Rendy padanya.
Ia ingat benar beberapa waktu lalu Andreas, Ayah Kiano pernah mengatakan padanya bila departemen finance sedang menghadapi masalah serius saat dibawah pimpinan Mario, CEO lama, adik Kiano.
"Kalau bu Samantha tidak bersedia tanda tangan, aktifitas di lokasi proyek akan macet total hari ini," Rendy kembali berucap saat melihat Samantha tidak mau menanda tangani berkas-berkas yang ia bawa.
"Kalau pak Roberto berhalangan, hubungi bu Alina saja, saya tidak berani ambil resiko. Prosedurnya, harus ada hitam diatas putih bila ingin memindahkan tugas pada karyawan lainnya walau hanya sehari," ucap Samantha lagi berusaha mengelak.
"Bu Alina juga sedang mengikuti rapat. Surat tugas yang dimaksud bu Samantha sudah ada disini," Rendy menarik selembar kertas dari tumpukan berkas yang ia bawa lalu menyerahkannya pada Samantha.
Dengan teliti Samantha membaca baris demi baris, mendesah kasar begitu tahu isi dari lembaran perintah tugas kilat yang ditanda tangani oleh Kiano sendiri.
Merasa tidak ada alasan menghindar, Samantha akhirnya menerima berkas-berkas nota pesanan yang dibawa oleh Rendy padanya.
"5 pick-up batu gunung, 23.512.750 di toko UD. Makmur Djaya, dibawa ke lokasi proyek pembangunan kantor resort milik pak Kurniawan di jalan Yos Sudarso. Per-pick up enam kubik?" tanya Samantha memastikan, begitu melihat nilai yang tertera pada nota batu gunung yang ada di tangannya.
"Iya, benar, Bu," angguk Rendy.
Samantha segera menandatangani. Untuk nilai harga yang tertera pada nota dirinya tidak ragu, karena kebiasaannya belusukan ke toko-toko bangunan membuatnya cukup hapal harga yang ada di pasaran, walau beda harga tidak terlalu runcing perbedaannya.
"63 Rit pasir urug, 88.200.000 masih di Toko UD. Makmur Djaya, juga akan dibawa ke lokasi proyek pak Kurniawan." Gumam Samantha, kembali membubuhkan tanda tangan di nota yang baru selesai ia periksa.
Sementara Rendy, pemuda itu tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan lembar demi lembar nota material bangunan yang di periksa Samantha sebelum wanita itu menanda tangani atau memberi paraf di sana.
"6 Dump truck kerikil palu, 26.400.000..." Samantha berhenti sejenak, jarinya langsung mengetikan angka tertera tersebut pada kalkulator dalam laptopnya.
"Sudah berapa kali kita melakukan pembelian di toko UD. Material Djaya ini?" tanya Samantha, menatap Rendy, begitu selesai melakukan perhitungan singkatnya.
"Ini pertama kalinya, Bu. Apa ada yang ganjil?" tanya Rendy hati-hati.
"Khusus nota pesanan yang ini, dipending sementara. Kirim orang khusus untuk survey harga material-material yang ada disana. Harganya terlalu tinggi dibandingkan harga-harga pasaran. Satu dump truck muatannya 10m³, biasanya harga hanya dua juta empat ratus ribu rupiah saja, tapi ini.... Per-dump trucknya saya hitung mencapai empat juta empat ratus ribu rupiah, terlalu mahal. Perbedaan harganya dibandingkan dengan yang ada di pasaran terlalu mencolok," jelas Samantha, menunjuk hasil perhitungannya yang ada pada laptopnya.
"Baik, akan saya lakukan sesuai perkataan bu Samantha," angguk Rendy mengerti.
"Terima kasih," Samantha tersenyum, kembali melanjutkan tugasnya memeriksa beberapa nota pesanan yang bersisa beberapa lembar lagi.
Tidak menunggu lama, Samantha membereskan semua berkas yang baru selesai ia tanda tangani dan menyerahkannya pada Rendy.
"Terima kasih, Bu Samantha. Saya Pamit, agar material-material itu bisa segera sampai ke lokasi-lokasi proyek tujuan."
"Hm," Samantha kembali tersenyum. "Semangat dan selamat berkerja, Pak Ren."
"Semangat. Terima kasih, Bu." Rendy turut mengepalkan tangannya di udara sama seperti Samantha.
Samantha beranjak dari kursinya begitu Rendy meninggalkannya, kembali mendekati dua karyawan baru yang tengah konsentrasi dengan tugas yang diberikan pada mereka.
"Shop Drawing-nya sudah lumayan bagus." komentar Samantha tersenyum tipis, melihat hasil kerja secara manual milik Nicholas yang terbentang pada permukaan meja gambar.
...Meja Gambar Arsitek...
"Tinggal dipertegas saja garis-garis vertikal pada gambar detail pintunya, agar terlihat kokoh dan muncul ke permukaan, nanti akan terlihat hidup," lanjut Samantha. Memberi anggukan menanggapi ucapan terima kasih Nicholas, lalu beralih pada Gunawan yang ada di sebelahnya lagi.
"Bagaimana... menurut bu Samantha?" Gunawan berdebar, saat Samantha tidak kunjung memberi penilaian setelah cukup lama memperhatikan hasil kerja manualnya.
"Bid Drawings pak Gunawan sangat bagus, aku rasa minggu depan pak Gunawan sudah boleh ikut acara tender, anggap sekalian belajar."
"Bu Samantha serius kalau saya boleh ikut?"
"Ya, tentu." Samantha tersenyum melihat antusias karyawan baru itu.
"Sekarang, tolong pelajari kontrak-kontrak yang ada ini supaya pak Gunawan punya persiapan." Samantha mendekati lemari, mengeluarkan dari sana tiga buku berwarna kuning setebal lima hingga dua belas senti dan meletakannya di atas meja.
"Baik, terima kasih, Bu." Gunawan kembali menjawab dengan antusias yang sama seperti sebelumnya.
"Silahkan lanjutkan lagi ya pak Gunawan dan pak Nicholas, saya tinggal sebentar. Nanti saya akan kembali lagi," Pamit Samantha. Ia gegas meninggalkan ruang gambar begitu mendengar sahutan keduanya.
"Padahal tadi pagi sudah sarapan banyak, tapi lapar lagi," gumam Samantha berjalan menuju lift, berniat menyambangi restoran cepat saji yang ada di samping kantornya.
Perhatian Samantha tersita saat melihat pintu ruang meeting yang tertutup rapat tepat di samping lift, menimbulkan rasa penasaran dihatinya. Pasalnya, semua yang ikut meeting adalah para manager yang kemaren telah menertawai Kiano diam-diam termasuk Alina.
"Bahas apaan sih?" Samantha mendekati pintu, tanpa banyak berfikir menempelkan telinganya pada daun pintu.
"Sepi..." gumam Samantha makin mepertajam pendengarannya.
"Apa mereka sedang dihukum sama si arogan itu?" Samanta mengubah posisinya, berjongkok, berharap bisa mengintip dari lubang anak kunci. Sayangnya, tidak terlihat apa-apa, karena pintu ruang meeting kantor berbeda dengan pintu rumahnya yang masih menggunakan anak kunci.
Klek.
Di saat bersamaan, pintu ruang meeting terbuka.
Kelopak mata Samantha mengerjap-ngerjap, napasnya tertahan. Tepat di depan wajahnya, resleting dengan tonjolannya yang maju beberapa senti ke depan membuatnya sulit bernapas.
"Masih sepagi ini, kamu sudah merindukanku," Kiano berucap tanpa beban.
"Aaa--" Samantha yang hendak protes langsung bungkam melihat semua pasang mata menatap ke arahnya, termasuk Alina dan Andreas.
Bersambung✍️
Note :
✍️Studio Gambar : ruang tempat seorang arsitek melakukan kegiatan menggambar dan merancang.
✍️Shop Drawing (gambar kerja) : Detail teknis yang lebih spesifik untuk keperluan konstruksi.
✍️Bid Drawings (gambar tender) : gambar yang digunakan sebagai acuan dalam proses penawaran kontrak.