NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10

Keesokan paginya, pukul tujuh pagi. Aku perlahan-lahan membuka mataku dan melihat Nada yang juga mulai bangun. Kami keluar dari kamar dan turun dari lantai dua. Aku mengikuti Nada ke kamar mandi untuk membasuh wajah kami.

 

“Pagi, Arvin!” ucap Nada ketika kami keluar dari kamar mandi.

 

“Pagi!” jawab Arvin singkat sambil meletakkan makanan di atas meja.

 

Arvin mengajak kami untuk sarapan bersama. Nada tiba-tiba menarik tanganku agar duduk di meja makan, mengetahui bahwa aku merasa canggung terhadap Arvin. Selama makan, kami tidak banyak berbicara. Nada mencoba untuk membicarakan masakan Arvin, tetapi hanya mendapat jawaban singkat darinya.

 

Beberapa menit berlalu, kami selesai makan. Suasana masih canggung di antara kami. Aku mencoba untuk bicara, tapi rasa takut menghentikanku. Aku takut bahwa hubungan kami akan hancur jika aku salah bicara.

 

Aku menarik nafas dalam-dalam. Oke, baiklah, jangan menjadi pengecut seperti ini! Aku harus minta maaf. Toh, sebenarnya aku juga yang salah. Jadi, aku harus meminta maaf padanya.

 

“Maaf, Arvin,” ucapku dengan tulus.

 

“Apanya?” 

“Aku minta maaf karena menyangkal perkataanmu dan meninggikan suaraku. Padahal aku tidak berhak menyangkalnya. Karena, sejujurnya, aku juga terkadang berpikir demikian,” jelasku dengan jujur.

 

“Tak apa! Aku juga minta maaf karena berkata kasar padamu”

 

Aku merasa lega. Sepertinya ketakutanku tadi tidak berguna. Ini hanya dugaanku, tapi sepertinya Arvin tidak terlalu memikirkannya. Sikapnya yang cuek pada Nada tadi itu adalah sikapnya yang biasanya. Dia juga selalu bersikap cuek ketika aku atau Nada berbicara dengannya. Dan, semalam adalah pertama kalinya kami melihat Arvin berkata kasar dan meninggikan suaranya.

Pukul delapan pagi, kami masih duduk di meja makan. Arvin menyajikan minuman coklat panas untuk kami.

 

“Jadi, apa yang harus kita lakukan mulai sekarang?” Tanya Nada, meletakkan gelasnya di atas meja setelah menyeruput minumannya.

 

Arvin menatap ponselnya sejenak sebelum menjawab, “Hmmm... aku tidak tahu ini kabar baik atau tidak. Tapi, pak satpam telah meninggal.”

 

Kami berdua sangat terkejut mendengar kabar itu. Pak satpam telah... meninggal?

 

“Pukul berapa?” Tanyaku dengan nada tegang.

 

“Menurut informasi dari grup sekolah, mereka mengatakan bahwa pak satpam meninggal pukul dua belas malam oleh Hammer of Judgment,” jawab Arvin.

 

Dua belas malam? Itu hanya beberapa jam setelah kami meninggalkan sekolah. Apakah ini kebetulan? Tapi jika bukan kebetulan, mengapa HoJ membunuh pak satpam? Apakah dia memang menjadi targetnya sejak awal? Atau mungkin... dia sengaja membunuh pak satpam setelah kami meninggalkan sekolah untuk menuduh kami?

 

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, merasa kebingungan. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

 

“Oke! Sepertinya kita memiliki pemikiran yang sama. Karena itu, aku ingin mendengar pendapat kalian!” Ujar Nada. “Kebetulan atau sengaja? Bagaimana menurut kalian?” Tanyanya.

 

“SENGAJA!” Jawab kami bertiga hampir bersamaan.

 

“Sudah kuduga. Tapi, ada yang aneh,” ucap Nada.

 

“Ya! Mengapa Hammer of Judgment membunuh pak satpam dan mencoba menuduh kita? Padahal dia hanya perlu memberitahukannya kepada kepala sekolah dan menyewa orang lain untuk membunuh kita. Tapi, mengapa dia melakukan hal yang merepotkan seperti ini?” Tanyaku dengan keheranan, tidak mengerti dengan alasan dan tindakan HoJ.

“Apa mungkin Hammer of Judgment sebenarnya tidak bekerja sama dengan kepala sekolah?” ujar Nada. “Arvin, kenapa mereka menganggap bahwa pelakunya adalah Hammer of Judgment?” Tanyanya.

 

“Mereka menemukan lambang palu di dekat mayatnya. Sama seperti kasus sebelumnya. Tapi kali ini semua CCTV telah diretas, berbeda dengan kedua kasus sebelumnya,” jelas Arvin.

 

Hening sejenak, aku merasa kebingungan dengan jawabannya. Apa mungkin itu hanya kebetulan? Tidak, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini! Semua hal yang terjadi di dunia ini memiliki penyebab! Setidaknya, itulah yang aku percayai selama ini.

 

Apa aku harus merubah pandanganku? Tapi, jika aku melakukannya, maka sama saja dengan beranggapan bahwa semua pencapaian yang aku dapat yang berada di luar kemampuanku adalah sebuah kebetulan.

Aku menghela nafas. Walaupun sebenarnya aku tidak mau mengakuinya, tapi sepertinya mulai sekarang aku harus menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang yang berbeda jika aku ingin terus berkembang.

 

“Atau mungkin ini hanya kebetulan?” Gumamku.

 

“Hm? Bukankah kamu tidak percaya dengan yang namanya kebetulan?” Tanya Nada dengan rasa heran.

 

“Yah, setidaknya itu lebih masuk akal,” jawabku.

 

“Kamu benar! Jika tidak, maka Hammer of Judgment hanyalah seorang psikopat gila yang suka membunuh dan menuduh orang lain sesuka hatinya”

Hening kembali. Aku mulai bertanya-tanya, apakah Putri, siswi berandalan di sekolah, bisa melakukan semua ini? Menurut Arvin, HoJ menyamar ketika kasus Alex. Apa mungkin Putri yang kami lihat di rekaman CCTV bukanlah Putri sebenarnya, melainkan HoJ yang menyamar? Tapi aku tidak bisa terburu-buru mengambil kesimpulan. Masih ada kemungkinan bahwa itu memang Putri, atau mungkin Putri bekerja sama dengan orang lain. Lagipula, kami tidak tahu apakah HoJ bekerja sendirian atau dalam kelompok.

Aku tidak terlalu yakin, tapi sepertinya Putri yang ada di rekaman CCTV pada kasus kedua itu adalah seseorang yang sengaja menyamar menjadi Putri untuk menyembunyikan identitasnya atau untuk menuduh Putri, atau mungkin memang Putri itu sendiri. Hammer of Judgment, seseorang yang melakukan pembunuhan tanpa meninggalkan jejak apapun dan menghilang begitu saja layaknya hantu. Seorang psikopat gila yang melakukan tuduhan dan pembunuhan sesuka hatinya. Jika kami melakukan sedikit saja kesalahan, maka kami bertiga pasti akan MATI.

...…...

Nama  : Suhaldi (Satpam SMA Purnama)

Umur   : 32 tahun

Status : MATI

Target selanjutnya:???

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!