NovelToon NovelToon
Kamar Jenazah

Kamar Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:34.4k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Kamar jenazah, bagian dari rumah sakit yang agak dihindari. Misteri dan kisah mistis apa yang dialami oleh Radit Krisna yang bekerja sebagai petugas Kamar Jenazah. Tangisan yang kerap terdengar ketika menjalani shift malam, membuat nyalinya terkadang ciut.

Berhasilkah Radit melewati gangguan yang terjadi dan mengungkap misteri tangisan tersebut?

===

Hanya untuk penggemar kisah horror. Harap tidak membaca dengan menabung bab ya.

Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 ~ Siapa Dia

Radit masih memegang cup kopi yang isinya sudah habis. Duduk di kursi stainless, sedangkan Lena yang sebenarnya sudah selesai dengan jam kerjanya, tapi masih berada di sana. Menempati kursi administrasi. Zul sedang keluar untuk istirahat, karena mengeluh lapar. Sedangkan dua rekan lainnya sedang menjemput jenazah pasien yang meninggal dunia.

Masih membahas penampakan sosok yang mengganggu Radit.

“Saya sudah coba berkomunikasi, tapi dia bungkam. Kalau sosok itu mau bicara dengan kamu, bisa jadi kalian terikat sesuatu. Makanya dia gentayangan ke kamu.”

Dalam hati Radit mengumpat. Bagaimana mungkin ia dikatakan ada keterikatan dengan hantu, dengan manusia atau perempuan pun sulit. Ini malah ada keterikatan dengan hantu.

“Udah malam, saya pulang, ya.”

“Eh, nanti dulu Dok.”

“Kamu takut?” tanya Lena sambil bersedekap.

Radit menggaruk kepalanya. Ketahuan takut didepan seorang wanita, harga dirinya sudah jatuh sejatuhnya.

“Bukan takut dok, tapi malu. Malu kalau ketemu kayak tadi lagi, nggak ngerti mesti ngapain.”

“Pokoknya kalau sosok itu datang lagi, kamu tanya yang jelas. Siapa dia, biar masalah mayat itu cepat beres. Saya junior di sini dan masih baru. Masalah kayak gini, pasti dilimpahkan ke saya. Kadang sudah sampai di rumah, harus balik lagi karena ada polisi datang.”

“Iya, kalau berani. Jangankan tanya dia siapa, ngerasain kaki juga nggak bisa. Eh, dokter Lena berarti indigo ya?”

Lena hanya menghela pelan. “Kalau bisa dibuang, saya nggak mau punya kemampuan kayak gini. Meskipun hanya bisa melihat, tanpa bisa berinteraksi. Pernah saat di tengah proses otopsi. Kedua mata mayat itu terbuka dan melotot, lalu berteriak dan itu hanya saya yang bisa melihat itu. Dipikir saya orang tidak waras.”

Hening.

Keduanya terdiam, lalu kembali terdengar tangisan dari dalam ruangan.

“Dengar ‘kan?” tanya Radit lirih dan Lena hanya mengangguk pelan.

“Coba kamu masuk dan tanya ….”

“Nggak berani saya,” sela Radit.

Obrolan pun terhenti, tangisan tadi juga diabaikan. Karena rekan Radit sudah datang membawa jenazah. Pihak keluarga langsung mengisi dokumen yang Radit sodorkan, karena akan langsung dibawa pulang. Mobil jenazah juga sudah tiba. Lena sudah pamit undur diri.

Jam kerja shift dua pun sudah selesai, laporan sudah dikirim ke atasan mereka dan bersiap pulang. Zul sempat menepuk bahu Radit.

“Besok shift malam pertama lo, ya?”

Radit mengangguk pelan. “Apa ada masalah?”

“Nggak ada, tapi kalau ada hal yang aneh atau ganjil nggak usah heran dan nggak usah dibicarakan,” ungkap Zul dan sukses membuat Radit mengernyit heran.

“Kenapa begitu?”

“Pamali,” jawab Zul. “Ayolah, bubar!”

Untuk sementara, pikiran dan pertanyaan mengenai sosok yang kerap muncul mengganggunya baik di rumah atau di rumah sakit ia hilangkan dulu. Tentu saja alasannya karena … takut. Sudah mengirim pesan pada Ibunya kalau ia akan mampir ke tempat Karta dan bermalam di sana, karena sudah lelah dan kantuk.

Karta sebenarnya mengajak ia membuntuti Deo. Menurut temannya itu, sikap Deo semakin aneh. Saat tiba di kostan Karta, ia mengganti seragam kerja dengan kaos dan celana yang sudah disiapkan dari rumah.

“Sebenarnya gue udah ngantuk, tapi demi persahabatan kita … gass lah.”

Saat Radit datang, Deo baru saja pamit pulang. Menggunakan motor milik Karta, lebih tepatnya dibonceng dengan alasan sudah lelah.

“Ayo cepat, nanti keburu kehilangan jejak,” ujar Karta.

“Tenang aja, Deo pasti mampir mini market beli kopi. Udah kebiasaan sebelum pulang, pasti begitu.”

Ternyata benar, Deo mampir ke minimarket. Mereka berhenti agak jauh agar tidak dipergoki oleh Deo lalu kembali mengekor. Jalur yang ditempuh Deo bukan arah ke tempat tinggalnya, membuat Radit dan Karta heran. Apalagi berbelok bukan ke arah pemukiman penduduk, melainkan pemakaman.

“Ngapain Deo ke kuburan. Pantas aja diganggu setan, maennya ke istana setan.”

“Mulut lo, jangan asal ngomong kita lagi di tempat angker,” sahut Radit dan meminta Karta mematikan lampu sein juga memelankan laju motornya.

Karta menyembunyikan motornya di bawah pohon agak jauh dari tempat Deo berhenti, lalu kedua pria itu menyelinap untuk mendekat dan mencari tahu apa yang dilakukan oleh Deo. Tidak jauh dari gerbang pemakaman, ada police line. Bahkan sebagian sudah terjatuh ke tanah.

Menggunakan senter dari ponsel, Deo tampak mencari sesuatu. Menjauh dari gerbang lalu kembali lagi sambil terus menyorot tanah dengan ponselnya. Kemudian ia berjongkok dan menggali seakan mencari sesuatu.

“Si4l, di mana sih,” teriak pria itu membuat Radit dan Karta saling tatap. “Jangan ganggu gue,” teriak Deo dalam posisi berdiri dan menatap sekeliling dengan gesture tubuh ketakutan. “BUkan salah gue, ini semua bukan salah gue.”

Karta akan berdiri, tapi ditahan oleh Radit yang meminta pria itu untuk diam.

“Aaaa,” teriak Deo lagi.

“Jangan,” ujar Radit lirih ketika Karta akan menghampiri Deo.

“Kita harus tolongin Deo,” ujar Karta sambil berbisik.  

Tangan Radit yang gemetaran menunjuk sosok yang berada tidak jauh dari Deo, pria itu berteriak ketakutan.

“Lo lihat itu?” tanya Radit.

Karta menggeleng pelan. “Lihat apaan? Ini gelap, Cuma ada Deo jerit-jeritan nggak jelas.”

“Serius, lo nggak lihat itu?” tanya Radit sambil menunjuk sosok yang berdiri melayang di hadapan Deo.

“Nggak,” jawab Karta lalu berdiri dan berlari menghampiri Deo.

Sosok yang masih melayang itu berbalik menatap ke arah … Radit.

“Hah!” Radit kembali dibuat mematung, kala menyadari sosok makhluk tak kasat mata itu adalah sosok yang juga mengganggunya.

Siapa dia, kenapa mengganggu Deo juga?

1
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Fatimah Ziyadatul Khair
seru ceritanya. semoga segera nelurin cerita horor baru lagi. semangat kak othor
Vita Liana
cerita baru lagi dung kak hehe
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣bukanya seneng tapi senep tiap hari liat hantu
Zuhril Witanto
astaghfirullah...
Zuhril Witanto
itu balasan untukmu Deo ..karna kamu gak mau mengakui dan gak bertanggung jawab
Zuhril Witanto
dan aaaaas.....
Zuhril Witanto
jelas2 Deo salah masih aja ngelak...biar aja di bawa
Zuhril Witanto
hantune ngeyelan
Zuhril Witanto
deg degan
Zuhril Witanto
motor Radit kan di pinjem Deo waktu itu
Zuhril Witanto
🤭🤭 ngarep
Zuhril Witanto
tuh hantu maksa banget
Zuhril Witanto
horor seru
Zuhril Witanto
ya ampun siapa yang nabrak
Zuhril Witanto
hantunya ikutan mandi
Zuhril Witanto
astaghfirullah...baca aja serasa ikutan lemes
Zuhril Witanto
spot jantung
Zuhril Witanto
serem banget
Zuhril Witanto
malah tambah serem lah di Kamboja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!